Salasika Arabella

"Maaf, Kak, saya nggak bisa jual pil KB ke sembarang orang. Apalagi Kakak masih usia sekolah," papar seorang Bidan berhijab putih pada seorang anak remaja yang masih mengenakan rok abu.

"Saya beli buat ibu saya kok, Mbak," sahut gadis remaja itu.

"Kalau memang beli buat ibunya, sini perlihatkan kartu berobatnya." Sang Bidan menengadahkan tangan kanannya pada sang gadis. Membuat gadis itu terdiam tak dapat menjawab.

"Ya udah, deh kalau nggak mau jual. Saya bisa membelinya di toko obat," ujar gadis itu memberengut kesal seraya berlalu.

Sang Bidan yang bernama Salasika Arabella mendesah pelan. Miris sekali dengan kelakuan gadis tersebut. Ara, begitu sang Bidan biasa disapa, beranjak dari duduknya lalu berjalan ke arah pintu keluar. Memperhatikan gadis tadi yang kini sedang naik ke atas sebuah motor Ninja. Rok selututnya naik hingga memamerkan paha mulus gadis itu.

"Astagfirullah," gumam Ara seraya mengusap wajahnya. Bukan sekali dua kali dirinya mendapati anak remaja yang ingin membeli pil KB. Jenis obat penunda kehamilan itu tentu hanya boleh dikonsumsi oleh wanita bersuami. Bukan anak gadis.

"Ada yang mau beli pil KB lagi, Ra?" tiba-tiba sebuah suara dari arah samping mengagetkan Ara.

"Ligaaaar, kebiasaan deh. Kalau ngomong kasih kode dulu dong," protes Ara.

"Maaf, abis kamu bengong aja, sih," sahut Ligar seraya terkekeh. Dibalas Ara dengan mencubit kedua pipi Ligar.

"Sakit, Ara ...." Ligar mengusap pipinya yang terasa panas.

"Biarin, siapa suruh bikin aku kaget," sanggah Ara menjulurkan lidahnya.

"Udah, deh sana pulang. Kamu 'kan hari ini mau dikhitbah seseorang," ucap Ligar mengingatkan Ara pada kenyataan yang membuatnya pilu itu.

"Kamu nggak apa-apa nih aku pulang sekarang?" tanya Ara merasa tak enak karena sebetulnya jam kerjanya masih ada 30 menit lagi.

"Nggak apa, lagian jam kerja kamu juga dikit lagi abis," jawab Ligar membuat Ara tersenyum senang.

Ara segera kembali ke mejanya. Memasukkan ponsel, pulpen serta buku kecil ke dalam tasnya. Dia menimang sesaat khawatir ada barang yang tertinggal. Namun, tak lama bibirnya tertarik ke atas saat seluruh barang yang diabsennya sudah ada di dalam tas kecilnya.

"Bener nih nggak apa-apa aku duluan?" selidik Ara menyelisik ke wajah Ligar.

"Nggak apa, Raaaa!" seru Ligar sedikit meninggikan intonasi suaranya membuat Ara mengusap telinganya.

"Nggak usah teriak juga atuhlah," protes Ara.

"Habisnya kamu bawel," balas Ligar tersenyum jahil.

"Ya udah, aku duluan yaa."

"Eeh, Ra ...," cegah Ligar.

Ara yang baru beberapa langkah bergerak sontak membalikan badan seraya memiringkan kepala menunggu Ligar bicara.

"Kasih satulah kakak kamu buat aku, atau adik kamu juga boleh."

"Kalau mereka mau, semuanya juga boleh buat kamu, Ligaaaar!" seru Ara merasa kesal sebab tidak penting sekali apa yang dikatakan temannya itu.

"Nah itu yang berat," sahut Ligar seraya terkekeh.

"Udah ah, aku pulang, ya."

Namun saat Ara hendak kembali melangkah, lagi-lagi panggilan Ligar menahannya. Kali ini Ara hanya menghentikan langkah tanpa berbalik ke arah Ligar. Menunggu Ligar bicara.

"Salam ya, Ra, buat Babang Sakaf. Kamu beruntung punya calon suami sesempurna itu."

Ara tersenyum kecut mendengar ucapan Ligar. Haruskah merasa beruntung? apakah pernikahan karena perjodohan akan saling melengkapi?

Ara menghela nafas dalam seraya mengusap dadanya. Ada sesak yang memupuk di sana. Ingin berontak, tapi apa daya. Ara tak ingin membuat kedua orang tua angkatnya kecewa. Sebagai anak yang dibesarkan penuh kasih sayang oleh mereka. Ara hanya ingin berbakti. Dan, mungkin menerima perjodohan ini adalah bentuk baktinya yang nyata.

