"Erggh" Raymond tersadar dari pingsan nya sambil mengerang kecil merasakan sakit dibagian belakang lehernya.
"Tuan sudah sadar?" tanya Jiro dengan nada yang khawatir.
"Ada apa? mengapa aku merasa sakit sekali? Mengapa aku bisa disini? dan bukankah tadi aku sedang berada di Club?" tanya Raymond bertubi-tubi pada Jiro.
"Benar tuan, tapi saat Tuan hendak pergi dari tempat itu ada sekelompok orang yang menyerang Tuan dan untung saja Tuan sudah menghubungi ku sebelumnya sehingga Tuan tidak terluka parah." Jelas Jiro pada Raymond.
"Apa kau sudah tahu siapa yang berani melakukan itu?" tanya Raymond kembali.
"Aku sedang mencari tahu nya Tuan." Jelas Jiro kembali.
"Baiklah." Ucap Raymond lalu beranjak berjalan masuk kedalam kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower. Ia sedang kalut dengan pikirannya yang tengah memikirkan siapa yang sudah berani menyerangnya. Ia sangat benci dengan orang-orang yang mencoba mengganggunya dan pasti tidak akan melepaskan mereka begitu saja. Apalagi jika ia tidak mengganggu duluan.
Setelah selesai dengan ritual mandinya ia beranjak dari kamar mandi nya lalu mengenakan salah satu pakaian santai yang diraihnya dari walk in closet miliknya tadi. Lalu ia berjalan menuruni tangga menuju dapur karena merasa sedikit lapar. Ia mencari-cari sesuatu yang bisa ia masak untuk ia santap.
"Tuan, ada yang bisa ku bantu?" tanya Dream yang merupakan kepala pelayan di mansionnya.
"Ah tidak Dream, kembalilah ketempatmu." Ucap Raymond sedikit kaget dengan kedatangan Dream.
"Baiklah tuan." Lalu Dream beranjak dari sana, ia tahu tuannya itu tidak suka dibantah. Tidak berarti tidak.
Raymond kembali melanjutkan pekerjaannya, ia hanya membuat salad sayuran untuk ia santap. Ia sebenarnya tidak terlalu pandai memasak, namun ia selalu menjaga pola makan sehat dan bentuk tubuh idealnya. Setelah selesai mengolah salad sayurannya ia pun duduk di meja makan dan menikmati makanannya itu.
"Tuan." Sapa Jiro sambil membungkuk memberi hormat.
"Ada apa?" tanya Raymond dengan nada dingin tanpa menghentikan kegiatan makannya.
"Aku sudah mendapat informasi tentang orang-orang yang menyerang Tuan tadi." Ucap Jiro lalu menghentikan kata-kata nya sejenak, setelah dirasa tidak ada balasan dari Tuannya ia pun melanjutkan perkataannya "Mereka adalah orang-orang dari Jordan Li tuan"
"Jadi tua bangka itu sedang mengujiku?" Ucap Raymond dengan nada dingin dan datar serta ekspresi yang menyeramkan.
"Baiklah, kau bisa kembali ketempatmu." Ucap Raymond kepada Jiro tanpa ingin mengetahui kelanjutan penjelasan nya.
"Baik Tuan." Jiro pamit lalu beranjak dari sana.
Lalu Raymond melanjutkan memakan makanan nya hingga tak tersisa. Setelah itu ia lalu beranjak menuju kamar nya. Didalam kamar ia membaringkan tubuhnya di ranjangnya, tiba-tiba ia memikirkan Vivian dan hal itu sukses membuat senyum terbit di wajahnya. Untuk pertama kalinya ia bisa memikirkan seorang perempuan.
"Sepertinya aku ingin memiliki mu nona kecil." Gumam nya sambil menyeringai.
Disisi lain dimansion Jordan Li terlihat ia sedang memarahi para bawahannya yang tadi disuruhnya untuk menyerang Raymond.
"Kalian memang tidak berguna, menghabisi satu orang saja kalian tidak bisa." Teriak Jordan kepada para bawahannya, sedangkan yang dimarahi hanya bisa tertunduk merasa bersalah.
"Awas saja jika sampai dia mengetahui identitas kalian dan datang untuk mencari masalah dengan ku. Akan ku pastikan kalian tidak akan bisa melihat dunia ini lagi." Ucap Jordan dengan amarah yang menggebu.
"Tok tok tok" terdengar pintu diketuk dari luar.
"Siapa?" tanya Jordan dengan nada dingin nya.
"Ini aku ayah." Terdengar suara Vivian menjawab dari luar ruangan.
"Kalian pergilah. Masuklah." Jordan memerintahkan anak buahnya untuk pergi dari sana dan mempersilahkan putrinya untuk masuk.
"Duduklah. Ada apa putri ayah selarut ini belum tidur? Apa suara ayah membuat mu terbangun?" tanya Jordan bertubi-tubi kepada putri nya.
"Tidak ayah. Aku hanya sedikit gugup karena akan menghadapi ujian akhir yang sebentar lagi." Jawab Vivian.
"Haha, kau ada-ada saja Vi. Tenang lah sedikit jangan membuat dirimu stres dengan hal itu." Ujar Jordan mencoba menenangkan putrinya.
"Tapi aku benar-benar takut." Timpal Vivian dengan nada penuh kekhawatiran.
"Baiklah, bagaimana kalau akhir pekan ini kita jalan-jalan? Ayah akan membawa mu bermain ditaman permainan." Usul Jordan.
"Benarkah ayah? Ayah mau membawaku pergi bermain." Tanya Vivian dengan antusias.
"Iya." Jawab Jordan singkat dan tegas.
"Aku mau ayah." Ujar Vivian sambil menganggukan kepalanya.
"Baiklah akhir pekan ini kita akan jalan-jalan dan bermain sepuas nya." Ucap Jordan tak kalah semangat ketika melihat keceriaan putrinya.
"Tapi Ayah apa aku boleh mengusulkan sesuatu?" tanya Vivian dengan sedikit ragu.
"Apa? katakanlah."
"Apa boleh jika nanti kita pergi Ayah tidak usah membawa serta Paman Max?"
"Memangnya ada apa dengan Max? apa dia sudah mengganggumu?" Tanya Jordan penasaran. Pasalnya ia tahu betul kalau Max orang kepercayaan nya itu adalah pria hidung belang yang suka berganti pasangan.
"Tidak Ayah, bukan itu." Ujar Vivian sambil menggelengkan kepalanya. "Hanya saja wajah Paman Max sangat tidak cocok untuk kita ajak ketaman bermain." Timpalnya.
"Hahahaha." Jordan tertawa terbahak mendengar kata-kata putrinya itu. "Baiklah baiklah, kita tidak akan melibatkan Max untuk yang satu ini." Ucap Jordan mengiyakan permintaan putrinya sambil masih memegangi perutnya yang pegal karena tertawa.
"Baiklah Ayah, kalau begitu aku akan tidur sekarang. Selamat malam Ayah." Ucap Vivian lalu beranjak dari ruangan Jordan setelah memberi kecupan di sebelah pipi ayahnya itu.
Saat Vivian membuka pintu ia dibuat terkejut karena ternyata sedari tadi Max sudah berdiri disana dan mendengarkan semua pembicaraan mereka. Max menatap tajam kearah Vivian membuat Vivian langsung berlari kecil menuju kamarnya.
"Untung saja kau adalah putri Tuan Jordan, jika bukan maka kau akan ku makan saat ini juga." Batin Max saat melihat Vivian berlari menghindarinya. (Makan yang Max maksud bukan makan yang benar-benar makan yah, tapi makan yang yah kalian tahu lah).
"Hei Max masuklah jangan menatap putriku seperti itu." Ucap Jordan saat melihat Max yang sedang menatap tajam putrinya yang sudah meninggalkan mereka.
"Maaf tuan." Ucap Max setelah ia masuk kedalam ruang kerja Jordan dan berdiri berhadapan dengan tuan nya itu.
Max sebenarnya tidak marah pada Vivian, hanya saja ada sesuatu yang membuat nya merasa tidak nyaman saat Vivian mengatakan bahwa wajahnya tidak cocok untuk dibawa ketaman bermain. Max menyaksikan pertumbuhan Vivian dari saat Vivian diadopsi oleh tuan nya. Max yang selalu menjaga dan melindungi Vivian jika tuan nya sedang tidak ditempat. Usia Max sebenarnya baru menginjak kepala tiga dan belum terlalu cocok untuk dipanggil paman oleh Vivian. Tapi karena rasa hormat Vivian maka ia memanggil Max dengan sebutan paman. Dan Max menerima itu karena ia tahu Vivian menghormati nya.
"Apa yang membuat mu malam-malam begini datang mencari ku Max?" tanya Jordan dengan aura yang mengintimidasi sangat berbeda ketika ia bersama putrinya tadi.
"Aku ingin melaporkan bahwa ada mata-mata yang mencoba menyelinap diantara kita tuan." Ujar Max menyampaikan laporannya dengan aura yang tak kalah mengintimidasi.
"Baiklah aku mengerti. Aku percayakan hal itu padamu. Ada pekerjaan lain yang harus ku selesaikan sebelum akhir pekan." Ucap Jordan memberi perintah pada orang kepercayaan nya itu.
"Baik tuan, akan aku selesaikan." Max menyanggupi perintah tuan nya itu lalu beranjak pergi dari ruangan Jordan.
^^^~Sekian dulu yah.^^^
^^^Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar dan juga like nya.~^^^
...*Terima Kasih*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Duwi Hariani
mmpir juga dong kak ke novel ku "terjebak cinta janda muda"
2021-12-12
0
Callysta Nungrum Amira
maksudnya disetubuhin?
2021-12-10
0
Rizka Putrii
mulai suka ni ceritanya
2021-08-28
1