"Elsa prozen Al..." Cynta memberikan penjelasan akan maksud ucapannya.
Meski tokoh kartun yang disebutkan oleh Cynta itu tidak sinkron sama sekali, Aldi tetap saja tersenyum. Aldi tersenyum canggung sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Mau gimana lagi ... udah sehati sih." Aldi melirik sekilas pada Gama.
Sesungguhnya Aldi takut ucapan berani Cynta akan menaikkan emosi Gama. Sebagai sahabat yang sangat mengenal Gama, Aldi sangat tahu akan sifat kaku cowok yang duduk di sebelahnya itu.
Mendapati yang dilirik cuek bebek, tidak peduli. Aldi pun menghelaa nafas lega.
"Kalo gue mah ogah ... mukanya wae udah kelihatan angkuh sombong gitu, nyebelin banget pasti. Tinggalin aja biar gak punya temen." ucap Cynta terdengar sangat pedas hingga mendapat cubitan kecil dari Maya.
"Auww ... elo kenapa cubit gue sih May ...." Cynta mendelik.
Ketiga cowok di depannya tersenyum. Sedangkan si songong Gama menoleh, melirik Cynta dengan mengeratkan gigi giginya.
"Berani - beraninya ini cewek ngatain gue angkuh, sombong. Sok tau banget jadi orang. Dasar gadis bar - bar." Gama membatin dengan rahang yang mengetat.
Akan tetapi Cynta yang mendapat lirikan tajam dari Gama, cuek bebek seolah tak peduli. Rasanya malas menatap wajah cowok yang menurutnya sok kegantengan tersebut. Cynta tidak ingin matanya penuh dengan hama yang akan menggerogoti moodnya.
"Gama gak seperti yang elo pikir Cynn ... dia itu baik kok. Elo hanya belum kenal wae sama dia. Coba ntar lo temenan sama dia pasti deh, pandangan elo ke dia berubah. Buktinya kita betah... " Maya berucap pelan takut membuat Gama tersinggung.
Meski sebenarnya Gama sudah terlanjur tersinggung.
Cynta berdecih, kemudian sedikit berbisik di telinga Maya. Satu telapak tangannya menutupi mulut saat berucap kata. "Ck... gue mah ogah temenan sama orang songong kek gitu."
"Aww" lagi Cynta harus mendapatkan cubitan kecil dari Maya.
"Ciihh ... siapa juga yang mau temenan sama gadis bar - bar kek elo!! Gama berdecih sembari menatap sinis pada Cynta. Ternyata Gama masih mendengar bisikan Cynta pada Maya.
Cynta yang masih merasakan panas akibat cubitan dari Maya hanya menggerakkan mulutnya terlihat mengomel sambil mengusap bekas cubitan tetangga kamar kosnya tersebut.
Maya terlihat canggung, meminta maaf pada Gama dengan hanya menggerakkan bibir dan tangannya.
Sedangkan yang lain hanya diam seolah tidak peduli karena takut membuat singa galak meraung.
"Ini mbak pesenannya." penjual ketoprak menginterupsi dengan meletakkan dua piring ketoprak dan minuman pesanan Cynta di hadapannya hingga memutuskan kecanggungan diantara mereka.
"Oh makasih Bang ...." Cynta berucap sambil menggeser satu piring ketoprak dan teh anget ke hadapan Maya.
"Sama - sama Mbak." balas penjual ketoprak kemudian pergi menuju gerobak dagangannya kembali.
"Kita makan ya guys ...." Maya berucap dengan senyum pada teman - temannya.
"Iya nikmati saja, kita juga udah makan kok." Adam tersenyum ramah.
Cynta dan Maya mulai memakan ketopraknya dengan diam, berusaha menikmati rasa ketupat yang bercampur dengan bihun, tahu goreng, kecambah serta telor rebus dan taburan kerupuk warna - warni di atasnya. Jangan lupakan guyuran bumbu kacang yang mampu menggoyangkan lidah para penikmatnya.
"Elo kuliah di mana Cynn ...?" Adam yang sudah menyelesaikan makannya bertanya pada Cynta.
Cynta menelan ketupat ke dalam kerongkongannya, "Gue kuliah di kampus XX ambil manajemen perusahaan." Cynta menjawab dengan menyebutkan sebuah nama kampus swasta ternama yang ada di Jogjakarta.
