09. Ospek

Mereka, Jingga dan Alan masih bermain pasir di pantai. Terkadang banyak hal yang bisa diceritakan oleh alam, tanpa harus berucap. Hembusan angin dan suara deburan ombak seperti nyanyian tersendiri yang mengiringi langit senja menuju ke peraduannya. Seperti halnya sebuah perasaan, terkadang kita hanya bisa merasakan tanpa harus bisa menamainya.

"Ngga, ayuk kita pulang!" Alan mengajak Jingga untuk pulang karena hawa dingin yang dibawa oleh angin.

"Coba lihat tangannya! " Alan mengambil tangan Jingga dan melihatnya lebih teliti. Ada sedikit kelegaan di hatinya, saat melihat kulit Jingga yang tidak melepuh meskipun masih terlihat memerah.

"Aku cuma tidak enak, Mas. Hubungan kalian rusak karena aku! " ujar Jingga membuat Alan menghentikan langkahnya dan kembali melirik wajah Jingga yang dipenuhi rasa bersalah.

"Bukan karenamu, Dia-nya saja yang kurang ajar! Mana bisa kebiasaan di Austria dibawa ke Indonesia! " ujar Alan kembali mengayunkan langkahnya dengan merengkuh bahu kecil milik Jingga.

"Sudah, jangan membahasnya lagi! Aku masih kesal saat mengingatnya." lanjut Alan mendapat tatapan sendu dari manik hitam jingga.

"Jangan melihatku seperti itu! Aku memang emosional." ujar Alan dengan membukakan pintu mobil untuk Jingga.

Mereka memilih untuk segera meninggalkan pantai karena angin yang bertiup semakin kuat. Alan melajukan Jeep kesayangannya dengan kecepatan tinggi. Di liriknya, Jingga yang tertidur dengan mulut menganga membuatnya tersenyum. Tidak mensia-siakan kesempatan, Alan mengambil ponsel untuk memotretnya. Perempuan itu pasti akan mengamuk jika mengetahui hal itu. Membayangkan saja membuat Alan ingin tertawa.

"Kenapa aku senang menggodanya?" gumam Alan dengan tersenyum. Yah, membuat uring-uringan Jingga baginya adalah hal yang menyenangkan.

Mobil Jeep itu membelok di garasi rumah minimalisnya. Lelaki berhidung mancung itu memicingkan mata, saat melihat sebuah mobil Jaguar sudah terparkir di sana.

"Dave." cicitnya saat melihat lelaki bermata sipit itu sudah duduk di teras rumahnya.

Alan pun berjalan ke arah Dave, diikuti Jingga yang juga akan masuk ke dalam rumah.

"Mas Alan, Aku masuk dulu! " pamit Jingga yang hanya di angguki Alan.

"Mari, Mas! " ujar Jingga mengganggukkan kepala pada Dave sebelum meninggalkan keduanya.

"Busyet... belibet banget istrimu! " ujar Dave karena merasa Jingga yang masih memperlihatkan sopan santun.

"Ya gitu deh, kebiasaan di kampung. Tapi jangan tanya kalo udah keluar taringnya! "

"Maksutnya...? " selidik Dave penuh antusias, saat dia merasa penasaran dengan apa yang sudah dikatakan Alan.

"Kalo udah jengkel bisa digigit kayak gini! " jelas Alan dengan menunjukan bekas gigitan Jingga.

Tidak ada komentar dari lelaki berkulit putih itu kecuali tawa yang menggelegar.

"Lo, apain sampai segitunya? Jangan-jangan kamu terlalu keras ya menyodoknya? Ha hahaha...? " Dave tertawa keras bermain dengan imajinasi liarnya.

"Sialan lo.... dasar otak kotor! " umpat Alan menebak apa yang sedang dipikirkan sahabatnya itu.

Mereka terdiam sejenak, saat Jingga keluar membawa dua cangkir teh dan camilan untuk tuan rumah dan tamunya itu.

"Terima kasih! " ucap Dave saat Jingga meletakkan secangkir teh tepat di depannya. sambil menunggu Jingga berlalu mereka masih terdiam.

"Soal kejadian tadi sore, aku harap kamu tidak memasukkannya di hati. Reyhan sedikit mabuk." Wajah Dave mendadak serius saat mengutarakan tujuan utamanya berkunjung.

"Sebenarnya aku masih kesal, dia tidak hanya akan melecehkan istriku. Tapi juga meremahkan keberadaanku! " jawab Alan tak kalah serius.

