Gue berhenti di rumah Darwin. Ini cowo, gede badan doank tapi gak bisa bawa motor.
Darwin pun turun dari motor, "Mampir dulu gak?"
"Gak deh. Gue belom pulang dari kemaren." gue menjawab.
"Cha, besok lu gak kemana-mana kan?" tanya Darwin.
"Nggak. Kenapa emang?"
"Anterin gue nyari hardware ya. Kayanya komputer tetangga gue itu ada yang mesti diganti hardware nya." jawab Darwin.
"Ya udah iya. Jam berapa?"
"Terserah lu deh, datengnya jam berapa."
Gue mengangguk, "Ok deh. Gue cabut ya."
Gue pun melajukan motor pulang kerumah.
*
Besoknya. Minggu.
"Kok sepi rumahnya. Kedai juga tutup." gue bergumam.
Gue parkir mobil gue di depan rumah Darwin. Dan berjalan ke pintu samping rumahnya, yang bisa langsung ke kamarnya.
"Win!" gue mengetuk jendela kamarnya.
"Eh, Cha. Udah nyampe?" tanya Darwin.
"Bukain pintu."
Darwin membukakan pintu, dan gue langsung masuk ke kamarnya.
"Wuih, kamar lu abis gempa?" gue ngeledek karena kamarnya berantakan akibat membongkar CPU komputer.
Darwin duduk dan melanjutkan mengotak atik komputer.
"Win, pada kemana? Kok sepi? Kedai juga tutup." gue bertanya sambil menyalakan rokok.
"Pada pergi kerumah sodara. Yang kerja juga libur karena kedai tutup." jawab Darwin.
"Lu kalo mau minum ambil sendiri ya, Cha. Gue lagi tanggung soalnya." kata Darwin lagi.
Gue keluar kamarnya dan mengambil minuman dari soft case kedainya.
"Ini kita jadi pergi gak?" gue bertanya.
Darwin menatap gue dan nyengir, "Hehe, kayanya nggak. Semalem gue udah nyari sendiri hardwarenya, soalnya tetangga gue minta selesai hari ini."
"Yeee. Bukannya bilang. Gak ada kuota hp lu?" gue menggerutu.
"Sorry. Gue lupa." jawab Darwin.
"Gabut deh gue disini." gue bergumam dan duduk bersandar ditempat tidurnya.
"Bentar lagi kok ini." kata Darwin.
Setelah beberapa lama, akhirnya dia selesai mengerjakan CPU komputer tetangganya.
Dia menghampiri gue sambil memegang laptop nya.
"Cha, liat deh." dia menunjukkan sesuatu dilayar laptop nya.
"Apaan? Gak ngerti gue."
"Gue baru nyoba sih, tapi lu jangan bilang siapa-siapa ya." kata Darwin.
Gue menatap dia heran, "Apaan sih?"
"Minggu kemaren gue iseng-iseng nyoba ngehack, beli barang. Dan berhasil. Nih, barangnya." jawab Darwin sambil mengambil sesuatu dari lemarinya.
Gue mengambil kotaknya dan membukanya, "Diamond ring?"
"Iya." jawabnya nyengir.
"Berarti lu sama aja kaya haaack......"
Darwin langsung menutup mulut gue, "Ssst. Off the record. Jangan bilang siapa-siapa ya."
"Tapi, lu ngapain beli cincin berlian?" gue bertanya.
"Ya kan gue iseng aja. Nyoba-nyoba doank, ternyata berhasil." jawab Darwin tersenyum bangga.
"Nyolong kok bangga, Malih." sahut gue.
"Gue kan cuma iseng, Cha." kata Darwin.
"Iye, trus abis itu lu ketagihan. Ya kan."
Darwin hanya tersenyum,
"Gak, Cha. Setelah gue tau gimana caranya, ya udah cukup tau aja."
Tiba-tiba, muncul lah ide di kepala gue, "Win, kalo hack data kampus, bisa gak?"
"Hah? Buat apaan?" tanya Darwin.
"Iseng aja, di acak-acak." gue menjawab.
"Males amat. Gak sekalian lu suruh gue acak-acak data Pentagon sono." jawab Darwin sambil menyalakan rokok.
"Trus, kita gak jadi jalan nih?" gue bertanya.
Darwin menoleh ke gue, "Ya udah, kalo lu mau jalan ayo, gue temenin. Kemana?"
"Kemana ya. Gak ada ide gue." gue menjawab.
"Motor lu mana?" tanya Darwin sambil melihat ke jendela.
"Gue gak bawa motor, gue bawa mobil."
"Tumben."
"Soalnya tadi kayanya mau ujan. Kan lu bilang mau beli hardware, kalo bawa motor trus entar keujanan gimana. Eh, taunya gak jadi keluar pas udah sampe sini." gue menggerutu lagi.
"Ya udah yuk, kita cabut." ajak Darwin.
"Kemana?"
"Hunting buku bekas." ajak Darwin sambil menarik tangan gue.
