Permainan Takdir

Permainan Takdir

Pertemuan kembali.

Selalu ada pelangi di pengujung hujan. Tak mungkin ada kesedihan, jika tak akan datang kebahagiaan.

🌷🌷🌷🌷

"Dasar cowok brengsek!" seru seorang wanita sambil melayangkan tamparan pada muka lelaki di hadapannya.

Perkataan wanita itu yang keras dan menggema, membuat semua orang yang tengah berada di Cafe "Cantik" menatapnya. Tak terkecuali Adnan, lelaki berkemeja hitam rapih dan celana jeans yang baru saja duduk di bangku tepat samping kanan keduanya.

"Gue minta maaf, Alina." Terdengar lawan bicara wanita tadi mengutarakan penyesalan.

"Lo pikir dengan minta maaf, bisa ngerubah semuanya!" sungut Alina, wanita yang tadi menampar. "6 bulan, Don! Gue di selingkuhin sama lo. Kalau bukan sama temen akrab gue, engga masalah. Lo berdua emang cocok, Sama-sama engga punya hati nurani!"

Satu gebrakan di meja diikuti bangkitnya Alina semakin membuat suasana menegang. Tak di sangka lelaki tadi beringsut dari tempat duduknya, menahan lengan Alina agar tak pergi. "Jangan tinggalin gue, Na. Sayang gue lebih besar ke lo."

Perasaan Alina yang remuk redam tak ingin mendengar apa pun lagi. Ia berusaha melepaskan genggaman tangan Doni. Namun, tenaganya kalah kuat.

Adnan geram melihat pemandangan di sampingnya. Ia bangun dan tiba-tiba melepaskan genggaman Doni pada tangan Alina, lalu berkata, "Lepaskan dia! Gadis ini tidak mau mendengar omong kosongmu lagi."

Alina terperanjat tatkala suara lelaki lain berada di tengah pertikaiannya. Ia berbalik badan, menilisik Ardan dari bawah hingga kaki.

"Siapa Lo? Engga usah ikut campur!" Doni kesal, menatap tajam ke arah Adnan. "Ini bukan urusan lo!"

"Saya memang tidak ada kaitannya dengan masalah kalian. Tapi, ini tempat umum, bukan milik kalian berdua. Orang ke sini untuk menikmati makanan, bukan untuk melihat kalian bertengkar!" tekan Adnan.

Doni hendak kembali meraih tangan Alina. Namun, secepat kilat gadis itu menepisnya.

"Lo dan gue udah berakhir! Jadi, jangan pernah sekalipun Lo liatin hidung pesek itu di hadapan gue. Ngerti!" Alina kembali berbalik, langkahnya kali ini semakin cepat. Yang ia ingin saat ini hanyalah mengendarai motor gedenya. membiarkan ban motor tersebut bertemu aspal jalanan.

"Lo! Gue peringatin sekali lagi, jangan pernah ikut campur urusan orang lain!" Tangan Doni menunjui tepat di mata Ardan, lalu pergi menyusul Alina yang telah pergi membawa roda besinya.

"Lelaki tidak punya sopan santun!" umpat Ardan kesal dan kembali duduk di tempatnya.

Memori Adnan menangkap sesuatu. Mata Alina seperti tak asing baginya. Ia pernah melihat gadis dengan bola mata kecoklataan, berpakaian tomboy dan mengendarai motor besar. Kapan dan di mana, ia pun tak tau.

Tak ingin berlarut dalam pikiran yang tak pasti, Adnan segera menepis perasaan aneh tadi. Kedatangannya ke tempat ini, tak lain dan tak bukan untuk menemui dua sepupunya si kembar Riko dan Riki.

Terdengar suara derap langkah kaki mendekat, lalu satu tepukan di bahu Adnan membuat si empunya tersentak.

"As-alamu'alaikum, Pak Direktur," sapa Riko, yang ternyata telah berada di hadapan Adnan.

"Direktur kita kayaknya lagi ngelamun, Bro," ledek Riki, yang tepat di samping kembarannya.

"Wa'alaikum salam," jawab Adnan.

Anak kembar itu bersamaan menarik kursi, lalu duduk di bangku masing-masing.

"Udah lama nunggu?" tanya Riko.

"Baru lima menit," jawab Adnan singkat.

"Ya elah, Nan. Ini cafe, bukan kantor. Datar amat tuh muka! Lama-lama lo kayak Paman Egi. Si kulkas dua pintu keluaran baru." Riki tertawa geli.

Riko yang mendengarnya juga tidak kuat menahan hasrat, untuk tak tertawa.

"Paman, ya, paman. Jangan samakan!" sungut Adnan.

"Iya, dah. Kita minta maaf," cakap Riko langsung menghentikan aktivitas yang menggitik perutnya.

"Nan, proyek yang di kota Bogor gimana? Jadi lo kasih ke PT Putra Sulung?" tanya Riki.