"Ra, kok malah diem?"

"Oke, nanti aku salamin. Aku bilang ada bidan cantik yang titip salam, siapa tahu Kak Sakaf punya temen cowok yang masih single. Gitu, 'kan maksudnya?" Ara bicara tanpa menoleh pada Ligar. Ada tumpukan cair bening kristal di kedua pelupuk matanya. Ara tak ingin Ligar melihat kesedihannya.

"Pinter kamu, Ra. Pantesan dipilih Kak Sakaf."

Ara tak menjawab, ia melambaikan tangan seraya beranjak tanpa menoleh kembali pada Ligar. Ara mendorong pintu kaca dan mulai mengedarkan pandangan. Warung bakso menjadi pemandangan pertama yang ia lihat saat keluar dari gedung klinik bersalin milik Bidan Army itu.

Baru dua bulan terakhir Ara bekerja di klinik tersebut. Letaknya yang tak jauh dari kediaman orang tua angkatnya menjadi alasan Ara tetap nyaman bekerja walau tak mendapatkan gaji besar.

Ara melangkah perlahan menyusuri pinggiran jalan aspal yang mulai rusak sana sini. Pandangannya lurus ke depan, tak tahu bila ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Pria yang lebih tinggi darinya, walau masih mengenkan seragam SMA itu mempercepat langkah agar dapat menyusul Ara.

"Teteh ....!"

Reflek Ara menghentikan langkah saat suara seseorang yang begitu familiar di telinganya. Ara berbalik dan mendapati adiknya sudah berdiri di sampingnya.

"Kamu ngapain, dek?" tanya Ara keheranan.

"Aku cuma mau mastiin kalau Teteh beneran mau dijodohin sama kak Sakaf?" selidik adiknya itu.

"Atar, udah berapa kali aku bilang, aku nggak mau ngomongin ini."

"Teteh nggak mikirin perasaan Abang?" tuding adik lelakinya yang bernama Atar itu.

Ara menghela nafas, sesak. Kisah cintanya bersama Akhza kakaknya, memanglah rumit. 'Tak pernah mendapatkan titik terang. Bagaimana tidak, anak sulung orang tuanya itu jatuh cinta sejak lama padanya. Namun, hal tersebut ditentang oleh seluruh keluarga besar orang tua angkatnya.

"Aku harus gimana, Dek?" tanya Ara putus asa.

"Teteh bujuk bunda dan ayah, dong," saran Atar.

"Sambil jalan aja, yuk!" ajak Ara seraya mulai melangkah kembali. Akhza berjalan di sisinya, keduanya melangkah seirama.

"Aku bantu ngomong, ya ke bunda?" Atar meminta pendapat Ara.

"Jangan, dek. Udah telat juga," tolak Ara tersenyum kecut.

Percuma bila protes saat ini. Semua sudah terancang sempurna. Malam ini, ba'da isya keluarga Sakaf yang tak lain adalah putra dari sahabat Ayah angkatnya akan datang melamar secara resmi.

"Atau Teteh mau kabur aja?"

"Jangan aneh-aneh, dek. Aku nggak mau bikin ayah sama bunda kecewa."

Atar kehabisan kata, dia hanya memandang sedih kakaknya itu. Bagi Atar, Ara adalah kakak terbaiknya. Meski tak dilahirkan dari rahim yang sama, tapi dia sangat menyayangi Ara.

Keduanya sudah tiba di depan kafe milik orang tua mereka. Sudah terparkir dengan rapi sedan hitam yang sudah sangat Ara dan Atar kenali siapa pemiliknya.

"Abang udah pulang, Teh?"

"Iya kayaknya, Dek."

Ara dan Atar bergegas masuk menuju rumah lewat jalan pinggir di sebelah kafe. Keadaan kafe yang ramai sore itu menjadi pemandangan indah bagi Ara. Terselip syukur dalam hatinya karena usaha orang tuanya semakin hari semakin sukses.

Patah-patah langkah Ara dan Atar saat akan memasuki pintu utama yang tak tertutup. Dari dalam sudah terdengar suara obrolan serta gelak tawa yang bersahutan.

Ara dan Atar kenal betul dengan suara-suara itu. Keduanya saling berpandangan dan tersenyum bahagia. Jelas, sudah lama rasanya tak berjumpa dengan kedua saudara kembar mereka yang memiliki sikap bertolak belakang.

"Assalamu'allaikum ...." kompak keduanya mengucap salam.

Bumi, sang Bunda adalah yang paling sumringah menyambut keduanya.

