Hari- hari di lalui Arya dan anaknya hanya berdua saja,Arya sengaja mempekerjakan baby sitter untuk anaknya sampai jam enam sore, selebihnya dia sendiri yang akan meng-handle anaknya sendiri.
Bi Ana hanya membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
Arya sesekali menelpon mertuanya hanya sekedar memberi kabar tentang perkembangan anaknya yaitu Naraya.
Tahun berganti tahun, Naraya tumbuh menjadi anak yang kuat dan tidak manja, sebagai seorang lelaki Arya memang tak bisa mendidik Ray, panggilan akrab Naraya selayaknya seorang ibu.
Naraya kerap kali mendapat ejekan dari teman-teman disekolahnya hanya karena dia tidak punya ibu lagi.
Bocah tampan itu bahkan pernah berkelahi karena terus menerus dihina temannya.
Saat itu Ray,remaja berumur 13 tahun itu baru saja di jemput sang papa karena mendapat laporan baru saja berkelahi dengan teman sekelasnya.
"Minumlah!"
Arya menyodorkan air mineral dalam gelas pada anak semata wayangnya.
Ray hanya menuruti apa kata sang papa.
"Apa masih sakit?"
tanya Arya,dia melihat pelipis anaknya sedikit berdarah.
Arya memang sosok yang tenang dalam segala hal.
Mengontrol emosi adalah salah satu keahliannya.
Ray,remaja itu mengeleng sambil menatap mata ayahnya.
"Apa salahnya single parent?"
"Tidak ada"
"Apa kamu malu?"
"Tidak!"
"Apa kamu sakit hati?"
"Mereka menghina papa!"
jawab Ray tegas.
"Kontrol emosi kamu sebisa mungkin Ray,karena emosimu bisa jadi bumerang bagimu!"
"Kau sudah memberi mereka pelajaran kan?...jadi cukup berhentilah!"
ucap Arya seraya menepuk bahu anaknya.
Begitulah Ray di didik,hidup dalam kehinaan sudah menjadi hal biasa bagi dirinya, tinggal di kelilingi orang-orang munafik yang hanya baik saja di depan kita,hal itupun di anggap biasa saja dalam begitulah nasehat Arya,jangan semua hal di masukkan ke hati,di pikirkan saja jangan!.
Saling menindas dengan berbagai cara pun sudah sangat biasa dalam kehidupan ini.
'Hiduplah menjadi yang terkuat dan terbaik di mulai dari dirimu sendiri Ray'
begitulah nasehat sang papa kala itu.
Ray tumbuh menjadi sosok yang dingin di sekolah,dia banyak menghindari masalah dan teman-teman yang tak begitu penting baginya.
Hanya satu teman saja yang benar-benar tak mau lepas dari Ray.
Kemanapun Ray pergi dia akan setia menemani Ray, walaupun terkadang dia menjadi sosok tak terlihat di mata Ray.
Kini Ray menjadi remaja berusia 17 tahun, dia bersekolah di sekolah elite dan terfavorit karena prestasi nya, otaknya tak bisa diremehkan.
Sekolah yang sejatinya hanya untuk orang-orang ternama dan orang-orang kaya itu dapat di taklukkan oleh seorang Naraya.
Gini status single parent yang di sandang sang papa tak menjadi momok menyebalkan lagi bagi dirinya, Ray bahkan sekarang menjadi sosok yang sangat dingin pada siapa saja yang mendekati dirinya.
Selalu ada jeda untuk setiap teman yang ingin menjadi sahabatnya.
Di dalam otak Ray hanya bagaimana dia belajar dan membanggakan papa nya yang selama ini selalu ada untuk dirinya.
Johan, salah satu teman Ray dari masa SMP yang sekarang bisa jadi sahabat Ray.
Yang kedua Cristian, kedekatannya dengan Johan membuat dia sekarang menjadi sahabat Ray juga.
Mereka adalah 3 cowok yang paling di cari di sekolah. Johan lebih banyak bicara daripada Ray namun setali tiga uang dengan Ray, Johan juga tak begitu suka bersangkutan dengan cewek.
Johan yang ceria akan langsung memasang wajah datarnya ketika ada seorang gadis yang mencoba merayunya.
Sedangkan Cristian, yang biasa mereka panggil Tian , adalah tipe cowok supel dan ceplas-ceplos. Kadangkala ceplas-ceplos nya gak tau tempat, namun Ray dan Johan selalu cuek dan tak mempermasalahkan semuanya.