"Gue ngerasa engga cocok, kalau ke mereka. Harga yang mereka tawarkan terlalu tinggi," sela Riko.

Adnan diam sejenak. Proyek yang rencananya akan dimulai pertengahan maret 2021 ini, memang sudah jauh-jauh hari dipersiapkan. Sebuah kawasan elit akan didirikan di atas tanah bekas sawah sekitar 1500 hektar. Tanah tersebut, Ia beli dari warga kampung di daerah sana. Harga tinggi tak menjadi masalah, karena invest ke depannya lebih menjanjikan.

Sektor perkembangan industri di daerah tersebut di prediksi akan melesat tajam beberapa tahun ke depan. Terlebih, untuk menunjang rencananya. Adnan akan membangun fasilitas umum seperti, sekolah swasta, mall terbesar, ruko-ruko, rumah sakit, tempat beribadah dan pasar modern.

"Tapi ... hasil kerja mereka bagus di proyek sebelumnya," imbuh Adnan.

"Bener sih." Riko membenarkan.

"Gue mah ikut kepututan lo aja deh," tukas Riki

Terdengar sayup-sayup pelanggan cafe membicarakan kehadiran Adnan. Seorang Direktur utama perusahan di bidang property ini tak seperti lainnya. Adnan tak sombong ataupun memilih teman dan tempat ia bergaul.

Pengalaman sulit di masa lalu beberapa tahun ke belakang selalu mengajarkannya tetap sopan, ramah dan berendah hati. Kebangkrutan perusahan orang tuanya yang terjadi setelah ia lulus kuliah, membuat ia dan keluarganya harus berusaha tabah. Kala itu usianya baru 22 tahun.

Saat itu, seorang mata-mata menyamar sebagai pekerja di kantor Papanya. Ia telah mencuri beberapa dokumen penting dari kantor. Sehingga, rencana bisnis yang akan dilakukan oleh papanya bocor ke pihak lain. Karena hal itu, perusahaan mengalami kerugian besar dan terlilit hutang.

Untuk memenuhi kebutuhan, Adnan hanya mengandalkan bengkel kecil yang telah ia kelola selama masa kuliah. Atas dukungan Papa dan bundanya, akhirnya ia merangkak mendirikan perusahaan sendiri.

Empat tahun berlalu, semua kembali normal. Atas izin Allah, kerja keras dan doa orang tua. Adnan sukses sebagai pemilik perusahaan "Wijaya Land". Banyak orang mengenalnya. Namun, ia tak ingin terusik akan hal itu.

"Cepetan nikah sana! Tante Lisa suka nanya ke gue mulu soal pacar lo," ungkap Riki. "Mana gue tau. Lo aja engga pernah gandengan cewek."

Riko menyikut tangan kembarannya. "Nyuruh orang nikah. Lah, sendirinya masih belum berani juga nemuin orang tua Lia."

"Jangan bahas itu lah. Gue lagi puyeng, Bambang!" sungut Riki. "Gue pusing, kalau dia udah ngomong pake bahasa daerahnya."

Riko tertawa, sedangkan Adnan hanya menyimak. Waktu menunjukkan pukul 15.00 sore. Adnan pamit pulang, karena harus mengantarkan bundanya ke dokter sehabis salat Asyar. Ia membayar terlebih dahulu pesanannya di meja kasir, lalu bergegas keluar cafe meninggalkan Riko dan Riko.

Tanpa membuang waktu, Adnan segera masuk ke mobil. Mengarahkan kendaraannya ke jalan raya utama. Lima menit berkendara, tepat mendekati lampu merah. Mobil Adnan menyalip sebuah motor. Ia tak tahu, bahwa hal itu membuat si pengendara motor oleng dan terjatuh ke samping kiri.

Adnan yang melihat kejadian itu dari kaca spion segera menginjak rem. Ia bergegas keluar mobil dan menghampiri si pengendara motor gede. Dari balik helm, tampak wajah cantik berambut panjang yang sempat ia lihat di cafe tadi.

"Bisa nyetir engga sih, lo?" tanya Alina, pengemudi motor gede tersebut.

Tatapan mereka bertemu. Persis yang terjadi 6 tahun lalu. Mata kecoklatan itu benar-benar menghipnotis Adnan. Ia tak berkedip seraya memutar memori otak. Kejadian ini bagaikan dejavu untuk keduanya.

"Kamu gadis bar-bar yang 6 tahun lalu terlibat kejadian seperti ini denganku kan?" tanya Adnan memastikan.

...****************...

BERSAMBUNG~~~

Bismillah ...

Selamat datang di cerita Adnan🤗

Sesuai janjiku, aku akan menuntaskan cerita Adnan dan dua R di sini.

Semoga kalian suka.

