Dengan langkah lunglai Putri dan Zaki berjalan di belakang bu Risma. Keadaan keduanya sudah acak-acakan. Baju mereka juga kotor karena sempat bergumul di lantai. Zaki dan Putri duduk di depan meja bu Risma dengan wajah menunduk.
“Coba jelaskan apa yang terjadi Putri.”
“Zaki ngambil makanan Dinda bu. Bukannya minta maaf, Zaki malah narik-narik kerudungnya Dinda sampai Dinda nangis,” jelas Putri.
“Benar itu Zaki?”
“Zaki cuma ambil sosis sepotong. Dindanya aja yang pelit. Ini Putri juga bu, dia tuh dua kali dorong aku. Lihat hidung aku merah gara-gara jatoh didorong dia.”
Risma menghela nafasnya. Ini sudah yang ketiga kalinya Putri dan Zaki berkelahi. Saat kejadian pertama dan kedua Risma hanya mengingatkan keduanya dan meminta mereka saling bermaafan. Tapi ternyata mereka kembali berkelahi lagi. Akhirnya Risma memutuskan untuk memanggil orang tua mereka berdua.
Kirana terkejut mendapat panggilan dari sekolah. Dengan cepat dia berangkat ke sekolah. Sesampainya di ruang guru, dia melihat ibu Zaki sudah lebih dulu datang. Kirana segera duduk di sampingnya. Risma menjelaskan duduk perkaranya. Dia juga mengatakan kejadian ini bukan yang pertama.
“Putri, kamu itu anak perempuan kenapa bersikap kasar?” tegur Kirana.
“Maaf bunda, abis Zaki yang cari gara-gara duluan.”
“Zaki, kamu tuh dari dulu jahilnya ngga hilang-hilang. Kenapa kamu senang banget gangguin Dinda?” tanya Neli, ibu Zaki.
“Abisnya Dinda pelit ngga mau ngasih makanan ke aku,” Neli begitu kesal mendengar jawaban anaknya. Dengan gemas dia menjewer telinga Zaki.
“Maaf ya bu Kirana. Anak saya ini memang keterlaluan.”
“Saya juga minta maaf bu Neli. Kelakuan anak saya bar-bar kaya gini.”
Kedua ibu itu tersenyum. Untung saja mereka berdua sudah paham kelakuan anak-anaknya. Jadi perkelahian antar anak tidak berlanjut ke orang tua.
“Maaf bu Kirana, bu Neli. Untuk memberi pelajaran pada Zaki dan Putri, atas rekomendasi dari guru BK, mereka berdua di skors satu hari. Selain itu mereka juga harus mengerjakan tugas untuk pelajaran besok, menulis surat permintaan maaf sebanyak dua lembar dan setor hafalan surat An-Nabaa ayat 1 sampai 20.”
Zaki dan Putri menggeleng keras mendengar ucapan gurunya. Mereka merengek meminta dijinkan sekolah dari pada harus mengerjakan tugas seabreg plus hafalan ayat. Setelah itu, Risma mempersilahkan kedua membawa anak-anaknya pulang walaupun jam pelajaran belum usai.
Sore harinya, Putri duduk terdiam di ruang tengah. Dia akan disidang oleh ayah dan bundanya. Fadli yang baru selesai mandi segera duduk di sofa, sedang Kirana sedari tadi sudah di sana. Tak lama Fahri dan Farhan menyusul.
“Putri, kamu tahu kesalahan kamu apa nak?” tanya Fadli.
“Tahu ayah.”
“Kata bu guru ini yang ketiga kalinya kamu berkelahi dengan Zaki. Ayah ngga nyangka anak ayah yang cantik dan sholehah ini bisa berbuat kasar pada temannya.”
“Maaf ayah, tapi Zaki yang mulai duluan.”
“Harusnya kamu jangan ikut-ikutan kaya Zaki. Lebih baik kamu dan Dinda menjauh, atau bilang sama bu Risma soal Zaki,” tutur Kirana.
“Kalau diam aja nanti Zaki tambah ngelunjak bunda. Makanya Putri kasih pelajaran sama Zaki biar ngga seenaknya gangguin Putri sama Dinda.”
“Siapa yang bilang begitu sama kamu?”
“Kak Han,” jawab Putri pelan.
Kirana sontak melihat pada putra keduanya. Farhan hanya cengar-cengir mendapat tatapan tajam dari bundanya.
“Farhan! Kenapa kamu ngajarin adikmu seperti itu? Dia itu perempuan.”
“Justru karena dia perempuan bunda, dia harus bisa membela diri. Biar ngga diganggu sama temen laki-lakinya.”
“Fahri setuju bunda. Kita kan ngga bisa terus-terusan di samping Putri. Jadi dia harus bisa melindungi dirinya sendiri. Apa yang dilakuin Putri ngga salah. Udah bagus dia ngasih pelajaran sama Zaki. Kak Ri bangga sama adek.”
“Kak Han juga.”
Putri tersenyum senang mendengar pujian kedua kakaknya. Sedang Kirana hanya menepuk keningnya melihat kelakuan kedua putranya. Fadli tersenyum, namun senyumnya hilang begitu mendapat tatapan horor dari istrinya.
“Tapi lain kali jangan seperti itu ya Putri. Kalau bisa dibicarakan baik-baik, itu lebih baik dari pada menggunakan kekerasan,” nasehat Fadli.
