"Non yg sabar yah.., Tuan begitu karna khawatir sama Non" ucap Bi Juwi mengelus rambut Ara.
"Kenapa si Bi, Omdad kayak benci sama Ara..hiks, Ara gak ngerti Bi.." tangis Ara, Bi juwi memeluk nya.
Memang selama 3 tahun Ara tinggal bersama Arkan dan Fika, Bi Juwi melihat ketidaksukaan Arkan terhadap Ara. Ia sendiri pun tak tahu dikarnakan apa. Apa karna Ara bukan anak kandung nya?
"Engga Non.., Tuan sayang sama Non Ara, Tuan khawatir sama Non, tapi Tuan salah ngeliatin sikap khawatir nya, buktinya Tuan nunggu Non Ara sampe pulang kan?, Bibi liat juga tadi Tuan telfon sana sini, mondar mandir gelisah, itu karna khawatir sama Non Ara"
"Hiks... Ara yang salah Bibi... Ara pulang terlambat.." tangis nya belum mereda.
"Udah Non..., jangan nangis lagi ya.., sekarang Non istirahat" Bi Juwi membantu Ara membaringkan tubuh nya.
Setelah Bi Juwi menyelimuti Ara, perlahan kaki nya mundur sembari melihat Ara yang sudah ia anggap anak nya itu dengan tatapan sedih. Lalu tak ingin larut dalam kesedihan Ara juga, Bi Juwi beranjak pergi.
Sedangkan Ara memeluk tubuh nya didalam selimut, sembari menyebutkan nama seseorang yg ia rindukan.
"Hiks... Daddy Ara kangen Daddy...."
"Ara disini sendirian Dad..."
"Ara gak punya siapa-siapa...hiks"
"Ara orang asing Dad.."
"Ara pengen sama Daddy..."
"Omdad gak sayang sama Ara..."
"Hiks... Daddy..."
***
Byurrrr...
Ara terkejut dan langsung terbangun dari tidur nya, mengusap wajah nya yg basah. Terlihat Omdad nya yg menyiram nya dengan air dari gelas.
"Bangun, mau jadi apa kamu hah? Bangun kesiangan" Arkan menaruh gelas itu dinakas kamar Ara dengan kuat, sehingga menimbulkan bunyi.
Ara tergelonjak kaget. Lalu kembali melihat Omdad nya yg pergi dari kamar nya.
Ara menunduk sabar, perlahan bangun, sebelum ke kamar mandi ia melihat di cermin dibawah mata nya yg terdapat garis hitam. Ara menghela nafas nya. Tadi malam ia terus terusan menangis hingga tertidur.
Setelah membersihkan dirinya, ia merasa perut nya terasa nyeri, Ara memegangi perut nya sakit sambil merintih, kemarin ia tak jadi makan bersama Albar karna ia ingin cepat-cepat pulang. Hal yg ia takutkan pun tadi malam sudah terjadi.
Ara menahan nyeri diperut nya, turun kebawah dengan pakaian sekolah yg sudah melekat ditubuhnya.
Terlihat Bi Juwi yg sedang menyiapkan makanan. Ara menghampiri nya dan duduk dikursi.
"Loh non udah bangun? Baru aja Bibi mau bangunin" ujar Bi Juwi.
"Itu Bi--Omdad yg bangunin" Bi Juwi terkejut mendengar nya.
"Tumben Tuan bangunin Non Ara, tuhkan Non Bibi udah bilang kalo Tuan itu sayang sama Non Ara" Ara tersenyum tipis.
Ara melihat sekeliling tidak mendapati Momy nya dan kedua adik nya.
"Bi, Momy, Gean sama Gika kemana? Kok Ara ngerasa mereka gak ada dirumah?" tanya Ara menyadari.
"Nyonya, Tuan muda sama Non Gika minep di rumah Ibu Mona non" jawab Bi Juwi, pantas saja tadi malam ia merasa seakan-akan dirumah hanya ada dirinya dan Omdad nya.
"Ngapain kamu duduk disitu? Berangkat sana, mau jadi anak badung kamu?" Arkan yg tiba-tiba sudah berada dimeja makan langsung memergoki Ara.
"Ara--Ara mau sarapan Omdad" jawab Ara gugup nan takut.
"Kamu lupa ucapan saya tadi malam?" Ara terkejut. Jadi dirinya tidak boleh sarapan bersama? Ara langsung berdiri.
"Ma--maaf Omdad" saat Ara ingin melangkah pergi ia teringat jika sepeda nya lebih tepatnya rantai nya lepas, karna dikerjai oleh Sashi.
"Omdad apa Ara bisa berangkat sama Omdad? Sepeda Ara rantai nya lepas"
Tidak salah juga, sepedah itu sudah 3 tahun lama nya bersama dirinya, itu pemberian Arkan 3 tahun lalu, saat ia tinggal pertama kali bersama mereka.
"Jadi?"
"Boleh Omdad?" Ara dengan antusias nya.
"Kamu punya kaki kan? Jalan bisa?" Ara terkejut lagi dengan perkataan Omdad nya itu.
"Em--iya Ara bisa tapi-- Ara nanti telat"
"Saya peduli?" Arkan menjawab lagi, tidak memperdulikan Ara. Ara tersenyum tipis, kali ini jangan menangis.
Kaki nya mulai melangkah pergi, menarik nafas nya dalam-dalam dan berlari, ia harap ia tidak akan telat dengan berjalan kaki.
Sampai tiba-tiba dirinya berhenti karna merasa sakit diperut nya yg semakin menjadi-jadi. Tadi ia belum sempat memakan apapun dimeja makan.
"Arghh--sakittt" rintih nya.
Semangat sayang.. Daddy tau putri Daddy bisa
Suara itu terdengar ditelinga nya, Ara menatap ke langit. Lalu menunduk. Menahan kembali air mata nya, lalu bersemangat.
"Iya Daddy, Ara pasti bisa! Ara anak Daddy Dav! Jadi Ara pasti bisa!" Ara menguatkan dirinya, tak memperdulikan perut nya yg berdenyut nyeri.
Ara berlari sampai ia merasa kaki nya melemas, sedikit lagi sampai gerbang sekolah nya, keringat sudah membanjiri tubuh nya, sayang gerbang sudah tertutup.
"Huh.. huh..huh.. Pak.. Pak mamat.. bukain gerbang nya.." Ara melenguh ngos-ngosan didepan gerbang sekolah nya.
Pak Mamat, satpam sekolah menghampiri Ara.
"Aduh Nak Ara, Bapak gak bisa bukain, Pak Agus dari tadi merhatiin Bapak" ucap Pak Mamat, Ara melihat Pak Agus yg sedang menghukum anak yg terlambat.
Ara yg masi mengatur nafas nya masuk dan berhadapan dengan Pak Agus.
"Arana?"
"Iya Pak.."
"Telat?" Ara mengangguk.
"Saga!" Pak Agus memanggil Saga, Saga yg anggota osis pun menghampiri.
"Iya Pak?"
"Hukum Ara" suruh Pak Agus, Saga mengangguk.
"Iya Pak" jawab nya, lalu menyuruh Ara ikut dengan nya.
Ara melihat gerak-gerik Saga yg melihat kesekeliling mereka.
"Saga ngapain?" tanya Ara.
"Masuk gih, urusan Pak Agus biar aku aja" ucap Saga.
"Se..serius Ga?" Saga mengangguk.
Namun belum 2 langkah Ara melangkah, suara tepuk tangan terdengar dari telinga nya.
"Oh! Jadi gini kerja dari anggota Osis?! Ga! Lo itu Osis! Dia telat! Lo seharus nya hukum dia bukan malah ngebebasin dia!" ucap Rina, Wakil ketua osis.
"Jangan sok ngajarin gue" ucap Saga.
Ucapan Saga membuat Rina mendengus kesal.
"Heh! Sini lo! Biar gue yg ngehukum lo!" ucap Rina menarik pergelangan tangan Ara dengan kuat.
Sampai dimana Rina menarik Ara dilapangan tepat di depan tiang bendera.
"Berdiri sambil hormat! Gue awasin lo!" ucap Rina lalu melenggang pergi meninggalkan Ara. Ara mengangkat satu tangan nya untung hormat ke tiang bendera.
Perut nya berbunyi, kaki nya melemas, hingga ia merasa tak kuat mengimbangi tubuh nya.
Brughh..
Ara tergeletak dengan mata tertutup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Piet Mayong
arkan kok gthu ya...
curiga ara itu anak mantannya dulu yg ninggalin arkan jd dia balas dendam sama ara...
tp kan ara anak yatim piatu ...
kena azab baru tau rasa....
2022-01-19
0
Diaa
kangennn ceritaaa Fika gtu, sampe nangis lihat Ara di gituin sama Arkan😠
2021-10-19
1
Santhi
gk nyangka arka kyk gitu jahat bgt,, klo gj ada Ara & daddyx mana bisa arka ketemu sama Fika & anakx, klo gk David yg donor jantung emang msh bisa hidup arka iihhhhh mls dah smaa arka
2021-08-07
0