Gue pun mengikuti dia keluar rumah.
Gue melempar kunci mobil ke Darwin, "Lu yang bawa."
Gue masuk mobil dan duduk disampingnya.
Cowo yang disamping gue ini emang gak bisa bawa motor, tapi bisa nyetir mobil. Aneh kan. Mestinya bisa nyetir mobil ya bisa juga donk bawa motor, kaya gue. Hehehe..
*
Salah satu tempat penjualan buku bekas import dan lokal yang ada di Jakarta.
Kalo kesini, gue sama Darwin pasti lupa waktu. Gue sama dia emang suka baca buku, tapi dia lebih freak sih kalo baca buku. Bisa jadi kaya anak autis, sibuk sama dunianya sendiri.
"Baca kok novel." sahut Darwin yang ngeliat gue lagi membuka-buka sebuah novel.
"Ya emangnya kenapa?" gue bertanya.
"Itu kan imajinasi penulisnya, ngapain lu baca." jawab Darwin.
"Ya lu juga ngapain suka baca komik. Koleksi komik Marvel lu aja sampe selemari." gumam gue.
"Komik mah beda, ada gambarnya. Trus tulisannya juga singkat, gak banyak-banyak." jawab Darwin.
Gue menutup novel dan mengembalikan ke rak, "Males gue berdebat sama lu."
Gue meninggalkan dia menuju rak yang lain.
"Cha," seseorang menyapa gue.
Gue menoleh ke arah suara tersebut.
"Putra?"
"Kamu suka kesini juga?" tanya Putra.
Gue nyengir, "Gak sering sih. Ini lagi gabut aja."
"Lu sendiri suka kesini?" gue bertanya.
"Ya lumayan. Cari-cari referensi buat bikin lagu." jawab Putra.
"Ooo." gue bergumam sambil asal mengambil sebuah buku.
"Cha, abis dari sini, kita makan bareng yuk." ajak Putra.
Gue menatapnya dan mau menjawab Putra.
"Chacha mau makan sama gue." tiba-tiba Darwin menjawab Putra.
"Oh, ternyata kamu kesini sama dia, Cha?" tanya Putra menatap gue tanpa melihat Darwin.
"Iya." jawab gue sambil nyengir.
"Cha, gue udah selesai nih nyari bukunya. Ayo kita makan." ajak Darwin sambil menarik tangan gue.
"Eeeh." gue hampir tersandung karena Darwin menarik tangan gue.
Gue menoleh pada Putra, "Sorry."
Putra mengganguk tersenyum sambil memberikan kode telepon dengan tangannya.
Darwin dan gue pun masuk ke mobil. Dia langsung menyalakan mesin dan melajukan mobil. Gue ngeliat mukanya angker. Cuma ngeliatin jalan dan gak ngomong apa-apa.
"Katanya mau makan." gue bergumam.
Darwin menoleh ke gue, tapi gak ngomong apa-apa.
'Kenapa dia jadi diem begitu.' gue bergumam dalam hati.
Setelah beberapa lama diem-dieman di dalam mobil, gue bergumam lagi.
"Hadeeh. Masuk angin deh gue belum makan."
"Makan dirumah gue aja." jawab Darwin dingin.
Tak berapa lama, kita pun sampe dirumah Darwin.
"Rumah lu kan sepi. Kedai tutup, mana ada makanan." gue berkata sambil duduk di kedainya.
"Kalo mau makan, bikin aja sendiri." sahut Darwin.
"Bikin sendiri?"
"Iya. Tuh, di freezer ada ayam, ikan, seafood, udah di bumbuin semua. Tinggal goreng aja, atau bakar." jawab Darwin.
"Hah?" gue melongo ngedenger dia.
"Kenapa? Gak bisa?"
Gue berdiri dan menuju freezer, "Kalo goreng doank mah, gue juga bisa."
Gue mengambil kotak ayam dari freezer dan menyalakan kompor.
Darwin berjalan menuju kamarnya.
"Lu mau makan juga gak? Biat gue gorengin sekaliaaan?" gue berteriak supaya dia denger.
"Iya! Sekalian aja." Darwin menjawab.
Gue pun menggoreng dua potong ayam.
Tak berapa lama, Darwin memanggil gue.
"Cha!"
"Apaan?"
"Sini dulu."
"Apaan sih." gue bergumam dan menghampiri Darwin ke kamarnya.
"Ada apa?"
Darwin menarik tangan gue untuk melihat email di laptop nya.
"Liat nih. Gue waktu itu pernah apply beasiswa untuk programmer di MIT." katanya sambil senyum.
Gue nggak begitu ngerti sih maksudnya apa, "Trus?"
"Cha, gue masuk sebagai salah satu kandidat penerima beasiswa. Emang sih, nanti gue harus ikutin tes-tesnya. Dan saingan gue banyak. Cuma tiga orang nanti yang dapet beasiswa nya kalo lulus." jawab Darwin.
Gue terdiam dan berpikir, "MIT kan jauh di Amerika." gue bergumam.
