Terkena Sorotan lampu motor Alan membuat mata Jingga menjadi silau. Tubuh yang sudah terasa lemas itu hampir kehilangan keseimbangan.
"Jinggaaa...! " teriak Alan saat melihat Jingga di pinggir jalan. Lelaki itu kemudian menstandarkan motornya dan kemudian berlari ke arah Jingga.
"Mas Alan... hampir saja aku menangis karena nggak tau jalan pulang! " ucap Jingga saat mendapati Alan sudah ada di depannya.
"Bukannya sudah menangis? Ini apa? " ujar Alan dengan mengusap kedua sudut mata Jingga yang sudah mengembun.
"Bukan, itu cuma rasa kesal saja! " kilah Jingga dengan mengerucutkan bibir ke depan agar bisa menahan tangisnya di depan Alan.
"Sebaiknya kita cepat pulang! " ujar Alan dengan menarik lengan Jingga menuju motornya. Saat di jalan, Alan menunjukkan beberapa arah dan patokan tempat yang bisa diingat Jingga, hingga motor sport itu sudah membelok di halaman rumah miliknya. Jingga hanya menyandarkan tubuhnya di belakang tubuh Alan dengan melingkarkan lengan tangannya di perut Alan. Otaknya sudah tak mampu mencerna apa yang dikatakan Alan.
Setelah turun dari motor, Jingga langsung merebahkan tubuhnya di sebuah kursi panjang berbahan kayu yang ada di teras dekat garasi. Melihat Jingga, Alan hanya tersenyum sambil berdecih.
"Ngga, ayo masuk! " ujar Alan dengan berdiri di dekat tubuh yang tergeletak lemas.
"Gendong! " rengek Jingga karena merasakan kakinya sakit semua.
"Apa? Kamu kira kamu anak kecil?Ayo jalan sendiri!" ujar Alan dengan menarik bangun tubuh Jingga. Dia mengira Jingga hanya berpura-pura.
"Kakiku sakit, Mas! " Wajahnya penuh permohonan. Melihatnya saja Alan tak tega, wajah yang biasa berbinar itu kini terlihat kusut.
" Manja sekali anak gunung ini! " decih Alan kemudian berjongkok, membuat Jingga langsung bangun dan menempel di punggung bidang Alan.
"Terima kasih, Mas Alan! " ujar Jingga dengan menyandarkan kepalanya di punggung Alan. Lelaki berperawakan tinggi itu berjalan dengan menggendong Jingga masuk ke dalam rumah.
"Kamu sudah makan, Ngga? " tanya Alan yang hanya di jawab dengan gesekan kepala Jingga di punggungnya.
"Makan Dulu ya? Aku udah beli makanan." tawar Alan sambil berjalan menuju tangga. Tapi tak ada jawaban dari Jingga, membuat Alan semakin penasaran. Di liriknya, lengan mungil yang tadinya bertaut erat di dadanya kini melemas, bahkan gendongan Jingga pun sudah terasa lebih berat. Alan mempercepat langkah panjangnya masuk ke dalam kamarnya. Dia memutuskan membawa Jingga di kamarnya saja yang ada di lantai bawah agar lebih mudah.
Berlahan di rebahkan tubuh Jingga yang melemas, perasaan cemas mulai menyerangnya ketika melihat Jingga hanya memejamkan mata.
"Ngga, bangun! " ujarnya dengan menepuk pelan pipi Jingga. Tidak ingin menunggu lama, Alan segera menghubungi dokter pribadinya untuk memeriksa Jingga yang sudah tak sadarkan diri.
Sudah cukup lama, Jingga mengerjapkan matanya saat merasa tubuhnya sudah terhimpit . "Mas Alan bangun! " ujar Jingga saat Alan mendekap tubuhnya dalam tidur.
"Ngga, kamu sudah bangun? Kamu membuatku khawatir! "
"Mas, udah jam sebelas malam. Aku belum menyiapkan barang bawaan yang sudah di jadwalkan untuk ospek besok." ujar Jingga dengan menengadahkan wajahnya menatap wajah tampan milik Alan.
"Nggak usah bawa! Kalo perlu nggak usah berangkat!" ujar Alan kembali memejamkan mata dan mengeratkan kembali lengannya di pinggang kecil Jingga.
"Besok kalo dihukum? " Jingga masih merasa cemas jika sampai kejadian hari pertama ospek terulang lagi di hari ke dua.
"Nggak bakal, jangan ngenyel terus! Ayo..tidur lagi. " ucap Alan meyakinkan Jingga membuat perempuan yang masih ingin tidur itu juga tak mau ambil pusing lagi.
Mereka terpulas sepanjang malam karena rasa lelah. Hingga tak menyadari jika keduanya sudah saling mendekap memberi rasa nyaman satu sama lain.
###
Mobil Jeep Wrangler warna grey itu berhenti tepat di parkiran khusus mobil dosen. Hari ini, Alan sengaja mengantar Jingga sampai masuk ke dalam halaman kampus.
"Nanti kalo aku nggak bisa jemput, kamu pesan taxi online saja! Jangan jalan kaki!" ujar Alan saat mereka masih di dalam mobil.