Adam mengangguk tanda mengerti.
"Elo sendiri?" Cynta balik bertanya pada Adam.
"Oh gue satu kampus sama Maya, tapi gue ngambil jurusan olah raga, kalau dia kan ambil matematika" jelas Adam.
Maya kuliah di salah satu kampus keguruan negeri di Jogja.
"Sering ketemu sama Maya dong?!" Cynta.
"Tiap hari ... sampek bosen gue liatnya." Adam tersenyum mengejek pada Maya.
"Tapi sayang kan ...." Maya megerjapkan kelopak matanya berulang. Maya memang selalu begitu, sok imut seperti anak kecil. Ekor matanya melirik Gama sekilas. Berharap cowok yang telah memenuhi ruang di hatinya memandang reaksi imutnya. Namun sayang harapan Maya hanya angan belaka. Nyatanya Gama tak sedikitpun peduli.
"Terpaksa." Adam.
"Kalian pacaran??" Cynta bertanya dengan dengan mata terbuka efek terkejut.
"Kita semua saling menyayangi sebagai teman Cynn ... bukan berarti pacaran." Aldi menjelaskan.
"Oh gitu ... kirain ...." Cynta menggantung ucapannya.
"Kita udah lama barengan jadi wajar kalau saling menyayangi dan melindungi satu sama lain." Andri menambahkan.
"TeOPe BeGeTe kalo gitu pertemanan kalian." Cynta berucap sembari mengacungkan jempol kirinya.
"Eh tapi ...," Cynta menjeda sejenak ucapannya. "Emang gak ada satupun di antara kalian yang suka sama Maya atau Maya suka sama salah satu di antara kalian gitu?!"
Uhukk ... uhukkk ... hukkk ...
Maya tersedak mendengar ucapan dari Cynta.
"Ati - ati dong May ... gak usah keburu gak ada yang bakal ngerebut ketoprak lo." Cynta menyodorkan air mineralnya pada Maya.
Cynta mengelus punggung Maya perlahan, meski temen satu kosnya itu terbilang menyebalkan apalagi kalau sudah memaksa untuk dituruti keinginannya akan tetapi Cynta sudah menyayanginya layaknya saudara perempuannya sendiri.
Pembawaan Maya yang selalu ceria, jarang marah dan mungkin karena mereka dinaungi oleh bintang kelahiran yang sama yaitu libra yang tidak suka berkonfrontasi mungkin hal itu juga yang membuatnya merasa cocok dan nyaman berteman dengan Maya.
"Perhatian banget lo sama Maya Cynn ..." Andri bersuara sambil menatap Maya yang masih berusaha menghilangkan rasa tidak nyaman akibat tersedaknya tadi.
Andri tahu ... bahkan bukan cuma Andri, semua teman Maya itu tahu apa yang menyebabkan Maya tersedak akibat pertanyaan yang Cynta ucapkan secara spontan tersebut.
Maya menyukai Gama sejak lama, Gama pun sudah mengetahui hal itu. Namun rasa cinta Maya tidak mendapatkan balasan dari cowok yang menurut Cynta dingin, cuek dan angkuh tersebut. Entah apa penyebab seorang Gama tidak menyukai Maya yang sebenarnya termasuk gadis yang cantik dan juga cerdas itu, bahkan selalu saja senyum tercetak pada bibirnya hingga membuat kesan ramah melekat padanya.
Mungkin memang begitulah yang namanya cinta. Dia hanya bisa bersandar pada tempat yang tepat, karena cinta tahu kepada siapa dia akan berlabuh...
"Yah sebenernya gue juga terpaksa, kek elo Dam ...." Cynta menggoda Maya.
"Jadi elo gak ikhlas nih nemenin gue ke sini." Maya pura - pura cemberut.
"Kan emang gue gak mau May, elo tau kan tugas gue numpuk ... elo aja yang maksain gue ke sini, iya kan?!"
"Jujur banget sih jadi orang ... bohong dikit napa." Maya mencebik
"Kata pak ustadz, bohong itu dosa May ... Elo juga tau kan?!" Cynta.
"Ck ...."Maya berdecak kesal membuat ketiga teman terkekeh.
Kecuali Gama yang terlihat tetap tidak peduli.
Benar benar cowok yang menyebalkan!!
❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments