The Heart Chooses
Gadis berusia lima tahun itu tak berhenti menangis. Seorang perawat terus berusaha menenangkannya. Mulutnya tak berhenti memangggil kedua orang tuanya.
“Mama.. papa..”
Sementara itu di ruang tindakan, para dokter berusaha menyelamatkan nyawa sepasang suami istri yang terlibat kecelakaan. Mobil yang dikendarai mereka tertabrak mini bus yang menyalip dari arah berlawanan. Beberapa kali mobil mereka terguling hingga akhirnya jatuh terhempas dengan posisi terbalik. Beruntung anak mereka yang masih berusia lima tahun tak mengalami cedera parah. Gadis yang duduk di kursi belakang itu terikat kencang dengan seat belt-nya. Dia hanya mengalami cedera ringan.
Ya, pasangan itu adalah orang tua gadis kecil yang sedang menangis di IGD. Malang nyawa sang ibu tak dapat diselamatkan, sedang sang ayah masih dalam keadaan kritis.
Seorang pria datang tergesa menuju IGD. Dia menanyakan korban kecelakaan maut yang dibawa ke rumah sakit ini. Setelah mengkorfirmasi nama korban, lelaki itu berjalan menuju ruang tindakan. Dia menghampiri dokter yang menangani.
“Selamat malam dok, bagaimana keadaan pasien?”
“Anda keluarganya?”
“Saya Soni Abraham, teman sekaligus pengacaranya dok.”
“Mohon maaf saya tidak bisa menyelamatkan istrinya. Sedang pak Rasyid sudah sadar hanya keadaannya masih kritis. Dia kehilangan banyak darah.”
“Bagaimana dengan anaknya dok?”
“Alhamdulillah anaknya selamat, hanya mengalami cedera ringan. Sekarang sedang ditangani oleh perawat.”
“Boleh saya melihat teman saya?”
“Silahkan. Tapi jangan terlalu lama.”
Soni masuk ke dalam ruang tindakan. Terlihat Rasyid, temannya terbaring lemah di atas blankar. Beberapa peralatan medis terpasang di tubuhnya. Melihat kehadiran Soni, pria itu mengangkat tangannya dengan lemah. Meminta temannya menghampiri.
“Soni.. tolong saya.”
“Jangan banyak bicara dulu. Putri selamat, dia baik-baik saja.”
“Waktuku ngga banyak Son, tolong aku.”
Soni mendekatkan telinganya pada bibir Rasyid, menyimak apa yang dikatakan sahabatnya ini. Setelah itu dengan cepat mengeluarkan kertas bersegel dari tas kerjanya dan mencatat semua yang dikatakan temannya ini. Kemudian dia menempelkan materai di atasnya. Soni membantu menyelipkan ballpoint ke tangan Rasyid. Dengan sekuat tenaga dia menandatangani kertas yang diberikan Soni. Tak lama terdengar suara monitor. Beberapa suster dan dokter menghampiri. Mereka berusaha mengembalikan detak jantung Rasyid. Namun malang, dalam hitungan menit dia menyusul istrinya kembali kepada sang pencipta.
Soni mengusap kasar wajahnya. Tak percaya dalam waktu semalam kehilangan dua orang sahabat sekaligus. Rasyid dan istrinya, Risna adalah temannya sejak SMA dulu. Selain mereka bertiga masih ada Fadli. Keempatnya merupakan sahabat karib. Jika Rasyid, Risna dan Soni tinggal di Jakarta. Berbeda dengan Fadli yang menetap di Bandung dan membangun usahanya di sana.
Sambil menunggu perawat menyiapkan jenazah Rasyid dan Risna, Soni mencari keberadaan Putri, anak semata wayang Rasyid. Dia mengambil Putri dari gendongan perawat.
“Om Soni, papa sama mama mana?”
“Papa sama mama masih di dalam. Putri jangan nangis lagi. Sekarang Putri sama om Soni dulu ya.”
Gadis itu mengangguk. Soni menggendong gadis yang sudah dianggapnya anak sendiri hingga tertidur. Seorang perawat memanggilnya dan mengatakan jenazah sudah siap dibawa pulang. Soni menuju mobilnya. Membaringkan Putri di jok belakang. Setelah itu duduk di belakang kemudi, mengikuti ambulance menuju kediaman Rasyid.
🌹🌹🌹
Soni duduk terdiam di depan makam Rasyid dan Risna. Di sebelahnya berdiri Putri. Entah apa yang dipikirkan gadis kecil itu. Dalam waktu semalam dia menjadi yatim piatu. Masih terdengar suaranya memanggil mama dan papanya di sela isak tangisnya. Soni memegang erat tangan gadis itu.
Tak berapa lama sepasang suami istri nampak turun dari mobilnya dan berjalan tergopoh-gopoh menuju makam Rasyid.
