Akhirnya, mereka berempat memutuskan pergi ke pameran setelah habis sholat magrib. Tapi sebelumnya, ke empat gadis itu memilih menghabiskan waktu sorenya di apartemen Tyara setelah pulang kuliah.
Petang pun menjelma saat mereka memasuki sebuah gedung yang sangat ramai oleh pengunjung, pameran elektronik mempunyai daya tarik sendiri, selain menampilkan produk yang baru realist, moment itu juga menawarkan harga yang cukup fantastis murah.
Jingga merasa tidak nyaman, ketika waktu sudah bergulir semakin malam. Apalagi kepalanya merasa nyut-nyutan karena berada diantara banyak orang yang berjalan tak beraturan.
"Sebenarnya kalian mau cari apa? " tanya Jingga ketika melihat temannya yang hanya berjalan menghampiri beberapa stand ponsel dan laptop merk ternama. Dari tadi mereka hanya berjalan berkeliling tanpa tujuan.
"Cari gebetan, Ngga! " bisik Nelly membuat Jingga memutar bola matanya.
"Nelly... " lirih Jingga dengan mengerucutkan bibir mungilnya. Baru kali ini Jingga pulang sampai malam tanpa Alan. Dia yakin akan terkena marah Alan jika tidak segera pulang. Tapi mau bagaimana lagi, dia juga tidak enak dengan teman-temannya yang masih terlihat asyik.
Jingga melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, pukul tujuh malam, "Mungkin Mas Alan sudah berada di rumah. " pikir perempuan berhidung mungil itu terlihat sangat gusar.
"Eh, gimana nih? Kita pulang sekarang, yuk! Nyokap dan bokapku udah sampai di apartemenku,nih!" ujar Daniah mengajak teman-temannya untuk pulang. Orang tua gadis tomboy itu sudah mengabari kedatangannya
untuk berkunjung.
"Lo, biar diantar Tyara! Aku sama Jingga nunggu di jemput saudaraku saja. Gimana, Ngga? " tanya Nelly dengan tatapan memohon.
"Kenapa kita tidak sekalian pulang bareng saja, Nel?" tanya Jingga yang sudah merasa gelisah, takut Alan akan marah jika dia pulang terlambat.
"Aku udah telanjur meminta saudaraku menjemput kita, Ngga! Lagian kasian Tyara, rumah kita kan berlawanan arah dengan apartemen Tyara dan Daniah.
" Okelah...nanti anterin, ya! Masalahnya ponselku batrenya habis, jadi tidak bisa menghubungi siapapun. " jelas Jingga menjelaskan sesuatu yang sedari tadi membuatnya gelisah.
Kesepakatan mereka pun terjadi, saat ini tinggal Nelly yang masih di temani Jingga berkeliling dan berhenti lagi di beberapa stand. Nelly memang berniat membeli sebuah Macbook, sedari tadi gadis itu sudah melirik macbook yang ada di salah satu stand produk IP***e, tapi gadis itu belum juga bisa memutuskan mana yang akan dia pilih.
"Nelly, aku akan ke toilet sebentar ya! "
"Ok, aku tunggu di sini saja ya? " jawab Nelly yang kemudian bersandar di salah satu pilar besar yang ada di dalam bangunan mewah itu. Sedangkan Jingga kini berjalan menuju sebuah lorong kecil yang ada di bagian belakang gedung itu.
"Duch, gimana ini? " gerutu Jingga saat melihat tulisan 'Maaf Rusak' yang tertempel di pintu toilet wanita.
"Mbak, di belakang ada toilet! Kalo mbaknya bersedia. Tapi memang nggak sebagus di sini." tawar seseorang yang melihat Jingga kebingungan di depan toilet.
Gegas, Jingga berjalan ke belakang gedung, di sana memang ada sebuah bangunan kecil yang sedikit menjauh dari bangunan mewah itu. Tak masalah bagi Jingga, perempuan itu kemudian mempercepat langkahnya untuk masuk di ruangan kecil yang sempit dan terkesan jarang terpakai.
Batinnya sedikit horror melihat bangunan kecil itu. Jika bukan karena dia sudah tidak tahan ingin buang air, Jingga tak ingin berlama-lama di sana, perempuan yang saat ini terserang rasa takut itu pun dengan gerak cepat menyelesaikan tujuannya.
"Ceklek...!" Jingga sedang membuka pintu toilet.
"Ceklek..." Tapi pintu tidak bisa dibuka.
"Ceklek... ceklek.. ceklek!" Beberapa kali jingga berusaha membuka pintu dengan sedikit dipaksa. Tapi, tetep saja pintu tidak bisa terbuka. Wajahnya mulai menegang, saat menyadari dirinya terkunci.
"Tolong...! Apa ada orang? " teriak Jingga dengan suara terkuatnya.
" Tolong... aku terjebak! " ulang Jingga tak ingin menyerah.
"Tolong....!" Beberapa kali pula jingga berteriak kencang, tapi tidak ada siapapun yang datang.
"Tolong...! " berlahan suaranya berubah parau dan terdengar lirih. Nafasnya terasa sesak, ruangan toilet yang cukup sempit membuatnya susah untuk meraup oksigen yang dibutuhkan. Keringat dingin yang sedari tadi mengucur kini semakin membuat basah baju yang dia kenakan, bahkan saat ini tubuh kecil itu mulai gemetaran.