"Eh, kok bisa barengan gini?" tanya Bumi yang tangannya sedang dicium oleh Atar dan Ara bergantian.

"Nggak sengaja ketemu di jalan tadi, Bun," jawab Ara. Ia beralih menyalami Akash, ayahnya yang meski sudah berusia lanjut namun, tetap terlihat gagah.

"Telat lima belas menit nih kamu, ngapain dulu?" tanya Akash. Dirinya memang sangat ketat menjaga Ara.

"Tadi ngobrol bentar sama adek, Yah." Atar menyahuti kekhawatiran ayahnya.

Kini pandangan Ara beralih pada kedua kakaknya. Ada Akhza dan Aro yang juga sedang memandangnya. Keduanya duduk bersisian. Dilihat sekilas memang sangat mirip meski dengan dandanan dan gaya pakaian yang berbeda.

.

.

Terpopuler

Comments

Ibrahim Adjie Prawira

Ibrahim Adjie Prawira

ara itu sebenarnya suka sama siapa ya 🤔

2024-08-05

0

Kasacans 5924

Kasacans 5924

waduh

2024-06-03

0

Sapta Rini

Sapta Rini

dr kiblat cinta bumi langsung melipir kesini.....😍😍😍

2021-10-18

0

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Kesalahan Saya
3 Salasika Arabella
4 Rasa Apa?
5 Barisan Pemuja
6 Bagaimana Bisa Bergandengan?
7 Hitam Seperti Malam
8 Senandung Lirih
9 Calon Suami
10 Aro Vs Ara
11 Bayik Gorila
12 Telepon
13 Lidah Sunda
14 Ada Apa dengan Aro?
15 Terima Kasih, Pil
16 Sehangat Tatapanmu
17 Salah Peluk, Sengaja Salah?
18 Mana Upil?
19 Membenci sekaligus Mendamba
20 Abang kenapa, Bang
21 Gelisah
22 Langit Malam
23 Manusia Super Jahil
24 Niat Jahat Aro
25 Bila Rasaku ini Rasamu
26 Tiada Arti
27 Mami Vanya
28 Ara yang Lelah
29 Sekeping Hati
30 Gara-gara Pukis
31 Curang untuk Menang
32 Selalu Masuk Perangkap
33 Aro dan Lidahnya
34 Nanti Jadi Gemesin
35 Pesonamu Melangut
36 Bagaikan Langit
37 Sinyal
38 Kunci Kamar
39 Seribu langkah
40 Aku dan Kamu
41 Jauhi si Candu
42 Bukan Kaleng-kaleng
43 Mantan
44 Peluruh Resah
45 Kenapa Sesakit Ini?
46 Percayalah
47 Pesona
48 My Adore
49 Jangan Lupa Salat, Mas
50 Assalamu'alaikum, Ra
51 Perisai Ara
52 Maaf yang Terlewat
53 Pertanyaan Bunda
54 I'll Never Felt this Way Before
55 Kucing dan Tikus
56 Aku Sayang Kamu, Ra ....
57 Siapa yang Salah?
58 Kamu Kemana, Mas?
59 About Cilok Kacang
60 Pengakuan
61 Sisi Lain Aro
62 Tentang Cinta
63 Love is Blind
64 Aku Bisa Apa?
65 Aku, Mau
66 Akhza yang Ikhlas
67 Mengejutkan
68 Menyambut Hari Penuh Rindu
69 Selamat Bertambah Usia
70 Rindu yang Meluap
71 Mahija Aro yang Buruk?
72 Anugerah Terindah itu, Ara
73 Rea, Ayu Ngapusi
74 Nightmare
75 Rindu yang Terhalang
76 Sajadah
77 Jungkir Balik Dunia Abang
78 Jungkir Balik Dunia Abang 2
79 Jungkir Balik Dunia Abang (end)
80 Setelah Sekian Lama, Mari Bertemu
81 Mana Bisa Aku Marah
82 Siapa Ayahku?
83 "Kamu Cantik, Ra"
84 Hari Kita
85 Masih Hari Kita
86 Pesona Pendekar Api
87 Berhak Hidup Lebih Baik
88 Ayah dan Mami Ara
89 "Senjata Makan Tuan, Ra"
90 Ekanta Bimala (1)
91 "Mohon dimudahkan ya, Rabb"
92 Allah Maha Baik
93 Ekanta Bimala 2 (End)
94 "Terima Kasih, Ara ...."
95 Hari-hari Penuh Drama
96 Telapak Tangan, Abang
97 Si Pemaksa
98 About Alka Handaru
99 Misi-misi Kisi-kisi
