"Anda sudah siap Nona Eli?" Kali ini seorang pria muda yang menggunakan seragam pelayan untuk pria yang menjemput Eliana setelah gadis itu baru saja selesai dirias.
"Sa-saya sudah si-si-siap," jawab Eliana gugup.
"Kalau begitu mari ikuti saya!" titah pelayan tersebut pada Eli.
"Terima kasih sebelumnya," ucap Eliana pada kedua gadis pelayan yang telah mendandaninya. Kedua gadis tersenyum dan membungkukkan badan untuk membalas Eliana.
Lalu Eliana mengikuti pelayan tersebut. "Se-sebenarnya, kita akan kemana?" tanya Eliana saat mereka berdua berjalan di koridor istana.
Warna keemasan banyak memenuhi penjuru istana. Kesan mewah terpancar berkilau dari banyak sekali ornamen-ornamen yang terpasang di istana.
Eliana tidak mendapat jawaban dari pria pelayan yang berjalan di depannya itu. Ia pun memutuskan untuk diam saja pada akhirnya.
Hingga mereka berdua tiba di sebuah ruangan dengan pintu yang sangat tinggi.
Dua orang penjaga berdiri menghadap ke arah pintu. Sementara ada sekitar sepuluh orang lainnya berdiri di setiap sisi kanan kiri pintu.
Para penjaga tersebut menggunakan baju formal, stelan kemeja, tuksedo dan jas. Sangat rapi dan sepertinya mereka cukup tampan, begitu penilaian Eliana saat pertama kali melihat mereka.
"Jika penjaganya saja setampan ini, bagaimana dengan Yang Mulia Raja? Selama ini aku hanya sering melihatnya di televisi saja," gumam Eliana dalam hati.
Pelayan itu pun sampai ke depan pintu, ia berbicara sejenak pada seorang penjaga. Lalu tak lama kemudian, penjaga itu membukakan pintu untuk Eliana.
"Saya hanya bertugas mengantar Nona sampai ke sini." Pelayan itu membungkukkan badan pada Eli. "Silakan masuk, Nona." Dia merentangkan tangan kanannya untuk mempersilakan Eliana agar masuk pada pintu yang baru saja dibuka.
Tuk tuk tuk
Suara langkah sepatu Eliana terdengar sangat gugup. Ia tak tahu tujuan dari semua ini. Yang ia tahu adalah, jika dirinya di sini adalah untuk membayar hutang-hutang ayahnya. Jadi ia harus menyimpan semua rasa penasarannya, yang penting hutang-hutang ayahnya telah dilunasi.
Eliana berjalan melewati pintu yang sangat tinggi itu. Jika daun pintunya saja mampu membuat Eliana kagum, apalagi segala sesuatu yang ada dalam balik pintu itu.
Eliana bagai tikus yang masuk ke koloseum yang begitu besar. Dirinya sungguh terlihat begitu kecil, ia pun merapatkan kedua tangannya demi mengurangi rasa gugupnya.
Gadis itu berjalan menunduk di sepanjang karpet merah, ia tak berani menatap sekitarnya apalagi ke depan, ke arah singgasana.
Tiba-tiba saja seorang pria menghampirinya.
"Nona Eli, Yang Mulia Raja sudah menunggu." Ternyata itu adalah Antony yang mendekatinya.
Eliana hanya mengangguk, ia pun terus berjalan ke depan sementara Antony mengikutinya dari belakang.
"Menunduk dan beri hormat," bisik Antony dari belakang Eliana.
Gadis itu membungkukkan badannya dalam-dalam. "Hamba Eliana Louis menghadap Yang Mulia Raja Raisilian VII, Raja Gerald Yang Agung. Terimalah salam hormat dari hamba," ucap Eliana saat memberi salam.
Ia hanya melakukannya persis seperti yang ia lihat dari televisi saja. Sebelumnya ia belum pernah memberi salam pada seorang Raja seperti ini.
"Hormatmu diterima, berdirilah!" jawab Sang Raja.
Ini adalah pertama kalinya bagi Eliana mendengar suara sang Raja secara langsung. Eliana menegakkan kembali badannya, namun ia tak berani menatap langsung pada Raja.
"Langsung saja, kau sudah tahu tujuannya kau dibawa ke mari?" tanya Raja dengan penuh wibawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 345 Episodes
Comments
Santoso Zha
bagus
2022-05-21
0
Yolanda Fjr
lanjut thor
2022-05-10
0
Alya Putri
hadehhh w yg dak dik duk
2021-12-21
0