"Tolong...! " Masih dengan suara lirihnya, dia berusaha meminta pertolongan.
"Ngga, ... Jingga! " teriakan Alan terdengar di telinga perempuan yang tubuhnya mulai melemah. Dari tadi lelaki itu sudah ke sana kemari mencari istrinya.
"Tolong...! " teriak jingga yang terdengar lemah, sambil memukul pintu pelan. Berangsur tubuhnya mulai tak bertenaga.
"Minggir, Ngga! Menjauh dari pintu ! " teriak Alan membuat Jingga memepetkan tubuhnya di dinding lembab kamar mandi.
"Bruk...! " Alan merobohkan pintu itu dengan beberapa kali tendangan.
"Jingga..! pekiknya saat melihat keadaan Jingga yang terlihat lemas. Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya, bahkan wajahnya sudah terlihat memucat.
" Mas Alan! " melihat Alan, Jingga langsung mendekap kuat tubuh Alan dengan tenaga yang masih tersisa. Nafasnya kini tersengal karena ketakutan yang sempat membuatnya kehilangan kendali diri.
"Tidak apa-apa, Ngga! Ada aku bersamamu! " ujar Alan masih mengelus punggung basah istrinya. Menenangkan ketakutan yang nampak menguasai istrinya.
Alan membawa Jingga menjauh dari ruangan sempit itu dan duduk sebentar untuk menormalkan keadaannya. Melihat jingga yang masih gemetaran, lelaki yang sebenarnya menahan kesal tidak ingin menanyai alasan Jingga hingga bisa berada di toilet yang kurang layak.
Flash Back
Alan, merasa gelisah saat berada di ruangannya, padahal niatnya untuk lembur malam ini. Beberapa laporan memang harus segera dia periksa dan tanda tangani. Otaknya sudah tidak bisa fokus sepenuhnya, saat berada di belakang meja karena memikirkan jingga. Terakhir kali istrinya menghubungi untuk mengatakan jika dia akan pulang sedikit terlambat, itu yang membuat alan sedikit gusar.
Beberapa kali Alan menghubungi Jingga, tapi ponselnya sudah tidak aktif. Lelaki yang seharusnya masih memeriksa beberapa laporan itu pun, terpaksa menundanya sementara.
Alan mencoba menelpon rumah, matanya melirik jam yang ada di pergelangan tangannya ternyata sudah pukul depan lebih.
"Jingganya sudah pulang? " tanya Alan saat Bi Murti mengangkat teleponnya. Mendengar jawab Jingga belum pulang, gegas Alan meyahut kunci mobilnya dan mencari Jingga di pameran.
Suasana tempat pameran memang masih ramai, tapi saat akan memarkir mobilnya mata perak itu sempat melihat Nelly masuk kedalam sebuah mobil.
Tanpa banyak berfikir, lelaki dengan rambut klimisnya itu memasuki gedung. Pandangannya mengedar, menyapu ruangan, seolah membelah kerumunan masa yang ada di seluruh penjuru, tapi tidak di jumpai juga istrinya.
"Jingga, di mana kamu? " gumamnya sambil meraup wajahnya dengan kasar. Merasa kebingungan saat lautan orang di gedung mulai menyusut tapi belum menemukan Jingga. Alan memutuskan untuk mencari ke belakang, karena hanya toilet ruang di dalam gedung yang belum di jangkau olehnya.
"Sial... di mana kamu jingga? " ujar Alan dengan menendang pintu toilet saat melihat tulisan "Maaf Rusak" yang tertempel di toilet perempuan.
Hatinya semakin cemas, bingung mencari keberadaan Jingga, hingga lelaki itu memutuskan mencari udara segar ke belakang gedung sebelum memutuskan lagi ke mana dia akan mencari Jingga.
Sambil menyugar rambutnya, Alan membawa langkahnya ke kebelakang, sepi... suasana memang berbanding balik dengan di dalam gedung.
"Tolong...! "sayup sayup terdengar suara seseorang wanita dengan pintu yang di gedor beberapa kali membuat Alan berjalan mendekatinya.
Semakin didengarnya, suara itu mirip dengan suara milik istrinya, tapi terdengar lemah. Dia mencoba memanggil nama Jingga, tapi suara itu malah menghilang. membuatnya mencoba membuka pintu kamar kecil yang masih terkunci. Ya, kali ini dia tidak punya pilihan lain kecuali mendobraknya meski dia tak yakin jika yang berada di dalam adalah Jingga.
Flash On
Melihat Jingga yang ketakutan, Alan tak kuasa untuk meluapkan kekesalannya. padahal dari tadi dia sudah menahan rasa kesalnya karena Jingga tidak bisa dihubunginya. Alan memilih membawa Jingga untuk segera pulang.
TBC
jangan lupa vote ya gengs, dukung author dengan like atau vote... kalo punya point jangan lupa berikan di' Merindukan Jingga' hehehe jnagan disimpan saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Umi Asmarani
udah aku boomlike kak...semangat...
2021-03-28
0
Dwidwi
neli jahat
2021-03-18
0
Isna Eni
super hiro alan anjut thor
2021-03-18
0