"Iya. Tapi gak dalam waktu dekat ini kok. Beasiswanya untuk next year, jadi gue udah lulus kuliah disini." kata Darwin.
Darwin keliatan seneng, ya karena emang hobi dia di komputer. Emang dia salah jurusan aja kuliah hotel.
"Gue gak nyangka, Cha. Best university." gumam Darwin.
"Selamet ya. Walaupun masih belum tau kan lu nanti lulus apa nggak, karena lu mesti ngikutin tes."
Darwin menatap gue nyengir, "Iya sih. Doain ya, semoga gue lulus tes nya nanti. Gue bakal belajar terus nih."
"Iye, gue doain. Semoga lu lulus tes trus ke Amrik, abis itu bawain gue oleh-oleh cowo bule. Hahaha.."
Gue dan Darwin pun tertawa. Tapi gak lama, gue sama dia kok kaya nyium bau aneh ya.
Darwin mengenduskan hidungnya, "Kok gue kaya nyium bau hangus ya."
Gue dan Darwin saling berpandangan. Kita berdua sadar ada yang hangus di dapur, dan langsung berdiri lari ke dapur.
Darwin langsung mematikan kompor. Gue mengibaskan asap yang ngebul di dapur sambil tertawa.
Gue menatap ayam yang menghitam di penggorengan, gue ketawa karena ayamnya bener-bener jadi hitam.
Darwin melihat ayam hangus tersebut dari belakang gue dan tertawa.
Gue dan Darwin tertawa bersama, sampe gue gak sadar kalo bersandar di bahunya, dan dia melingkarkan tangannya ke pinggang gue.
"Ya ampuun. Goreng ayam aja bisa hangus gini. Gimana mau jadi chef di hotel nanti." gue bergumam tertawa.
"Cha," sahut Darwin.
Gue tersadar kalo dia sedikit memeluk gue. Gue membalikkan badan gue dan menatapnya.
Darwin dan gue terdiam saling berpandangan. Matanya yang sayu gak berkedip melihat mata gue.
Tangannya masih merangkul pinggang gue. Gue merasa wajahnya semakin mendekat ke gue.
'Aduh. Jangan, jangan. Gak boleh. Cowo didepan gue ini, sahabat gue. No feeling please.' gue berkata pada diri gue sendiri.
"Win, gue laper." gue berkata pada Darwin sambil nyengir.
Darwin pun tersadar, dia langsung melepaskan tangannya dari pinggang gue, dan mundur selangkah.
Dia menunduk dan mengusap belakang lehernya dengan tangannya.
"Ya udah, kita order makanan aja ya. Kalo ngegoreng lagi, entar item lagi." kata Darwin tersenyum sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.
Gue pun menghela napas lega.
"Iya deh. Gue pesen apa aja lah, lu tau kan gue doyannya makan apaan."
Darwin pun mengangguk. Gue berjalan menuju kamarnya.
Darwin kemudian sibuk dengan laptop nya, dan gue sibuk membaca koleksi komik Marvel nya.
Tak lama kemudian, makanan pun tiba.
Gue emang udah laper banget, jadi langsung makan. Gue tau sesekali Darwin melirik gue. Tapi, gue juga cuek aja dan terus makan.
Hari menjelang sore.
Gue bangun dari tempat tidurnya, "Win, gue pulang ya. Udah sore lagian."
"Rumah deket aja." sahut Darwin yang masih sibuk sama laptop nya.
"Iya, tapi besok kan kuliah. Besok bareng gak?" gue bertanya.
Darwin menoleh ke gue, "Kayanya nggak, Cha. Entar malem juga gue balik ke kosan, abis nganterin komputer ke tetangga gue." jawab Darwin.
"Ooo, ya udah kalo gitu. Gue balik ya." pamit gue sambil keluar dari kamarnya.
Gue membalikkan badan dan mendorong Darwin, "Gak usah dianterin, gue tau jalan keluar lewat mana. Bye."
Darwin mengacak-acak rambut gue, "Dasar gurita. Susah diatur. Hati-hati nyetirnya."
Gue cuma mengangguk dan keluar dari rumahnya.
*
Ketika Chacha sudah pulang, Darwin merebahkan dirinya ketempat tidur. Dia mengusap-usap mukanya dan bergumam,
"Aduuuh. Untung aja gak sampe nyium Chacha. Coba kalo tadi gue bener-bener nyium dia. Pasti dia bakalan marah banget sama gue. Bisa-bisa dia gak akan mau lagi sahabatan sama gue. Darwiiiin, kontrol please!"
Darwin termenung dan berpikir,
'Gue itu cuma anggep Chacha sebagai ade gue sendiri. Lagian, Chacha juga pasti anggep gue cuma sahabatnya, kaya Ferdi sama Adie. Tapi kenapa gue kesel banget kalo ngeliat dia cuma ngobrol aja sama cowo lain, terutama sama si Putra. Feeling gue, si Putra itu gak bener.' gumam Darwin dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments