02 - Bikin pusing

Rimba terpaksa menemui sang kakak di kantornya. Ia tak berani pulang karena takut diomeli bunda Vania.

"Sekarang motor kamu dimana?" tanya Galang setelah mendengar semua yang telah dialami adiknya hari ini.

"Aku langsung masukin bengkel lah, Kak. Tapi---"

Rimba tak melanjutkan kalimatnya karena ragu untuk diungkapkan.

"Tapi apa?" tanya Galang melotot.

"Biaya perbaikannya mahal. soalnya ada beberapa sparepart yang harus diganti dan barangnya sudah diindenkan," gumam Rimba mencoba menjelaskan.

"Berapa?" tanya Sang kakak seraya menatap tajam pada adiknya.

"Kurang lebih sekitar 4 jutaan," jawab Rimba seraya menggigit kuku jarinya. Kebiasaannya dari kecil kalau dia tengah gugup atau mengakui kesalahan.

"Astaga Rim, jumlahnya nggak sedikit, mahal itu. kamu tuh nggak cape apa cari masalah mulu? aku aja cape lho liatnya," ujar Galang yang bekerja sebagai Supervisor HRD di perusahaan MM Gemilang.

"Siapa juga yang mau celaka kaya gini, kalau tau bakal gini, ya mending tadi pagi aku tidur aja lagi, nggak usah ke kampus ngejar kelas praktikum yang nyatanya nggak ke kejar," jawab Rimba malah menyesali diri sendiri.

"Nggak gitu juga Rimba, kalau cara mengendarai motor nggak ugal-ugalan, hal seperti ini kemungkinan kecil tidak akan terjadi," kata Galang yang resah dengan perilaku adiknya yang semakin hari semakin membuatnya khawatir. "Andai saja ayah masih ada," lirihnya.

"Kok malah jadi bawa-bawa Ayah sih? aku kan jadi sedih, kak," gumam Rimba menunduk. Teringat sang Ayah yang sudah satu tahun ini tiada.

"Karena kamu cuma nurutnya sama Ayah, Rim! Pliss, kali ini kamu nurut sama omongan Bunda, jangan bertindak sesuai keinginanmu terus. Contohnya tadi pagi. Hargai Bunda, kalau bunda minta kamu sarapan dulu sebelum berangkat kuliah kamu turuti. Jangan seenaknya pergi gitu aja. Seenggaknya hargain bunda yang udah capek-capek siapin sarapan buat kita berdua," jelas Galang menasihati Rimba panjang lebar.

"Tapi aku nggak biasa sarapan pagi Kak, aku biasa makan jam 10 bukan jam 7, mual aku tuh kalo makan sepagi itu," bantah Rimba.

"Dibilangin masih aja bantah! kamu gitu terus, aku stop biaya kuliahmu. Emangnya kuliah kedokteran itu murah? aku capek kerja gini buat siapa? sebagian besar buat biaya semester kamu, paham?" ujar Galang mulai jengah dengan sikap sang adik yang cueknya bukan main.

Rimba hanya bisa menelan salivanya. Sadar, bahwa selama ini kalau bukan kebaikan hati dari kakaknya, mana mungkin dia bisa meneruskan kuliahnya sepeninggal sang Ayah.

"Oke, ini kali terakhir aku bantu kamu. Aku akan bayarin biaya perbaikan motor mu dibengkel. Tapi dengan syarat kamu harus Nurut apa yang aku dan bunda minta, apapun itu. Janji?"

"Apapun itu?" tanya Rimba mengulang ucapan sang kakak.

"Iyess, apa pun itu! mengerti?"

"Iya Kak, aku janji," jawab Rimba mantap.

"Bagus."

"Tapi---"

"Tapi apa lagi?" Galang memicingkan sebelah matanya curiga. Sepertinya ada hal lain yang ingin Rimba katakan.

"Orang yang punya mobil itu minta ganti rugi, Kak. Soalnya gara-gara tabrakan itu mobilnya jadi lecet-lecet gitu dan sedikit penyok," ujar Rimba kali ini menggigit bibir bawahnya. 'Mampuslah Lo, Rim. Kakak Lo nggak bakalan kasih ampun kali ini,' batinnya bermonolog.

"For God sake, Rimba!" geram Galang menjambak rambutnya yang kelimis itu ke belakang. "Berapa juta lagi itu? Kamu tau? perbaikan mobil itu lebih mahal dari motor!" Kata Galang kali ini benar-benar jengah dengan adiknya ini.

"Trus gimana? Kakak mau bantu juga kan? aku janji, kelak kalau aku sudah jadi dokter, aku bakalan gantiin uang kakak semuanya," ujar Rimba penuh keyakinan, namun segera dipatahkan Galang.

"Kalau kelakuanmu kaya gini, aku malah sanksi kamu bisa lulus dengan cepat," ujar Galang kesal.

"Ucapan itu doa lho, Kak. Jangan nyumpahin gitu dong!" sahut Rimba.

"Aku nggak nyumpahin, tapi realistis."

"So, kakak mau bantu aku apa nggak?" tanya Rimba beranjak dari duduknya.

"Sori, yang ini aku nggak mau bantu. Kamu pikirkan saja solusinya sendiri. Cari kerja kek, apa kek. Biaya semester kamu aja udah bikin aku pusing, Rim" ujar Galang kali ini tegas. Selama ini dia terlalu memanjakan adiknya itu. apa yang selalu ia inginkan selalu dituruti.

Rimba menghela napasnya sejenak sebelum berkata lagi. "Baik, aku nggak akan ngerepotin kakak lagi selain urusan kuliah. Permisi Kak!" ujarnya beranjak pergi. "Satu lagi!" gadis itu menghentikan langkahnya sejenak dan kembali menatap Galang. "Kakak dan bunda jangan protes kalo sekarang aku sering pulang malem," katanya.

"Kenapa?" tanya Galang seraya menautkan kedua alisnya.

"Kan kakak yang suruh aku kerja. Dan aku bisanya kerja malem, siangnya kan kuliah," sahut Rimba enteng, lalu kembali melanjutkan langkahnya keluar.

"Hey! Rimba!" Galang langsung berdiri dan mengejar adiknya itu keluar. "Tunggu Rimba! Malem-malem mau kerja apa kamu! Rim!" Lelaki itu mengejar adiknya sampai depan pintu lift.

"Apa sih, Kak? tadi kurang jelas?" tanya Rimba setelah menekan tombol turun disisi pintu lift.

"Kamu jangan macem-macem lagi ya!" ancam galang sedikit berbisik karena takut terdengar dengan sesama rekan kerja lain yang tengah sama-sama menunggu lift tersebut.

"Macem-macem gimana? Aku cuma mau nyari kerja di malam hari kok. Apa itu salah? kakak sendiri kan yang nyuruh aku kerja buat ngegantiin kerugian orang itu?" ucap Rimba, tak sadar suaranya sampai didengar orang-orang yang berada dekat dengannya.

"Tapi, Rim---"

Pintu lift pun terbuka, Rimba buru-buru masuk bersamaan dengan seseorang yang baru keluar dari lift yang sama.

"Rimba!" panggil Galang sekali lagi.

"See you, Kak" gadis itu malah melambaikan tangan bersamaan dengan pintu lift yang tertutup.

"Haish! bocah siyalaan!" umpat Galang.

"Siapa? pacar kamu?" tanya orang yang barusan keluar dari lift itu.

"Eh, bukan Pak Marco. Itu adik saya," sahut Galang saat menyadari orang itu ternyata atasannya sendiri.

"Oh, kirain pacarnya. Ya sudah, kembali bekerja!" ujar lelaki nomor 1 di kantor ini sambil berlalu.

"Baik Pak." sahut Galang sedikit membungkukkan badan padahal si Bos itu sudah pergi meninggalkannya.

.

Masih terngiang-ngiang dikuping Rimba omelan sang kakak yang terkadang membuatnya bosan dan jengah.

'Kamu tuh ya Rim, udah dibilang naik motor itu jangan ngebut, jadinya begini kan? makanya dengerin omongan kakak sama Bunda. Jangan masuk kuping kiri keluar kuping kanan, (dan bla....bla...bla...)'

"Aaaarrgg!" teriak Rimba meluapkan kekesalannya disebuah taman kota yang cukup sepi.

"Hey, ada masalah apa?" seseorang menepuk bahunya. Dialah Ellena, sahabat karibnya dari sejak SMP dulu.

Rimba memang tadi menghubungi Ellena dan memintanya untuk ke taman ini menemani dirinya yang tengah terguncang.

"Elle, kenapa nasib gue sial gini sih?" keluh Rimba pada Ellena.

"Sial kenapa? gara-gara tadi nggak bisa ikut praktikum?" tanya Ellena.

"Itu salah satunya, Elle." sahut Rimba lalu menyandarkan kepalanya dibahu Ellena yang penampilannya sangat bertolak belakang dengan Rimba yang urakan.

"terus, Lo kenapa lagi?"

"Lo ada info loker yang bisa part time?" tanya Rimba.

"Lowongan kerja? buat apa?" Ellena mengerutkan keningnya heran.

"Buat bayar utang gue ke orang," sahut Rimba.

"Lo punya utang ke siapa?"

"ke si om-om bule siyalan itu!" sahut Rimba jadi kesal kalau inget kejadian tadi pagi.

"Hah?"

.

.

.

Berpikirlah sebelum berbicara, karena dengan begitu kamu akan mengurangi kesalahan dan masalah yang mungkin akan terjadi.

Terpopuler

Comments

Ima Kristina

Ima Kristina

jangan jangan atasan kak Gilang itu bule itu thor

2024-10-25

0

Nur Yuliastuti

Nur Yuliastuti

😍😍😍

2021-05-27

1

Fitha Millu

Fitha Millu

sialan kak bukan siyalan...... ceritanya bagus tp kosakatanyacjg perlu diperhatikan dong

2021-04-20

1

lihat semua
Episodes
1 01 - Pagi itu
2 02 - Bikin pusing
3 03 - Menyebalkan
4 04 - Oh ternyata
5 05 - Ketiban sial
6 06 - Terciduk si Kakek
7 07 - Memilih kabur
8 08 - Hilang sudah
9 09 - Diantar pulang
10 10 - Terserah saja
11 11 - Bikin darting
12 12 - Perdebatan
13 13 - Kedua kalinya
14 14 - Keputusan akhir
15 15 - Halal
16 16 - Memori masa kecil
17 17 - Menginap dirumah Bunda part I
18 18 - Menginap di rumah Bunda part II
19 19 - Menginap di rumah Bunda part III
20 20 - Remind me of that past!
21 21 - Kala rasa itu ada
22 22 - Terpaksa makan
23 23 - Ketika muncul keraguan
24 24 - Kata hati Rimba
25 25 - Membuatkan sarapan
26 26 - Mengakuinya apa tidak
27 27 - Rasa penasaran
28 28 - Terpaksa mengaku
29 29 - Kopi sachet-an
30 30 - Belum saatnya
31 31 - Ketulusan Vania
32 32 - Kekhawatiran Vania
33 33 - Kegilaan Marvin
34 34 - Yakinkan aku
35 35 - Lupakan sejenak untuk malam ini
36 36 - Tak setia
37 37 - Tentang momongan
38 38 - Samar
39 39 - Penasaran
40 40 - Kecurigaan Galang
41 41 - Rahasia si kembar I
42 42 - Rahasia si kembar II
43 43 - Rahasia si kembar III
44 44 - Ellena yang malang
45 45 - Because of take a bath
46 46 - Kedatangan si Kakek membawa untung
47 47 - At Jogyakarta part I
48 48 - At Jogyakarta part II
49 49 - At Jogyakarta part III (For you I give in)
50 50 - At Jogyakarta part IV (past memories)
51 51 - At Jogyakarta part V (tak menyadari)
52 52 - At Jogyakarta part VI
53 53 - Whatever happens stay with me
54 54 - Both were injured
55 55 - Berlapang dada
56 56 - Never mind
57 57 - Ada yang patah hati
58 58 - I admire you, wife!
59 59 - Pelukan Ibu
60 60 - Prasangka
61 61 - Kenapa sih kamu, Rim?
62 62 - Keadaan sang kakek
63 63 - Yang terbaik untuk Kakek
64 64 - Berharap menjadi awal yang baik
65 65 - God's secret
66 66 - Terlalu larut
67 67 - Saling Merindu
Episodes

Updated 67 Episodes

1
01 - Pagi itu
2
02 - Bikin pusing
3
03 - Menyebalkan
4
04 - Oh ternyata
5
05 - Ketiban sial
6
06 - Terciduk si Kakek
7
07 - Memilih kabur
8
08 - Hilang sudah
9
09 - Diantar pulang
10
10 - Terserah saja
11
11 - Bikin darting
12
12 - Perdebatan
13
13 - Kedua kalinya
14
14 - Keputusan akhir
15
15 - Halal
16
16 - Memori masa kecil
17
17 - Menginap dirumah Bunda part I
18
18 - Menginap di rumah Bunda part II
19
19 - Menginap di rumah Bunda part III
20
20 - Remind me of that past!
21
21 - Kala rasa itu ada
22
22 - Terpaksa makan
23
23 - Ketika muncul keraguan
24
24 - Kata hati Rimba
25
25 - Membuatkan sarapan
26
26 - Mengakuinya apa tidak
27
27 - Rasa penasaran
28
28 - Terpaksa mengaku
29
29 - Kopi sachet-an
30
30 - Belum saatnya
31
31 - Ketulusan Vania
32
32 - Kekhawatiran Vania
33
33 - Kegilaan Marvin
34
34 - Yakinkan aku
35
35 - Lupakan sejenak untuk malam ini
36
36 - Tak setia
37
37 - Tentang momongan
38
38 - Samar
39
39 - Penasaran
40
40 - Kecurigaan Galang
41
41 - Rahasia si kembar I
42
42 - Rahasia si kembar II
43
43 - Rahasia si kembar III
44
44 - Ellena yang malang
45
45 - Because of take a bath
46
46 - Kedatangan si Kakek membawa untung
47
47 - At Jogyakarta part I
48
48 - At Jogyakarta part II
49
49 - At Jogyakarta part III (For you I give in)
50
50 - At Jogyakarta part IV (past memories)
51
51 - At Jogyakarta part V (tak menyadari)
52
52 - At Jogyakarta part VI
53
53 - Whatever happens stay with me
54
54 - Both were injured
55
55 - Berlapang dada
56
56 - Never mind
57
57 - Ada yang patah hati
58
58 - I admire you, wife!
59
59 - Pelukan Ibu
60
60 - Prasangka
61
61 - Kenapa sih kamu, Rim?
62
62 - Keadaan sang kakek
63
63 - Yang terbaik untuk Kakek
64
64 - Berharap menjadi awal yang baik
65
65 - God's secret
66
66 - Terlalu larut
67
67 - Saling Merindu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!