Sebelumnya, aku mohon maaf --perihal-- pekerjaan Adnan ataupun perusahaannya. Maaf, jika ada kesalahan ataupun risetku yang kurang tentang hal itu.

Terpopuler

Comments

Ma Selly

Ma Selly

lanjut thor

2023-12-13

0

Syahfira Pohan

Syahfira Pohan

iehd

2023-06-12

0

Yuni Purwatiningsih

Yuni Purwatiningsih

baru mau baca

2023-05-14

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan kembali.
2 lift macet.
3 Derita Alina
4 Minimarket.
5 Mengantar pulang.
6 Rumah si kembar.
7 Puncak kekesalan Alina
8 Hal tak terduga
9 Tawuran anak remaja.
10 Makan malam dengan keluarga.
11 Menikahlah denganku.
12 Hujan menjadi saksi
13 Meminta restu Rendy dan Lisa
14 Lamaran
15 Alina menemui bundanya.
16 Ijab Qabul.
17 Resepsi pernikahan.
18 Satu selimut.
19 Sarapan
20 Nasi goreng ati ampela.
21 Kantor.
22 Makan siang bersama
23 Menengok ibundanya Alina
24 Kejujuran Adnan.
25 Alina sakit.
26 Riko
27 Masa lalu Pak Willy
28 Rasa cemas
29 Alina pulang ke rumah.
30 Menjemput Alina
31 Demi mie pedas
32 Supermarket
33 Kedatangan Bu Sinta
34 Siuman
35 Candaan tengah malam.
36 Berita miring
37 Percaya atau tidak?
38 Gugatan cerai
39 Bertemu pelaku
40 Isi video terungkap
41 Keputusan berat
42 Memberi tanpa merendahkan
43 Berkumpul di rumah Lisa
44 Adnan sakit
45 Kembali ke kantor
46 Meeting
47 Lotion baru
48 Rumah Dika
49 Pengumuman
50 Dinas luar kota
51 Boba rasa red velvet
52 Proyek Tangerang
53 Abas penjual kue basah
54 Siapa kamu?
55 Kemesraan yang tertunda
56 Sekertaris baru
57 Berkas yang hilang
58 Senjata makan tuan
59 Ajakan makan siang
60 Makan siang
61 Bermain cantik
62 Merekam pelaku
63 Nasi goreng Riki dan Riko
64 Terungkap
65 Penjelasan Lily
66 Cerita baru
67 Menemui client
68 Poto Adnan
69 Tawaran Rio
70 Maps kuning
71 Berhasil
72 Lily berhenti
73 Riko mengantar pulang
74 Serbuk
75 Maaf
76 Terminal bus
77 Dejavu.
78 Novel Riko dan Lily
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Pertemuan kembali.
2
lift macet.
3
Derita Alina
4
Minimarket.
5
Mengantar pulang.
6
Rumah si kembar.
7
Puncak kekesalan Alina
8
Hal tak terduga
9
Tawuran anak remaja.
10
Makan malam dengan keluarga.
11
Menikahlah denganku.
12
Hujan menjadi saksi
13
Meminta restu Rendy dan Lisa
14
Lamaran
15
Alina menemui bundanya.
16
Ijab Qabul.
17
Resepsi pernikahan.
18
Satu selimut.
19
Sarapan
20
Nasi goreng ati ampela.
21
Kantor.
22
Makan siang bersama
23
Menengok ibundanya Alina
24
Kejujuran Adnan.
25
Alina sakit.
26
Riko
27
Masa lalu Pak Willy
28
Rasa cemas
29
Alina pulang ke rumah.
30
Menjemput Alina
31
Demi mie pedas
32
Supermarket
33
Kedatangan Bu Sinta
34
Siuman
35
Candaan tengah malam.
36
Berita miring
37
Percaya atau tidak?
38
Gugatan cerai
39
Bertemu pelaku
40
Isi video terungkap
41
Keputusan berat
42
Memberi tanpa merendahkan
43
Berkumpul di rumah Lisa
44
Adnan sakit
45
Kembali ke kantor
46
Meeting
47
Lotion baru
48
Rumah Dika
49
Pengumuman
50
Dinas luar kota
51
Boba rasa red velvet
52
Proyek Tangerang
53
Abas penjual kue basah
54
Siapa kamu?
55
Kemesraan yang tertunda
56
Sekertaris baru
57
Berkas yang hilang
58
Senjata makan tuan
59
Ajakan makan siang
60
Makan siang
61
Bermain cantik
62
Merekam pelaku
63
Nasi goreng Riki dan Riko
64
Terungkap
65
Penjelasan Lily
66
Cerita baru
67
Menemui client
68
Poto Adnan
69
Tawaran Rio
70
Maps kuning
71
Berhasil
72
Lily berhenti
73
Riko mengantar pulang
74
Serbuk
75
Maaf
76
Terminal bus
77
Dejavu.
78
Novel Riko dan Lily

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!