“Iya ayah.”
“Sekarang naik ke kamar kalian.”
Farhan, Fahri dan Putri segera menuju ke lantai dua. Bukannya ke kamar, mereka memilih berbicara di balkon. Keduanya tak sabar ingin mendengar cerita lengkap pertarungan Putri dengan Zaki.
Sementara itu Kirana masih berbicara dengan Fadli. Dia bingung melihat Putri yang semakin hari semakin tomboy saja.
“Aku bener-bener bingung. Dulu Putri itu anaknya baik, manis, penurut. Ingat kan mas, waktu pertama kali kita ketemu Putri umur tiga tahun. Begitu pindah kenapa malah jadi tambah galak. Ini pasti gara-gara Fahri sama Farhan yang udah ngeracunin anak itu.”
Fadli tertawa mendengar celotehan istrinya. Semenjak Putri tinggal bersama mereka. Fahri dan Farhan memang begitu dekat dengan Putri. Semua kebiasaan mereka ditularkan pada adiknya. Bukannya bermain boneka, Putri lebih senang diajak main kelereng, latihan bela diri, main basket bahkan main layangan oleh kedua kakaknya.
“Kenapa sekarang aku berasa punya anak laki-laki tiga ya mas,” keluh Kirana.
“Hahahaha.. ya ampun kamu tuh ada-ada aja sayang. Biarin aja dulu. Pelan-pelan kamu arahkan Putri. Tapi mas setuju kalau Putri harus bisa menjaga diri.”
“Aku juga setuju mas. Tapi ngga gini juga. Dari kelas satu ada aja korbannya Putri. Yang nangislah, dijahilin lah. Aku sampai malu ketemu wali murid yang lain. Pusing aku mas.”
“Begini saja. Coba mulai besok perkenalkan Putri dengan pekerjaan rumah. Belajar sedikit-sedikit menyapu, cuci piring atau memasak. Biar dia ngga terlalu sering menghabiskan waktu dengan kedua kakaknya.”
Kirana mengangguk-angguk. Dia mulai menyusun rencana untuk mengalihkan perhatian Putri agar tidak terus mengekori kedua kakaknya.
🌹🌹🌹
Selesai shalat ashar, Kirana meminta Putri membantu bi Juju melipat baju yang baru diangkat dari jemuran. Awalnya Putri ogah, tapi Kirana memaksa dengan ancaman akan memotong uang jajannya. Dia pun mulai melipat baju di ruang khusus untuk menyetrika. Sesekali dia menghembuskan nafas kesal karena begitu banyaknya baju yang harus dilipat. Saat sedang melipat baju Farhan datang menghampiri.
“Dek, ikut kak Han sama kak Ri main bola yuk.”
“Putri mau kak, tapi ini bunda nyuruh Putri lipetin semua baju ini.”
Farhan keluar dari ruangan, tak lama dia kembali bersama Fahri. Mereka berdua langsung membantu Putri melipat baju. Lima belas menit kemudian semua baju sudah dilipat dan tersusun di keranjang. Betapa senangnya perasaan Putri, pekerjaannya cepat selesai berkat bantuan kedua kakaknya.
“Kita tunggu di luar ya dek,” ucap Fahri.
Putri hanya mengangguk. Setelah kakaknya pergi, dia mendorong keranjang. Lalu keluar ruangan menemui bundanya.
“Bunda, kerjaan Putri udah beres. Sekarang Putri boleh main ya.”
“Eitts tunggu! Yang bener udah beres?”
“Bener bunda. Kalau ngga percaya bunda lihat aja sendiri.”
Kirana berjalan menuju ruang menyetrika. Semua pakaian sudah terlipat rapih. Karena tugas yang diberikannya sudah selesai. Tak ada alasan untuk Kirana melarang Putri main. Dengan senang Putri keluar dari rumah menemui kedua kakaknya yang sudah menunggu di depan gerbang. Tak lama mereka berjalan menuju lapangan yang terletak dua blok dari rumah mereka.
Setiap harinya Putri selalu mendapat tugas dari Kirana. Mencuci piring, menyapu lantai dua, membereskan lemari pakaiannya atau membereskan ruang keluarga. Setiap hari pula kedua kakaknya membantu Putri menyelesaikan tugasnya tanpa sepengetahuan Kirana. Bi Juju yang mengetahui hal tersebut dipaksa tutup mulut oleh Fahri dan Farhan. Asisten rumah tangga itu hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak majikannya. Lebih parahnya selama ini Kirana tak menyadari kalau telah dikadali oleh kedua anak lelakinya.
🌹🌹🌹
Ini baru awalnya nya. Keseruan akan terus bertambah di setiap babnya. So jangan bosan untuk ikutin terus kelanjutannya ya🤗
Please tinggalkan jejak kalian ya😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
🧡⃟ᴄᴇͫɢᷲɪᷝʟᷲ ⍣⃝ꉣꉣ𝓐𝔂⃝❥
wkwkwk ngakak liat kelakuan bocil tigaaa itu haha🤣🤣🤣
2024-02-05
1
anonim
kompaknya kalian bertiga...seruuuuu
2024-01-29
1
reza indrayana
Dasar Bocah² Gemblung ...😍😍😍
2024-01-29
1