Mereka menghabiskan waktu bersama dengan memperbincangkan banyak hal, termasuk juga pekerjaan yang akhir-akhir ini menentukan masa depan posisi Dave di perusahaannya.

Sepulangnya Dave, Alan langsung menuju kamar istrinya. Rasanya dia sudah tidak sabar menggoda Jingga dengan foto-fotonya saat tertidur dengan mulut menganga. Langkahnya begitu bersemangat. Bahkan, saat Alan membuka pintu kamar milik Jingga pun dengan tergesa, membuat Jingga yang baru saja keluar dari kamar mandi pun terkaget.

"Arrgggh.... ! " teriak Jingga begitu histeris.

"Kenapa main nyelonong saja? "ketus Jingga dengan menyilangkan ke dua tangannya di depan dada. Wajahnya memanas menahan malu karena dia hanya menggunakan tengtop dan rok pendeknya.

Alan hanya terdiam kali ini tenggorokannya seperti tercekat bahkan pendengarannya seperti tak berfungsi lagi. Dia hanya bisa menatap bahu putih di depannya dengan degupan jantung yang tak beraturan.

"Kenapa dia jadi seksi sekali! " gumaman Alan berusaha menormalkan kembali perasaan aneh yang terjangkit di otaknya.

"Mau apa, Mas Alan? " ucap Jingga dengan wajah masih merona setelah memakai blus merangkapi tengtopnya.

"Bisakah membuatkan aku kopi? " jawab Alan sekenanya. Alan mencoba menormalkan kembali satu sisi jiwanya yang sedang bergelora.

"Bukanya tadi habis minum teh? " jawab Jingga dengan heran.

"Hmmm... tiba-tiba saja aku ingin kopi! " ujarnya langsung meninggalkan Jingga yang pasti akan mengejarnya dengan beberapa pertanyaan jika dia masih di sana.

Jingga hanya menggedikkan bahu dan mencebikkan bibirnya seraya menuruti keinginan suaminya.

###

Pagi buta sekali, Jingga berlari-lari menuruni anak tangga, wajahnya terlihat menegang saat dia tahu waktunya pergi ke kampus sudah sangat mepet.

"Jangan berlarian, Ngga! " ujar Alan di bawah tangga dengan melipat lengan kemejanya.

"Aku takut telat, Mas! Hari pertama ospek! " ujar Jingga sedikit mengatur nafasnya dengan sedikit ngos-ngosan.

"Sarapan dulu! Aku sudah membuatkanmu susu sama roti! " ujar Alan saat berada di dekat Jingga.

"Makasih, Mas!" ujar Jingga sambil berjinjit mencium pipi Alan dengan girangnnya, sambil berlalu mencari meja makan.

Alan, hanya mengelus pipinya sambil menyungging senyum diantara decihannya.

Secepat kilat jingga menghabiskan sarapannnya kemudian menyusul Alan yang sudah berada di luar memanasi mesin motornya. Ospek memang semuanya special termasuk waktu berkumpulnya mahasiswa baru.

Alan mengantarkan Jingga dengan motornya. perempuan yang saat ini dengan rambut berkepang dua itu melingkarkan lengannya di perut keras Alan. Hanya butuh lima belasan menit mereka sudah sampai di depan kampus. Suasana kampus sudah sangat ramai dengan anak-anak berseragam hitam putih.

"Kamu berani, kan? " ujar Alan yang mengkhwatirkan Jingga yang belum punya kenalan di kota ini.

"Jangan khawatir, anak gunung ini cukup pintar beradaptasi! " ujar Jingga dengan mencium punggung tangan Alan.

"Hati-hati, kalo ada apa-apa telpon aku saja! "

"Oke, deh! " Jingga langsung berlari membaur di kerumunan masa.

Hampir seharian Jingga melalui kegiatan ospek, tubuhnya benar-benar terasa lelah. Belum lagi, setelah pulang dia harus menjalin hukuman dari kakak senior karena tas bawaanya menghilang saat ditinggal shalat dhuhur. Rasanya dia sudah ingin pisan saja saat ini.

"Jingga, aku duluan! " ujar Nelly teman baru Jingga yang sudah bersiap untuk pulang. Anak anak lainnya sudah menunjukkan raut wajah bahagia kecuali Jingga.

"Iya, Nell! " jawab Jingga dengan lemas. Jingga berjalan menuju kantor sekretariat BEM, disitulah seniornya sudah menunggu.

"Kamu tau apa salahmu? " tanya senior yang bernama Arga dengan suara tegasnya.

"Siap tau, Kak! " jawab Jingga.