"Ev....pesen apa loe!!"
tanya Johan, begitu lah Johan memanggil Ray, Everest!....julukan yang di berikan Johan sejak semasa SMP karena Johan beranggapan mendekati Ray untuk dijadikan teman itu sangat susah dia bahkan bersikap sangat dingin, sedingin gunung Everest dan Johan biasa memanggilnya Ev, sebelum nya Tian juga gak tau siapa yang dipanggilnya Ev oleh Johan, namun lama-kelamaan dia tau juga julukan yang di berikan Johan pada Ray.
"Samain aja!"
jawabnya singkat.
"Loe Tian?"
"Gue bakso aja deh, sekalian es jeruk!"
Mereka berada di kantin sekolah sekarang , Johan memesan makanan sesuai dengan yang diinginkan olehnya. Beberapa saat kemudian makanan datang.
"Ev keterima di universitas mana loe?"
Ray mengangkat bahunya tanda belum tau dia akan melanjutkan kemana sedangkan Tian yang asyik makan bakso ikut bersuara.
"Gue ikutan kalian aja deh!!....mau kemana aja kuliah asal kita ber tiga!"
ucap Tian sambil mengunyah sisa bakso yang ada di sendoknya.
"Ok...gak masalah kok! gue juga ngikut aja!"
Mereka akhirnya makan tanpa banyak bicara.
Banyak sekali mata-mata lapar para wanita pengagum yang memandangi mereka, namun begitu tak ada satu orang pun dari para gadis itu yang berani mendekati mereka.
Mendengar bahwa Ray, Lelaki yang sangat sulit untuk di dekati , Camilla gadis cantik si anak pejabat ternama itu penasaran.
Dengan kecantikannya Camilla sangat yakin bahwa Ray akan klepek-klepek di hadapannya. Sebenarnya Camilla sudah sejak duduk di kelas dua SMA ingin menaklukan seorang Ray, namun di urungkan karena kala itu dia sedang ber pacaran dengan Frans teman satu sekolahnya juga.
Sekarang di bantu Erina dan Angel sahabatnya, Camilla akan berusaha mendapatkan cinta Ray.
"Beneran loe bakalan berhasil pacaran ma si Ray?"
tanya Angel.
"Yakin loe? dingin gitu!! di dekatnya aja berasa berdiam diri di gunung Everest, bener si Johan kasih julukan!!"
Erina kini ikut bicara.
"Udah deh!!... bukan Camilla dong namanya kalo gak bisa dapetin Ray!!"
"Gimana kalo jam tangan cantik dan mahal punya loe itu jadi milik gue kalo gue berhasil pacaran sama dia?"
tantang Camilla pada Erina.
"Dan camera mahal gue bakalan jadi milik loe kalo loe bisa mutusin dia setelah loe bikin dia jatuh cinta sama loe!!"
kali ini Angel ikut dalam taruhan itu.
"Deal!??"
kata mereka serempak. akhirnya mereka menyusun berbagai rencana untuk melancarkan aksi mereka.
Di kediaman keluarga Arya.
"Gue nginep sini!!"
kata Johan sambil mendudukkan diri nya di sofa.
"Terserah loe!!"
Ray juga ikutan duduk di sofa ruang tamu, beberapa saat kemudian bi Ana datang dengan es jeruk milik Johan dan jeruk hangat untuk Ray.
"Papa belum pulang Ev?"
tanya Johan.
"Bentar lagi!"
"Enak ya Ray, punya papa single parent...nyaman!!"
celetuk Johan, sudah bisa di pastikan kalo Johan memanggil Ray bukan dengan panggilan Ev maka dia sedang galau. Mode serius Johan bakalan muncul.
Ray mengerutkan keningnya sambil memandang Johan dengan sangat lekat, mencoba mencari kebenaran dari raut wajah Johan.
Merasa dipandangi oleh Ray, Johan juga akhirnya memandang Ray dan berkata...
"Serius Ray!! enak jadi anak papa Arya.. enak jadi anak seorang single parent!!
karena loe gak harus dengerin orang tua loe bertengkar dan bertengkar setiap saat!!"
ucap Johan sambil menerawang memandang langit-langit ruang tamu milik Ray.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 273 Episodes
Comments
Eko Winarno
ya tuhan johan coba lo di posisi nya ray,,
2024-01-21
0
Retno Palupi
kelihatan nya bagus
2023-12-05
0
muhammad ibnuarfan
kayaky seru...tapi emak mu boci dulu ..tar sore lanjut baca...😁😁😘😘
2023-12-02
0