Arthur sudah berdiri di depan kamar utama di villa itu. Setelah selesai membersihkan tubuhnya, dia langsung kembali ke kamar mamanya. Tak memperdulikan perutnya yang berbunyi, Arthur mengetuk pintu kamar orang tuanya perlahan agar tak membangunkan mamanya yang mungkin masih tidur.
Tok tok tok
Pintu diketuk, namun tak ada jawaban atau tanda pintu akan dibuka. Arthur mengetuk lagi, namun lagi tak ada tanda-tanda pintu itu akan dibuka.
"Kak Rey ..." seru suara Bella dari lantai bawah yang terdengar cempreng menyambut kedatangan sepupunya putra Dion dan Vio yang baru datang.
Arthur mengintip dari atas tangga melihat saudari-saudarinya saling menyapa bersama dengan putra putri mereka.
"Hai Art ... " sapa Dion mendongak menatap Arthur yang hanya terdiam menyaksikan haru biru pertemuan saudara ipar dan saudarinya.
Arthur hanya melambaikan tangan dari atas tanpa berniat untuk turun. Semua orang yang mendengar Dion menyapa Arthur yang ada di atas tangga ikut mendongak menatap Arthur dengan wajah lesunya.
"Sudah kukatakan jangan ganggu mama istirahat, papa pasti tak akan mengizinkanmu menemui mama jika mama masih tidur." ucap Angel dari bawah.
Arthur menghela nafas panjang, begitulah sang papa, tak mau diganggu jika sedang berdua dengan mama. Apalagi jika mama sedang istirahat untuk tidur. Menurut para saudarinya, mamanya kesulitan untuk tidur atau biasa disebut insomnia.
Entahlah karena apa, semua menatap Arthur saat Arthur bertanya apa yang membuat mamanya sulit tidur, Arthur lah yang disalahkan oleh saudari-saudarinya. Arthur sempat kebingungan kenapa dia yang disalahkan, ternyata karena hanyalah dirinya yang belum menikah.
Karena Vio saudari kembarnya bahkan sudah hampir punya tiga anak. Dan kini, di usia Arthur yang sudah cukup matang bahkan Arthur belum pernah mengenalkan seorang gadis pun pada mamanya. Itulah sebabnya Karina selalu memikirkan sang putra bungsunya. Karina takut putranya itu merasa trauma karena kejadian masa lalu.
Arthur terpaksa turun menemui saudara-saudarinya. Arthur menuju dapur, diikuti Putri yang juga baru saja turun setelah membersihkan diri dengan rambut yang basah... entahlah.
"Kau lapar?" tanya Putri yang melihat Arthur sibuk mengambil beberapa bahan makanan dari lemari es untuk memulai memasak sesuatu.
"Kau bisa lihat." jawab Arthur masa bodoh, meneruskan kegiatannya.
"Aku juga, kau mau buatkan kakakmu ini kan?" ucap Putri sambil menunjukkan tatapan puppy eyes nya pada Arthur.
Dan tentu saja itu tak akan mempan, Arthur bukan pria yang semudah itu untuk dirayu. Dia sangat sulit sama seperti sang papa, hanya terpusat pada seseorang saja di matanya. Namun Arthur tetap membuatkan makanan untuk sang kakak.
"Terima kasih." ucap Putri setelah setengah jam masakan Arthur jadi. Keduanya kini duduk di meja bar dapur untuk menyantap masakan Arthur, Spaghetti bolognese. Makanan praktis yang bisa dibuat cepat.
**
"Ma..." Arthur langsung berdiri dari duduknya dari meja dapur setelah selesai makan melihat mamanya turun dari tangga dipapah oleh sang papa.
Dengan wajah pucat tak bertenaga, tubuh lemahnya terlihat raut wajahnya pucat. Dengan senyuman yang terlihat terpaksa karena tak mau menunjukkan rasa sakitnya di hadapan anak-anaknya membuat Arthur semakin merasa bersalah karena terlalu lama dirinya pergi tak ada waktu untuk dihabiskan bersama sang mama tercinta.
"Oh, putra mama, akhirnya kau pulang." jawab Karina tersenyum lemah, memeluk tubuh putra bungsunya, tak lupa menepuk punggung putra kesayangannya itu.
"Maafkan Arthur ma." bisik Arthur lirih masih dalam pelukan sang mama merasa bersalah.
"Kenapa minta maaf? Kau kan menggantikan tugas papa. Dan mama tahu, semua itu tidak mudah." hibur Karina terdengar lemah.
"Biarkan mamamu duduk, mamamu bisa kecapean!" potong Derian membuat pelukan keduanya lepas.
Karina hanya tersenyum, berjalan ke arah sofa ruang keluarga yang juga diikuti oleh suaminya duduk di sisinya memeluk posesif. Derian melotot saat Arthur ikut duduk di sebelah Karina di sisinya yang lain.
Tapi Arthur terlihat cuek dan masa bodoh atas pelototan mata Derian dan tak beranjak pergi ke sofa lain. Membuat Karina mengusap punggung tangan suaminya dengan lembut.
"Aku masih ingin berdekatan dengan putraku juga." ucap Karina menatap suaminya lembut.
Derian hanya berdecak tak terima. Anak-anak lainnya hanya menggelengkan kepalanya pertanda tak percaya kalau sang papa merasa cemburu dengan putranya sendiri.
"Sayang..." rengek Karina menunjukkan tatapan puppy eyes nya.
"Apa sih yang bukan untukmu sayang." ucap Derian sambil mengecup sekilas bibir istrinya membuat Karina tersenyum bahagia.
Anak-anak dan menantunya hanya melongo tak percaya sekali lagi melihat sendiri langsung kebucinan seorang Derian pemilik perusahaan yang terkenal tidak hanya di dalam negeri bahkan sampai ke luar negeri.
"Malu dengan anak-anak sayang." bisik Karina lirih karena merasa tak bertenaga.
"Apakah kemesraan ini akan terus berlanjut?" sela Putri yang menatap jengah kedua orang tuanya, karena dirinya lah yang lebih sering melihatnya saat di mansion mereka dulu.
Semuanya tertawa bahagia, hingga Karina terbatuk tersedak dan tak sengaja menutup mulutnya dengan tangannya. Dan Karina merasa panik meski segera dikendalikannya karena merasakan basah pada telapak tangannya yang tak mau melihatnya karena tak mau membuat cemas anak-anaknya.
"Sayang, hati-hati." Karina hanya mengangguk, kembali menatap anak-anaknya yang duduk di sofa hadapannya.
"Terima kasih kalian sudah bersedia mengunjungi mama. Pasti sangat merepotkan sekali untuk kalian. Karena kalian harus meninggalkan pekerjaan penting kalian." ucap Karina terdengar lemah namun masih terdengar oleh semuanya.
"Apa yang mama katakan? Kami senang bersama mama." sahut Arthur yang duduk di sisi Karina sambil meletakkan kepalanya di bahu sang mama.
Karina mengusap lembut rambut putra bungsunya itu gemas. Perlahan mata Karina tertutup dan akhirnya pingsan. Semuanya kalang kabut kebingungan, berteriak histeris melihat Karina tiba-tiba pingsan, padahal dirinya hanya duduk.
Hingga Arthur melihat telapak tangan Karina terlihat darah merah kental yang hampir mengering. Teriakkan sang papa yang menyayat hati membuatnya berteriak untuk memanggil dokter pribadi yang menangani kesehatan Karina.
"Sayang, buka matamu! Kau berjanji kita akan bersama sampai mati, jangan tinggalkan aku!" lirih Derian menangis sedih.
Air mata terus mengalir di pipinya membopong istrinya ke kamar. Angel menghubungi dokter, Al dan Aksa menjaga anak-anak. Dion menenangkan istrinya yang menangis histeris melihat keadaan mamanya. Arthur dan Putri yang terlihat sehat mengikuti langkah sang papa ke kamarnya.
Tak sampai setengah jam, dokter datang memeriksa keadaan Karina dengan teliti yang terbaring lemah tak berdaya. Setelah pemeriksaan, dokter menghela nafas berat mendekati Derian yang sudah menunggu dengan cemas kabar istri yang sangat dicintainya itu.
Derian dan dokter saling menatap seolah sedang saling bicara melalui tatapan matanya. Dokter menggeleng pertanda keadaan Karina tidak baik-baik saja.
"Sudah dokter." perawat yang dibawa dokter itu sudah selesai memasangkan infus pada Karina.
"Kita perlu bicara." ucap dokter itu.
"Ada apa dengan mama?" seru Arthur tak terima melihat dokter bisik-bisik dengan dokter, seolah ada yang disembunyikan oleh kedua orang itu yang dirinya tak tahu.
Keduanya menatap wajah Arthur yang terlihat cemas. Dokter kembali menatap Derian yang dijawab dengan anggukan kepala.
"Nyonya Karina, mungkin hanya tinggal beberapa bulan lagi untuk bertahan." putusan dokter membuat Arthur shock dan terkejut.
Dirinya langsung terduduk lemas di lantai mendengar vonis dokter itu.
TBC
.
.
.
Maafkan typo
Beri dukungannya
Beri like, rate dan vote nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
DuckyYena
aku gak sanggup thor Karina meninggal dunia 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-02-27
2