"Berdiri dengan satu kaki! Boleh bergantian posisi tapi tetap dengan satu kaki! selama dua jam! " perintah Arga.

"Siap, Kak! " jawab Jingga yang kemudian melaksanakan apa yang di perintahkan seniornya itu. sementara Arga langsung masuk ke dalam kantor BEM.

Jingga melirik jam tangan yang melingkar di lengannya. Sudah pukul tuju malam, hatinya semakin cemas karena Alan pasti akan kebingungan mencarinya. Apalagi sejak tadi ponselnya mati karena semalam lupa mencharge ponselnya.

"Selesai...! " suara keras Arga membuat Jingga merasa lega. Kakinya sudah mulai kesemutan, bahkan rasanya tubuh kecilnya itu sudah hampir kehilangan keseimbangan.

"Kamu boleh pulang! Besok jangan ada yang terlupakan barang yang akan di bawa! " ujarnya sebelum pergi meninggalkan Jingga.

Dengan langkah gontai Jingga melangkah ke luar kampus. Suasana sudah mulai sepi hanya beberapa mahasiswa non regular yang yang masih berlalu lalang. Tubuh yang sudah terasa lemas itu terus diajaknya untuk melangkah pulang, yang dia tau saat ini kakinya melangkah ke arah yang sama seperti saat dia berangkat.

Jingga terus memaksa kakinya melangkah, meski perutnya yang sudah terasa lapar pun tak lagi dihiraukannya. Kali ini yang terlintas di pikirannya, Alan pasti sudah berada di rumah dan mencari keberadaannya seperti biasa. Bibir mungil itu meringis dengan lengan tangan menutup sebagian wajah dan matanya karena sorotan lampu yang terlalu terang tepat di arahkan kepadanya.

bersambung....

Jangan lupa tinggalkan jejak ya gengs... kasih like, vote atau tipsnya.

Terpopuler

Comments

SitiNuraeni

SitiNuraeni

Mantap

2021-03-06

1

Rifiq Mimah

Rifiq Mimah

Winda mampir ya ngga....
kayaknya alan deh yang lg nyariin istri gunungnya.

2021-03-06

1

Nuridah Dumai

Nuridah Dumai

next kak,semangat

2021-03-06

1

lihat semua
Episodes
1 01. Terpaksa Pulang
2 02. Bertemu Jingga
3 03. Malam Pertama Yang Terlewatkan
4 04. Semua Butuh Waktu
5 05. Istri Labil
6 06. Gigitan Gemas Jingga
7 07. Mengalir Saja
8 08. Hoby Baru, Bergelut
9 09. Ospek
10 10. Menahan Cemburu
11 11. Menenangkan Jingga
12 12. Mencerna Perasaan
13 13. Kisah Jingga Kecil.
14 14. Kegelisahan Jingga
15 15. Kehancuran Jingga
16 16. Hal Menyakitkan Untuk Alan
17 18. Tumpukan Kebohongan Alan
18 19. Seksi, Bukan Tua
19 20. Terjebak di Toilet
20 17. Kecurangan Alan.
21 18. Tumpukkan Kebohongan Alan.
22 19. Seksi, Bukan Tua.
23 20. Terjebak Di Toilet.
24 21. Drama Percintaan
25 22. Lepas Kendali
26 23. Malu-Malu Singa
27 24. Kurcaci Manis.
28 25. Wanita Muda Yang Kaya
29 26.Stalking
30 27. Kenekatan Jingga.
31 28. Di Ujung Maut.
32 29. Kemarahan Alan
33 30. Kebenaran.
34 31. Alan Sakit
35 32. Pisah Ranjang Berbagi Selimut
36 33. Protes Jingga
37 34. Childish
38 35. Pil Kontrasepsi
39 36. Miss Communication
40 37. Tahu Bacem Berhadiah Red Brio
41 38. Eyang Sakit
42 39. Menagih Cicit
43 40. Tampilan Abad Ke-18
44 41. Negatif Thinking
45 42. Unique Characteristic
46 43. Surga Saja
47 44. Wajib Pajak
48 45. Penakut Yang Gengsi
49 46. Pesona Jingga
50 47. Sebuah Perubahan.
51 48. Olahraga Malam
52 49. Peresmian Resort
53 50. Kepergian Jingga
54 51. Perang Dingin
55 52. Loading Lama
56 53. Rencana Gagal
57 54. Menahan Hasrat
58 55. Pencapaian
59 56. Belajar Mengerti
60 57. Perhatian Alan
61 58 . Jadi Sasaran
62 59. Rindu
63 60. Memuakkan
64 61. Tidak Sadar Jika Sudah Kehilangan
65 62. Jingga Menghilang
66 63. Pencarian
67 64. Merasa Sakit
68 65. Melihat Jingga
69 66. Jingga Pingsan
70 67. Lebih Baik Bertahan Dari Pada Kehilangan.
71 68. Kucing Kucingan
72 69. Sensitive Dan Cengeng
73 70. Masakan Suami
74 71. Jorok
75 72. Kencan
76 73. Pilihan Yang Sulit
77 74. Perasaan Sayang
78 75. Pak Bos Lagi Bahagia
79 76. Teman Pembawa Sial
80 77. Ketiban Sial
81 78. Istri Galak
82 79. Putu Ayu (21+)
83 80. Eyang Anfal.
84 81.Berduka
85 82. Pertemuan Dengan Ibu
86 83. Penyekapan
87 84. Kabar Buruk
88 85. Tertembak
89 86. Kritis
90 87. Kembali Sadar
91 88. Melahirkan (End)
92 89. Extra Part
93 Pengumuman
Episodes