100 Aku yang Memilihmu
101 Coming Soon Mahika ....
102 Selalu Mengukir Kenangan
103 Mahika Briana Samadya "Dy"
104 Pusat Cinta Keluarga
105 Hika atau Dya
106 Hari Hika
107 Sebab Bahagiamu, Bahagia Kami
108 Hari Berganti Hari
109 Berkunjung ke Rumah Nenek
110 Hari Terus Berlanjut
111 Hari-hari penuh warna
112 Mimpi Terindah
113 Muhamad Tsabit Qodami
114 Karya Baru
115 Karya Baru
116 Novel abang
117 Promo Novel Attar-Orin-Bintang
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Perkenalan
2
Kesalahan Saya
3
Salasika Arabella
4
Rasa Apa?
5
Barisan Pemuja
6
Bagaimana Bisa Bergandengan?
7
Hitam Seperti Malam
8
Senandung Lirih
9
Calon Suami
10
Aro Vs Ara
11
Bayik Gorila
12
Telepon
13
Lidah Sunda
14
Ada Apa dengan Aro?
15
Terima Kasih, Pil
16
Sehangat Tatapanmu
17
Salah Peluk, Sengaja Salah?
18
Mana Upil?
19
Membenci sekaligus Mendamba
20
Abang kenapa, Bang
21
Gelisah
22
Langit Malam
23
Manusia Super Jahil
24
Niat Jahat Aro
25
Bila Rasaku ini Rasamu
26
Tiada Arti
27
Mami Vanya
28
Ara yang Lelah
29
Sekeping Hati
30
Gara-gara Pukis
31
Curang untuk Menang
32
Selalu Masuk Perangkap
33
Aro dan Lidahnya
34
Nanti Jadi Gemesin
35
Pesonamu Melangut
36
Bagaikan Langit
37
Sinyal
38
Kunci Kamar
39
Seribu langkah
40
Aku dan Kamu
41
Jauhi si Candu
42
Bukan Kaleng-kaleng
43
Mantan
44
Peluruh Resah
45
Kenapa Sesakit Ini?
46
Percayalah
47
Pesona
48
My Adore
49
Jangan Lupa Salat, Mas
50
Assalamu'alaikum, Ra
51
Perisai Ara
52
Maaf yang Terlewat
53
Pertanyaan Bunda
54
I'll Never Felt this Way Before
55
Kucing dan Tikus
56
Aku Sayang Kamu, Ra ....
57
Siapa yang Salah?
58
Kamu Kemana, Mas?
59
About Cilok Kacang
60
Pengakuan
61
Sisi Lain Aro
62
Tentang Cinta
63
Love is Blind
64
Aku Bisa Apa?
65
Aku, Mau
66
Akhza yang Ikhlas
67
Mengejutkan
68
Menyambut Hari Penuh Rindu
69
Selamat Bertambah Usia
70
Rindu yang Meluap
71
Mahija Aro yang Buruk?
72
Anugerah Terindah itu, Ara
73
Rea, Ayu Ngapusi
74
Nightmare
75
Rindu yang Terhalang
76
Sajadah
77
Jungkir Balik Dunia Abang
78
Jungkir Balik Dunia Abang 2
79
Jungkir Balik Dunia Abang (end)
80
Setelah Sekian Lama, Mari Bertemu
81
Mana Bisa Aku Marah
82
Siapa Ayahku?
83
"Kamu Cantik, Ra"
84
Hari Kita
85
Masih Hari Kita
86
Pesona Pendekar Api
87
Berhak Hidup Lebih Baik
88
Ayah dan Mami Ara
89
"Senjata Makan Tuan, Ra"
90
Ekanta Bimala (1)
91
"Mohon dimudahkan ya, Rabb"
92
Allah Maha Baik
93
Ekanta Bimala 2 (End)
94
"Terima Kasih, Ara ...."
95
Hari-hari Penuh Drama
96
Telapak Tangan, Abang
97
Si Pemaksa
98
About Alka Handaru
99
Misi-misi Kisi-kisi
100
Aku yang Memilihmu
101
Coming Soon Mahika ....
102
Selalu Mengukir Kenangan
103
Mahika Briana Samadya "Dy"
104
Pusat Cinta Keluarga
105
Hika atau Dya
106
Hari Hika
107
Sebab Bahagiamu, Bahagia Kami
108
Hari Berganti Hari
109
Berkunjung ke Rumah Nenek
110
Hari Terus Berlanjut
111
Hari-hari penuh warna
112
Mimpi Terindah
113
Muhamad Tsabit Qodami
114
Karya Baru
115
Karya Baru
116
Novel abang
117
Promo Novel Attar-Orin-Bintang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!