“Rasyid,” desisnya saat berada di depan makam.
Soni menoleh, dengan cepat memeluk orang itu. Dia adalah Fadli, sahabatnya. Tadi shubuh dia mengabari tentang kepergian Rasyid dan Risna. Airmata Fadli jatuh bercucuran. Karena kesibukannya mereka jarang bertemu. Dan kini mereka bertemu tapi dalam situasi yang sangat menyedihkan. Kirana, istrinya memegang bahunya mencoba menguatkannya.
Fadli menghapus airmatanya. Matanya lalu tertuju pada gadis kecil di samping Soni. Dengan tersenyum dia memanggil namanya.
“Putri sayang, kamu masih ingat om nak?”
Putri mengangguk pelan. Kirana ikut berjongkok di depan Putri. Menghapus airmata gadis ini. Membelai rambutnya penuh kasih sayang.
“Bagaimana kalau kita ke kantorku dulu. Ada hal penting yang ingin kubicarakan dengan kalian,” Fadli mengangguk. Kirana mengusap pipi Putri.
“Sayang, mau ikut tante?”
Putri hanya megangguk. Kirana segera menggendong Putri. Mereka berjalan menuju mobilnya. Tak lama mobil mereka meninggalkan area pemakaman umum menuju kantor Soni.
Kirana membaringkan Putri di sofa kemudian bergabung dengan suaminya. Soni mengeluarkan surat wasiat yang dibuat alhamrhum Rasyid tadi malam. Fadli membaca dengan seksama surat wasiat tersebut.
“Bagaimana Dli? Kamu bersedia menjalankan amanat Rasyid?”
“In Sya Allah Son, aku akan melakukannya. Kamu ngga keberatan kan sayang?” tanya Fadli pada istrinya.
“Sama sekali ngga mas. Aku bahagia, akhirnya aku memiliki anak perempuan.”
“Syukurlah kalau begitu. Aku senang kita berdua bisa menjalankan amanat Rasyid. Sehabis menjemput Deandra di New York aku akan langsung mengurus perusahaan Rasyid. Putri aku percayakan pada kalian berdua.”
“Ya Son.”
“Apa kalian akan mampir dulu ke rumah atau langsung pulang ke Bandung?”
“Sepertinya kami akan langsung pulang ke Bandung. Fahri dan Farhan sedang menunggu kami.”
“Baik. Hati-hati di jalan. Nanti aku yang akan mengirimkan barang-barang Putri ke rumah kalian.”
Putri terbangun dari tidurnya. Sejenak dia mengucek matanya. Kemudian berjalan menghampiri Soni. Melihat Putri, Soni langsung menggendongnya.
“Putri sayang. Mulai hari ini Putri tinggal bersama om Fadli dan tante Kirana ya sayang. In Sya Allah om dan tante Deandra akan sering menengokmu di Bandung. Putri harus jadi anak yang baik ya. Jangan bersedih lagi. Om Fadli dan tante Kirana adalah teman papa dan mama. Di Bandung, Putri akan punya dua orang kakak, jadi Putri tidak akan kesepian. Putri maukan?”
Putri mengangguk. Putri memang anak yang baik dan penurut. Dia juga mudah menyesuaikan diri di lingkungan baru. Seandainya saja Rasyid menitipkan Putri padanya, Soni pasti akan sangat bahagia, karena hingga kini dia belum dikaruniai anak. Tapi Rasyid tidak ingin anaknya kesepian. Karenanya dia menitipkan anaknya pada Fadli, yang sudah mempunyai dua anak lelaki. Kirana mengambil Putri dari gendongan Soni.
“Mulai sekarang Putri panggil tante, bunda dan om, ayah. Mau kan sayang?”
“Iya bunda.”
“Aduh pinternya anak bunda. Coba sekarang panggil ayah.”
“Ayah.”
Fadli menggendong Putri, mencium pipi gembulnya. Sekali lagi mereka berpamitan pada Soni. Kemudian mereka kembali ke mobilnya. Kali ini mereka langsung pulang ke Bandung. Kirana sudah membayangkan kedua anak lelakinya pasti senang sekali mempunyai adik perempuan.
🌹🌹🌹
Hai author datang lagi dengan karya terbaru nih. Mudah2an kalian suka ya dengan jalan ceritanya. Happy reading...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Nabila hasir
mampir nbila kesini mak autrhor
2024-05-09
1
Ayuna
kesini..
2024-04-24
1
🧡⃟ᴍ𝖚𝖒𝖚𝖓❤️⃟Wᵃf ⍣⃝ꉣꉣ𝓐𝔂⃝❥
kasian putri msh kecil udah jadi anak yatim piatu 😔
sayang putri bnyk"
2024-02-05
1