"Iya, Mas! " Jingga mencium punggung Alan untuk berpamitan.
"Ngga, ... sebentar! Kemari mendekat! " ucap Alan dengan menjentikkan jarinya agar Jingga mendekat. Jingga seperti orang yang terhipnotis saat dia masih bingung dengan apa yang dimaksut oleh Alan.
cup...
Alan mengecup pucuk kepala Jingga saat perempuan dengan wajah penasaran itu sudah mendekat.
"Mas Alan...!" desis Jingga terkaget dengan wajah memerah, Menahan rasa malu di depan sosok yang membuat jantungnya selalu berdetak tak menentu.
Jingga segera pergi ke ruangan yang sudah ditentukan di dalam jadwal acara. sementara Alan pergi menemui temannya yang menjadi salah satu dosen di kampus itu untuk menitipkan Jingga. Dia merasa khawatir, mengingat kondisi Jingga yang kurang fit ditambah lagi, hari ini jingga yang tidak membawa persyaratan lengkap ospek agar tidak terkenal masalah.
Jingga berjalan dengan tergesa menuju gedung lantai dua. Dia yakin jika dia sudah terlambat.
"Jingga Andini! " suara Arga membuat jingga berhenti dan menoleh pada sosok yang sudah memanggilnya.
"Iya, Kak! "
"Nggak usah berlari, acaranya tidak terlalu formal! Hari terakhir ospek hanya sedikit pengarahan dan hiburan! " cowok bertubuh tinggi lengan dengan jas almamater itu berjalan mensejajari Jingga.
"Maaf untuk hukuman kemarin." lanjutnya masih dengan pandangan ke depan. Ketua BEM itu memang dikenal sebagai cowok cool dan punya dedikasi yang tinggi.
"Nggak apa-apa, Kak! Aku memang salah! " jawab Jingga yang kemudian mempercepat langkahnya sebelum masuk ruangan yang sudah penuh mahasiswa baru.
"Jingga...!" panggil Nelly supaya Jingga duduk di dekatnya. Mereka mulai berkenalan dari hari pertama ospek.
" Wuihhh udah telat, jalan bareng cowok idola kampus! Mahasiswa baru ini emang top deh!" puji Nelly sambil berbisik di telinga jingga. Nelly teman pertama yang dekat dengan jingga dan mereka bahkan sudah saling mensupport.
Sementara ada satu mahasiswi yang tengah menatap Jingga dengan tatapan tidak senang. Mahasiswa yang menobatkan diri Sebagai mahasiswi baru paling keren dan popular, namanya Renata.
###
Akhirnya, Ormaba (orientasi mahasiswa baru) selesai juga. Jingga kini berjalan bersama Nelly menelusuri koridor kampus. Mereka terlihat bahagia saat mengakhiri acara yang menurutnya sangat ribet.
"Nelly, jadwal kuliah kita sama kan? " tanya Jingga.
"Iya, untung saja kita banyak jadwal kuliah pagi!"
"Auhhhh..! rintih Jingga saat tubuhnya di tabrak Renata dari belakang.
" Sorry...!"' ucap Renata dengan cueknya berlalu begitu saja.
Tak ingin membuat permusuhan di awal kuliahnya, Jingga hanya terdiam. Tapi matanya menatap kesal karena buku dan bulpoin yang berada di tangannya itu kini terjatuh dan tercecer.
"Kayaknya sengaja dia, Ngga! " ujar Nelly tak kalah jengkel saat menatap Renata, sementara Jingga masih memungut bukunya.
"Ini polpoinnya! " Arga tiba-tiba datang dengan menyerahkan polpoin yang sempat menggelinding menjauh dari Jingga.
"Makasih, Kak! " ucap Jingga.
"Ngga, aku duluan ya! " pamit Nelly yang kemudian berjalan meninggalkan mereka. Gadis itu seperti terburu buru ingin meninggalkan kampus.
Jingga masih berjalan menelusuri koridor kampus ditemani Arga. mereka saling bertukar cerita, lebih-lebih Arga yang banyak cerita tentang kampus bahkan mengajak Jingga untuk ikut kegiatan kemahasiswaan
Saking asyiknya bercerita, Jingga tak menyadari jika seseorang sudah mengawasinya sejak tadi. Alan sudah berdiri dan bersandar di dekat pintu keluar dengan satu tangannya masuk di saku, tatapan mengintimidasi sudah tertuju pada Jingga dan Arga.
"Kak, aku duluan! Aku sudah dijemput! " pamit Jingga saat melihat Alan yang sudah melayangkan tatapan tajam ke arahnya. Melihat wajah Alan yang tak biasa membuat Jingga hanya terdiam.
Alan melajukan mobilnya tanpa banyak bicara. Bahkan, tatapannya yang nampak terlalu fokus ke depan memberikan kesan ada sebuah kemarahan di dalam dirinya.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
yosya
cembulu nih yee
2022-07-14
0
Nurcahyani Nurr
Bng Alan cemburuu
2021-06-17
0
coni
10 like dari Aster,
semangat up-nya.
salam ANGKASA 🥰
2021-05-06
1