Sekeping Asa Dalam Sebuah Rasa
Cinta sejati.
Sebuah rasa yang datangnya dengan perlahan, dan tanpa alasan.
Kendati demikian, hanya segilintir insan yang mampu menerapkan.
Selebihnya, mereka mengukur cinta lewat harta, serta rupa.
Cinta, ia datang dengan sejuta rasa.
Terkadang menjelma menjadi cahaya, memberikan penerang serta kehangatan, laksana sinar surya yang menerangi alam fana.
Namun, terkadang cinta juga menjelma menjadi serpihan kaca. Menorehkan luka yang teramat dalam, meretakkan hati, dan mengubur diri dalam kelam.
Cinta, jangan terlalu diagungkan.
Biarlah ia mengalir seperti air, biarkan ia berhembus seperti angin. Cukup arus waktu yang menjawab, kemana, dan seperti apa cinta yang datang menyapa. Tetaplah dalam keyakinan, Tuhan tak akan pernah salah, dalam memilihkan jalan takdir untuk setiap hambanya.
Saat diri merasa sendiri, ingatlah, masih ada Tuhan yang selalu ada untuk kita.
Disaat tiada lagi bahu untuk bersandar, ingatlah, masih ada lantai untuk bersujud. Hanya Tuhan tempat berkeluh kesah yang tak pernah salah. Hanya Tuhan, pemilik takdir yang maha indah.
Seperti halnya takdir yang telah digariskan pada dua insan yang saling berdiri berhadapan, keduanya terpaku, dan bergeming pada tempatnya masing-masing. Hanya Tuhan yang tahu, seperti apa jalan mereka selanjutnya. Akankah tetap terpisah, ataukah kembali bersama.
Mereka adalah Ghani dan Bylla, dua insan yang telah lama tak bersua. Entah kenapa Tuhan mempertemukan mereka di sana, di sebuh taman, di bawah menara. Tak ada kata yang sanggup mereka ucapkan, keduanya hanya menyelami netra masing-masing, demi mencari sebuah kejujuran.
Banyak hal yang telah mereka lalui dalam beberapa waktu terakhir, hal pahit yang membuat keduanya tersiksa dalam rasa sakit. Ketika Bylla membuka mulutnya dan hendak berbicara, seorang wanita cantik tiba-tiba datang dan menggandeng tangan Ghani.
"Ayo Ghani!" ucap wanita itu dengan nada yang manja, sebaris kalimat yang cukup menyesakkan dada Bylla.
Ghani hendak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, namun belum sempat ia membuka suara, tiba-tiba seorang lelaki datang menghampiri Bylla.
"Maaf sayang aku sedikit lama," ucap lelaki itu sambil tersenyum ke arah Bylla.
Ghani menghela napas panjang, berusaha meredam api cemburu yang membara dalam hatinya. Sayang, satu kata yang cukup menjelaskan seperti apa hubungan mereka.
"Kenapa Bylla, kenapa takdir kita harus seperti ini? Karena kesalah pahaman, aku harus kehilangan kamu. Andai saja aku tahu akan ada hari ini, aku tak akan pernah menerima tawaran itu, aku tidak akan pernah mau menjadi penyanyi. Bylla, tak adakah kesempatan lagi untukku?" batin Ghani sambil menatap punggung Bylla yang berjalan semakin menjauh.
****
Di bawah terik sang surya yang cukup menyengat kulit, Bylla berjalan cepat sambil membawa segelas matcha latte dingin, salah satu minuman yang sangat disukainya. Ia baru saja menghadiri rapat disalah satu kantor milik relasinya. Dia adalah Salsabylla Dela Vinci, atau kerap dipanggil Bylla.
Bylla adalah wanita keturunan Indo-Perancis, wajahnya sangat anggun dan cantik, membuat setiap pasang mata betah memandangnya lama-lama. Bulu matanya yang lentik, hidung mancung, bibir mungil kemerahan, dan mata biru bening yang diwariskan dari sang ayah. Rambutnya lurus panjang kecoklatan, dengan postur tubuh yang nyaris sempurna. Ditambah lagi dengan lesung pipit yang terlihat menawan, setiap kali ia tersenyum, benar-benar gambaran yang sempurna.
Selain bentuk fisik yang nyaris tiada cela, Bylla juga memiliki kecerdasan yang ada di atas rata-rata. Ini adalah salah satu hal yang diwariskan oleh sang ibu.
Bylla tinggal di Indonesia bersama kakek, dan neneknya. Sedangkan orang tuanya, mereka tinggal di Paris bersama adiknya, Mikayla Dela Vinci.
Bylla sengaja tinggal di Indonesia untuk menemani kakek, dan neneknya. Sebenarnya mereka memiliki dua orang anak, namun tidak ada yang tinggal di Indonesia. Kairi Da Vinci, ayah dari Bylla, dia tinggal di Paris. Sedangkan Andra Dwi Anggara, adiknya Kairi, dia tinggal di London. Alhasil, sekarang hanya Bylla yang menemani kakek, dan neneknya.
Belum terlalu jauh Bylla melangkahkan kakinya, tiba-tiba ia menabrak seorang lelaki dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuh lelaki itu sempat terhuyung, dan bungkusan nasi yang dibawanya jatuh berserakan di pinggir jalan.
"Maaf, aku tidak sengaja," kata Bylla sambil menatap lelaki itu. Ia mengabaikan kemejanya yang sudah kotor, karena tersiram matcha latte yang sedang dibawanya.
Lelaki itu tak menjawab, ia hanya terpaku sambil menunduk, menatap nasi tanpa lauk yang sudah berbaur dengan debu. Raut wajahnya tampak sangat kecewa, Bylla benar-benar merasa bersalah.
Bylla menatap lelaki itu dari ujung kaki, sampai ke ujung kepala. Pakaiannya jauh dari kata bagus. Tubuhnya seperti tidak terawat, namun kadar ketampanan masih terpancar jelas di wajahnya yang berkeringat. Dua insan yang berdiri saling berhadapan, namun penampilan mereka tampak begitu kontras.
"Maaf aku benar-benar tidak sengaja, aku berjanji akan menggantinya," kata Bylla dengan suara yang lebih keras, berharap lelaki itu mau menoleh, dan menjawab ucapannya.
"Tidak apa-apa, tidak usah diganti," ucap lelaki itu sambil menatap Bylla, dan mengulas senyuman hambar.
"Aku yang salah, aku harus menggantinya," kata Bylla sambil membuka tas selempangnya. Ia meraih dompetnya, dan mengambil dua lembar uang ratusan ribu.
"Semoga cukup," kata Bylla sambil menyodorkan uang itu.
"Tidak perlu, simpan saja uang itu untuk kebutuhanmu," kata lelaki itu menolak pemberian Bylla.
"Tidak apa-apa, aku merasa sangat bersalah, jika kau tidak mau menerimanya," ucap Bylla.
Lelaki itu tidak menjawab, namun ia menatap Bylla tanpa kedip.
"Apakah aku sedang bertemu dengan bidadari, seumur hidupku baru kali ini aku melihat wanita secantik dia, apalagi kepribadiannya sangat baik, benar-benar sosok yang sempurna," batin lelaki itu dalam hatinya.
Dia adalah Ghani Alghibrani, lelaki muda yang hidup dengan penuh kekurangan. Ia tinggal di sebuah panti asuhan yang sudah terbengkalai, bersama anak-anak jalanan yang tidak punya keluarga. Untuk memenuhi tuntutan hidup, ia bekerja sebagai kuli bangunan. Namun pekerjaan itu tak selalu bisa ia harapkan, terkadang proyek sepi, dan terpaksa ia harus menganggur. Demi sesuap nasi, seringkali ia bernyanyi di pinggir jalan, hanya untuk mengumpulkan recehan.
"Hei!" kata Bylla saat melihat Ghani kembali terpaku.
"Maaf," ucap Ghani.
"Siapa diriku, berani sekali mengagumi wanita seperti dia. Dia pasti orang kaya, yang derajatnya jauh diatasku," batin Ghani sambil tersenyum hambar.
"Maaf Nona, saya tidak bisa menerimanya," kata Ghani tetap bersikeras untuk menolak.
"Tidak apa-apa, ambilah! Aku merasa bersalah, jika kau tidak mau menerimanya," kata Bylla.
"Aku tidak apa-apa Nona, aku bisa mencarinya lagi. Simpan uang itu untukmu," ucap Ghani sambil melangkah pergi meninggalkan Bylla.
"Tapi tunggu!" teriak Bylla.
Namun Ghani terus melangkah, seolah tak mendengarkan teriakan Bylla.
"Aduh kenapa dia tidak mau ya, kasihan, pasti nasi ini sangat berharga baginya," gumam Bylla dalam kesendirian.
"Ya Allah berikanlah rezeki untuknya, maafkan hamba yang sudah merampasnya," ucap Bylla sambil melangkahkan kakinya, dan menuju ke mobil.
Meskipun Bylla terlahir ditengah keluarga yang kaya raya, namun kepribadiannya sangat sederhana. Ia rendah hati, dan tidak pernah menyombongkan apa yang ia punya.
Tak berapa lama kemudian, Bylla sudah masuk ke dalam mobilnya, ia duduk di depan kemudi, dan mulai melajukannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Bundanya Robby
mampir ya Thor semangat 💪💪💪
2022-08-27
1
Siti Fatimah Fatimah
pindah ke mari .....ke anaknya kairi ....lanjut
2022-03-03
0
Siti Fatimah Fatimah
👍👍👍
2022-03-03
0