Hari ini adalah weekend dan seperti yang sudah dijanjikan Jordan akan membawa putri nya untuk bermain dan bersenang-senang. Vivian kini tengah siap-siap didalam kamarnya. Ia mengenakan pakaian santai dan nyaman baginya. Setelah ia memoleskan make up tipis diwajahnya ia pun melihat sekali lagi dirinya dicermin.
"Sempurna." Ucap Vivian memuji penampilannya. Dia memang sudah cantik bahkan tanpa make up sekalipun.
"Ayah..Ayah aku sudah siap." Vivian berlari kecil keluar dari kamarnya dan turun kebawah mencari ayahnya.
"Sarah dimana Ayah?" tanya Vivian kepada kepala pelayan dimansion ayahnya itu saat ia tidak menemukan ayahnya.
"Tuan sudah menunggu anda di mobil nona." Ucap Sarah kepada nona muda nya dengan sedikit membungkuk.
"Baiklah, terima kasih Sarah." Vivian pun menghampiri ayahnya yang sudah berada didalam mobil.
"A.." Ucapan Vivian terhenti saat melihat Max yang berada dikursi kemudi.
Vivian masuk kedalam mobil duduk disamping ayahnya lalu segera berbisik kepada ayahnya.
"Ayah, mengapa Ayah masih membawa paman Max?" bisikan itu masih bisa terdengar oleh Max membuat ia memperhatikan kaca spion diatas kepalanya untuk melihat diskusi Ayah dan anak itu.
"Sayang sudah lah, kita pasti akan membutuhkan nya nanti." Jordan pun menjawab pertanyaan putrinya dengan berbisik padahal ia sangat yakin Max masih bisa mendengar mereka. Tentu saja Jordan tidak mungkin berjalan tanpa Max, apalagi ketempat yang penuh keramaian.
"Baiklah." Ucap Vivian memanyunkan bibirnya membuat Max yang melihat itu tersenyum kecil.
"Kita berangkat sekarang Max." Titah Jordan pada Max
"Baik Tuan." Max mengangguk lalu melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
Sepanjang perjalanan Vivian terlihat sangat bahagia, bahkan beberapa kali ia bernyanyi kecil. Menyanyikan lagu-lagu yang populer dikalangan anak muda seusianya. Sesekali ia bertanya pada ayahnya tentang gedung-gedung pencakar langit dikota itu. Sesekali ia memotret beberapa gedung yang menarik perhatian nya dan kadang memotret langit yang tampak cerah.
Tidak terasa hampir satu jam perjalanan dan akhirnya mereka sampai disuatu taman.
Jordan akan mengajak putrinya piknik dulu sebelum akhirnya mereka akan bermain ditaman bermain. Jordan sangat menyayangi putrinya walaupun itu bukan putri kandung nya. Ada hal yang sering mengganggu pikiran Vivian yaitu apakah Jordan belum pernah menikah. Pasalnya tidak tampak ada foto pernikahan atau perempuan dalam hidup ayahnya itu. Setelah Max menghamparkan tikar dan menata semua barang-barang yang Jordan siapkan tadi merekapun memulai piknik kecil mereka.
Jordan menjadi Ayah sekaligus Ibu yang baik untuk putrinya itu. Mereka pun bercerita-cerita dan bercanda ria.
"Paman, kesini lah dan bergabung bersama kami." Ajak Vivian sambil melambaikan tangannya pada Max yang sedang merokok dan duduk dikursi taman tak jauh dari mereka.
"Bergabunglah Max." Timpal Jordan mengikuti perintah putrinya pada Max.
Max yang tidak punya pilihan setelah mendengar perintah tuannya lalu berjalan mendekati mereka dan duduk disamping Vivian karena memang hanya disitu tempat yang kosong. Vivian berceloteh panjang kepada ayahnya menceritakan semua yang ingin ia ceritakan pada ayahnya. Sedang Jordan hanya menyimak dan mendengarkan cerita putrinya sambil sesekali tertawa jika ada bagian yang lucu begitupun dengan Max. Max baru tahu kalau nona muda nya itu sebenarnya sangat periang, pasalnya dari kecil ia belum pernah melihat sisi periang dari Vivian. Ia pun dibuat tersenyum oleh keceriaan Vivian, dan ada rasa yang bergejolak saat melihat itu.
"Ayah apa aku boleh menanyakan sesuatu?" tanya Vivian pada ayahnya memotong ceritanya.
"Apa? tanyakan saja" ujar Jordan memberi ijin
"Apa ayah pernah menikah?" tanya Vivian dengan polosnya
Jordan terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaan dari putrinya, pasalnya itu adalah hal yang sangat tidak ingin ia bicarakan atau ceritakan kepada siapapun.
"Baiklah, aku mengerti. Maafkan aku ayah." Vivian lalu mengucapkan permintaan maaf setelah dirasa tidak mendapat jawaban dari ayahnya.
"Hampir menikah." Ucap Jordan tiba-tiba setelah melihat Vivian menunduk seolah merasa bersalah dan hal itu sontak saja membuat Max terkejut karena ia tahu bagaimana tuannya menyimpan rapat cerita pribadinya dari siapapun.
"Dulu Ayah hampir akan menikah dengan perempuan yang sangat Ayah cintai bahkan sampai sekarang. Tapi mendekati hari pernikahan kami ia ternyata berkhianat dan memutuskan untuk pergi dengan laki-laki lain." Ucap Jordan melanjutkan kalimatnya. Tangan nya mengepal kuat seolah sedang menahan amarah dan rasa sakit. Max sedikit kaget mendengar itu karena ia tidak pernah mendengar cerita itu dari Tuan nya.
"Maafkan aku Ayah. Aku sudah membuat Ayah bersedih." Ucap Vivian sambil membawa kedua tangan Ayahnya kedalam genggamannya. Melihat itu Max hanya menghela nafas, apalagi melihat perubahan Ekspresi tuannya yang sangat cepat. Membuat ia bertanya dalam benaknya apakah tuannya mempunyai dua kepribadian?.
"Tidak apa Vi, kau sudah dewasa dan ayah perlu menceritakan nya padamu. Kelak pilihlah laki-laki yang mencintaimu bukan yang kau cintai. Karena yang mencintaimu tidak akan menyakitimu dan akan selalu berusaha membahagiakan mu." Ucap Jordan menasehati putrinya yang sukses membuat Max tersenyum kecil mendengarnya.
"Baik Ayah. Aku mengerti." Ucap Vivian mengiyakan nasehat dari Ayahnya. Mereka pun melanjutkan piknik mereka. Bahkan Max yang sangar itu bisa tertawa terbahak saat mendengar cerita lucu Vivian.
Setelah dirasa cukup dengan piknik mereka, mereka pun melanjutkan kegiatan dengan bermain ditaman bermain yang tak jauh dari taman tempat mereka sekarang. Mereka memutuskan untuk berjalan kaki menuju taman bermain. Jordan menggandeng posesif tangan putrinya seolah menegaskan untuk tidak mengganggu putrinya. Max yang berjalan dibelakang mereka hanya bisa menggeleng melihat tuannya yang begitu posesif menjaga putrinya.
Disisi lain disebuah perusahaan IT terbesar di kota itu terlihat seorang pria sedang menunggu informasi dari orang kepercayaan nya. Ia adalah Raymond yang sedari tadi menunggu informasi tentang gadis yang ia selidiki beberapa hari ini. Sedikit sulit menemukan biodata Vivian bahkan untuk orang besar sepertinya pasalnya Jordan benar-benar sangat menjaga privasi putrinya dengan baik.
"Tuan." sapa Jiro yang langsung masuk kedalam ruangan Raymond tanpa mengetuk pintu.
"Apa kau sudah mendapatkan nya?" tanya Raymond antusias.
"Sudah Tuan, ini filenya." Ucap Jiro sambil menyerahkan sebuah flashdisk yang berisi biodata tentang Vivian.
"Jadi dia adalah putri nya Jordan Li?" gumam Raymond yang masih dapat didengar oleh Jiro.
"Benar Tuan. Namun berdasarkan informasi yang aku dapatkan ia bukan putri kandung Jordan Li melainkan hanya putri angkat nya saja." Jelas Jiro memecah rasa ingin tahu Raymond.
"Apa dia sudah punya kekasih?" tanya Raymond yang membuat Jiro kaget dengan pertanyaannya.
"Apa Tuan menyukainya?" batin Jiro didalam hati.
"Jiro." Tegas Raymond dengan nada tinggi membuyarkan lamunan Jiro.
"E itu..tidak Tuan, nona Vivian tidak mempunyai kekasih karena selama ini ia dijaga ketat oleh Jordan." Jelas Jiro pada Tuannya yang berhasil membuat Tuannya tersenyum.
"Apa Tuan akan menggunakan nona Vivian untuk menyerang Jordan Li? tapi nona Vivian tidak ada kaitannya dengan hal ini Tuan." Tanya Jiro sedikit cemas.
"Kau akan tahu nanti." Ucap Raymond tersenyum sinis kepada Jiro.
^^^~Sekian dulu yah.^^^
^^^Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar dan juga like nya~^^^
...*Terima Kasih*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Emak Femes
Jadi vivian, kau anak kandung siapa?
mamak kepo nih.
Raymond jangan nakalin vivian dong!
nanti mamak jewer nih kupingnya.
sampai sini dulu yak kaka thor, nanti lanjut lagi.
salam Raanjhana - Rakhania
2021-06-27
3
Nazwah Azahrah
tujuan trsembunyi...
2021-05-29
1
Yayuk Triatmaja
aku juga mampir saling mendukung dan memberi votenya
2021-03-27
4