Sinar surya semakin meredup, awan-awan hitam mulai bergulung menutupi bentangan langit biru. Deru angin semakin lama semakin kencang, seolah hujan badai akan mendatang. Kilatan petir sesekali menyambar, cahayanya seakan-akan membelah alam raya, suasana yang sangat menyeramkan.
Seorang wanita yang matanya menyimpan manik biru, sedang duduk di atas kursi, di sudut ruangan. Ia gelisah menanti sang kekasih yang tak kunjung datang. Beberapa jam yang lalu, mereka berjanji untuk bertemu, di sebuah restoran yang menjadi langganan mereka. Meskipun wanita ini tegar, dan tangguh, namun ia sangat takut dengan halilintar, terlebih lagi jika ia sedang sendiri.
"Kamu di mana Rey, aku sudah di sini menunggu kamu," gumam Bylla dengan pelan.
Tatapan matanya tak lepas dari pintu masuk, ia berharap sosok lelaki yang ditunggunya akan segera tiba.
"Aku tidak berani pulang Rey," kata Bylla sambil menatap rintik hujan yang mulai berjatuhan, kebetulan saat itu ia sedang duduk di dekat jendela.
Bylla menunduk, sambil menutupi kedua telinganya. Meskipun hanya terdengar samar-samar, namun suara halilintar itu tetaplah menakutkan baginya.
Beberapa menit telah berlalu, di luar hujan mengguyur dengan semakin deras. Mata Bylla mulai berkaca-kaca, manik birunya mulai buram, karena air mata yang mulai menggenang.
"Aku sangat takut," bisik Bylla pada dirinya sendiri.
"Jangan takut, ada aku di sini. Maaf ya sayang aku datang terlambat, tadi mobilku mogok di jalan. Aku harus menunggu taxi untuk sampai kesini," kata seorang lelaki sambil memeluk Bylla.
Dia adalah Reymond Been Jackson, lelaki muda yang tampan, dan berwibawa. Kendati demikian, ia sangat romantis, dan penyayang. Ia selalu memperlakukan Bylla dengan lembut, tak sekalipun ia menyakitinya. Reymond adalah putra tunggal dalam keluarga Jackson, salah satu keluarga yang cukup berpengaruh di Negara Indonesia.
Bylla dan Reymond adalah teman sewaktu kuliah, lalu dua tahun terakhir, mereka menjalin hubungan. Mereka saling merajut rasa dalam sebuah cinta.
Bylla dan Reymond adalah pasangan yang sangat serasi, keduanya berkepribadian baik. Keduanya memiliki wajah yang nyaris sempurna, dan keduanya sama-sama terlahir di tengah keluarga yang berada.
"Rey, kamu sudah di sini, aku sampai tidak menyadari kehadiran kamu," ucap Bylla sambil mendongak, menatap wajah sang kekasih yang berada di hadapannya.
"Kamu tadi menunduk sayang, tentu saja tidak tahu. Maaf ya, aku datang terlambat. Kamu jadi ketakutan di sini," kata Reymond sambil melepaskan pelukannya.
"Hujannya sangat deras Rey, ada angin, ada petir, aku gelisah," ucap Bylla sambil menyeka sudut matanya yang mulai basah.
"Sekarang jangan takut lagi, ada aku di sini." Reymond tersenyum, seraya menyelipkan rambut Bylla ke belakang telinganya.
"Nanti pulangnya bagaimana? Hujannya semakin deras."
"Nanti kuantarkan sayang, apa gunanya aku di sini, kalau masih membiarkan kamu pulang sendiri," ucap Reymond dengan senyum manisnya.
"Tapi aku bawa mobil sendiri Rey," jawab Bylla.
"Aku tidak bawa mobil, aku tadi naik taxi. Jadi nanti aku bisa mengantarkan kamu, Bylla," kata Reymond.
"Terus kamu pulangnya bagaimana?"
"Menginap di rumah kamu," goda Reymond.
"Rey, aku serius!" teriak Bylla.
"Naik taxi sayang," ucap Reymond sambil terkekeh.
"Sudah pesan makanan?" tanya Reymond.
"Belum, aku menunggumu," jawab Bylla sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu kita pesan sekarang ya."
"Mbak!" panggil Reymond, sambil melambaikan tangannya pada seorang pelayan yang sedang mengantarkan makanan.
"Pesan apa Tuan, Nona?" tanya pelayan itu, saat ia sudah berdiri di dekat Bylla dan Reymond.
"Kamu mau makan apa sayang?" tanya Reymond sambil menatap Bylla.
"Seafood asam manis sepertinya enak."
"Seafood asam manis dua, white coffe satu, matcha latte satu," kata Reymond kepada pelayan.
"Baik Tuan, silakan tunggu sebentar! Kami akan segera menyiapkan makanan Anda," ucap pelayan sambil melangkah pergi.
"Kamu sangat hafal dengan minuman kesukaanku," ucap Bylla sambil tersenyum.
"Bukan hanya sehari dua hari aku mengenal kamu sayang. Masa begitu saja tidak tahu," jawab Reymond.