Updated 93 Episodes

1
01. Terpaksa Pulang
2
02. Bertemu Jingga
3
03. Malam Pertama Yang Terlewatkan
4
04. Semua Butuh Waktu
5
05. Istri Labil
6
06. Gigitan Gemas Jingga
7
07. Mengalir Saja
8
08. Hoby Baru, Bergelut
9
09. Ospek
10
10. Menahan Cemburu
11
11. Menenangkan Jingga
12
12. Mencerna Perasaan
13
13. Kisah Jingga Kecil.
14
14. Kegelisahan Jingga
15
15. Kehancuran Jingga
16
16. Hal Menyakitkan Untuk Alan
17
18. Tumpukan Kebohongan Alan
18
19. Seksi, Bukan Tua
19
20. Terjebak di Toilet
20
17. Kecurangan Alan.
21
18. Tumpukkan Kebohongan Alan.
22
19. Seksi, Bukan Tua.
23
20. Terjebak Di Toilet.
24
21. Drama Percintaan
25
22. Lepas Kendali
26
23. Malu-Malu Singa
27
24. Kurcaci Manis.
28
25. Wanita Muda Yang Kaya
29
26.Stalking
30
27. Kenekatan Jingga.
31
28. Di Ujung Maut.
32
29. Kemarahan Alan
33
30. Kebenaran.
34
31. Alan Sakit
35
32. Pisah Ranjang Berbagi Selimut
36
33. Protes Jingga
37
34. Childish
38
35. Pil Kontrasepsi
39
36. Miss Communication
40
37. Tahu Bacem Berhadiah Red Brio
41
38. Eyang Sakit
42
39. Menagih Cicit
43
40. Tampilan Abad Ke-18
44
41. Negatif Thinking
45
42. Unique Characteristic
46
43. Surga Saja
47
44. Wajib Pajak
48
45. Penakut Yang Gengsi
49
46. Pesona Jingga
50
47. Sebuah Perubahan.
51
48. Olahraga Malam
52
49. Peresmian Resort
53
50. Kepergian Jingga
54
51. Perang Dingin
55
52. Loading Lama
56
53. Rencana Gagal
57
54. Menahan Hasrat
58
55. Pencapaian
59
56. Belajar Mengerti
60
57. Perhatian Alan
61
58 . Jadi Sasaran
62
59. Rindu
63
60. Memuakkan
64
61. Tidak Sadar Jika Sudah Kehilangan
65
62. Jingga Menghilang
66
63. Pencarian
67
64. Merasa Sakit
68
65. Melihat Jingga
69
66. Jingga Pingsan
70
67. Lebih Baik Bertahan Dari Pada Kehilangan.
71
68. Kucing Kucingan
72
69. Sensitive Dan Cengeng
73
70. Masakan Suami
74
71. Jorok
75
72. Kencan
76
73. Pilihan Yang Sulit
77
74. Perasaan Sayang
78
75. Pak Bos Lagi Bahagia
79
76. Teman Pembawa Sial
80
77. Ketiban Sial
81
78. Istri Galak
82
79. Putu Ayu (21+)
83
80. Eyang Anfal.
84
81.Berduka
85
82. Pertemuan Dengan Ibu
86
83. Penyekapan
87
84. Kabar Buruk
88
85. Tertembak
89
86. Kritis
90
87. Kembali Sadar
91
88. Melahirkan (End)
92
89. Extra Part
93
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!