"Begitukah?"
Reymond menanggapinya hanya dengan anggukan, dan senyuman.
"Bylla!" panggil panggil Reymond.
"Hmmm."
"Kamu tahu, aku sangat bahagia bisa menjadi pasangan kamu. Meskipun kau bukan cinta pertamaku, tapi dulu aku tidak pernah merasakan cinta yang seindah ini," ucap Reymond.
Bylla menunduk, menyembunyikan wajahnya yang mulai merona.
Kata-kata cinta dari Reymond, selalu saja membuatnya tersipu malu.
"Kamu sangat pandai merayu Rey," ucap Bylla.
"Aku tidak hanya merayu, aku serius Bylla. Nanti saat orang tuaku sudah kembali, akan aku ajak ke rumah kamu. Aku ingin menjalin hubungan yang lebih serius dengan kamu," ucap Reymond sambil menggenggam tangan Bylla.
"Aku sangat menantikan hari itu Rey," jawab Bylla.
Tak lama kemudian, mereka menghentikan perbincangannya, karena pesanan mereka sudah diantarkan.
Reymond dan Bylla mulai melahap makanannya, dengan hati yang penuh dengan kebahagiaan.
***
Kerlip bintang mulai tampak samar-samar di angkasa raya. Sementara sang rembulan, masih menyembul malu-malu di balik awan kelabu. Semilir angin malam, berhembus perlahan, menyisakan hawa dingin yang menusuk tulang. Guyuran hujan sudah reda, tinggal tanah becek yang masih tersisa.
Seorang lelaki duduk di teras rumah, sambil menatap anak-anak asuhnya yang sedang makan di ruang tamu. Mereka makan dengan begitu lahap. Raut kebahagiaan terpancar jelas dari wajah-wajahnya, meskipun mereka hanya makan dengan lauk tempe goreng.
"Semoga kebahagiaan itu tetap kalian jaga, semoga senyuman kalian tak pernah pudar, meskipun takdir hidup tidak sejalan, dengan apa yang kalian harapkan," gumam Ghani sambil tersenyum getir.
Sesungguhnya hatinya terasa sangat sakit, setiap kali menatap anak-anak asuhnya. Di usia mereka yang masih dini, mereka tak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarga. Mereka hidup ditengah kekurangan, tanpa pendidikan, tanpa harta, bahkan untuk makan saja tidak tentu sampai kenyang.
Ghani mulai memetik senar gitar yang ada dalam genggamannya, melantunkan lirik lagu, guna menghibur hati yang terbersit rasa lara.
Semakin lama, Ghani semakin larut dalam alunan melodi, yang ia ciptakan sendiri. Lambat laun, bayangan sosok wanita tergambar samar-samar dalam ilusinya.
Dengan pelan, Ghani menarik bibirnya menjadi sebuah senyuman. Mata biru yang menenangkan, pikirnya kala itu.
"Jangan ngelamun Bang, kesambet lho!" teriak seorang lelaki sambil menepuk bahu Ghani dengan cukup keras.
Ghani tersentak kaget, lalu ia menoleh, dan menatap wajah lelaki yang sekarang duduk di hadapannya. Arron, dia adalah teman Ghani. Dia adalah satu-satunya orang, yang membantu Ghani dalam menghidupi anak-anak asuhnya.
"Lihat Bang! Lumayan kan?" Arron mengeluarkan kantong plastik, yang tadi ia simpan di sakunya. Lalu Arron mengeluarkan isinya, beberapa koin uang, yang kemudian ia jajar di atas lantai.
"Tiga ribu, lima ribu, delapan ribu, sepuluh ribu. Tambah dua lagi, jadi dua ratus sepuluh Bang," kata Arron sambil meletakkan dua lembar uang ratusan ribu.
"Siapa yang memberimu uang sebesar itu?" tanya Ghani sambil mengernyitkan keningnya.
Dizaman sekarang, mencari recehan saja sangat sulit. Sungguh sangat langka, jika ada yang mau memberi dengan jumlah sebesar itu.
Masa sekarang, banyak orang yang kaya harta, namun miskin kepedulian.
"Seorang wanita kaya Bang, penampilannya mewah. Wajahnya sangat cantik, seperti bidadari. Matanya biru bening, mungkin dia wanita impor Bang!"
"Mata biru bening," batin Ghani dalam hatinya.
Ada desiran aneh dalam hatinya, saat ia mengingat sang pemilik mata biru.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Siti Fatimah Fatimah
betul banget.....Made in Paris itu🤣🤣🤣🤣
2022-03-03
0
Siti Fatimah Fatimah
duh kok gombal gini.... jangan jangan dia setipe Andra lagi....sorry dra dirimu dah tobat kan malah dibawa bawa 🤭🤭🤭🤭
2022-03-03
0
H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@
Walau Rey N Billa terlihat serasi,, tp dlm menjalani hubungan yah begitu2 sj,, gak ada greget2nya,, mgkin akan berbeda kalo Billa sm Ghani nanti.
2021-10-21
1