Sang Presiden Direktur, Leonard

Ada perasaan sedikit tidak tega. Ketika mendapati air wajah sedih yang di tunjukkan oleh gadis di hadapannya. Namun mau bagaimana lagi?

Dia memang harus pergi, demi menghadiri sebuah meeting penting pagi ini.

"Maaf ya... Saya benar-benar harus pergi bekerja. Karena sekarang, saya sudah memiliki tanggung jawab baru. Saya harus menafkahi mu juga, 'kan?"

Entah dari mana kata-kata ini bisa ku ucapkan dengan lancar. Tidak peduli... setidaknya aku bisa cepat pergi tanpa memberi banyak penjelasan. (Tara)

Gadis itu sedikit tersentuh, manakala mendengar kata nafkah dari mulutnya.

"Mas Tara bersedia menafkahi ku, juga?"

"Tentu, itu kewajiban seorang suami, 'kan?"

Kinar tersenyum, menanggapi jawabannya. Benar-benar Dia pria yang baik, bahkan sudi bertanggungjawab memberinya nafkah juga. Padahal jika dia kabur pun, itu haknya.

Tapi tidak, aku tidak mau Dia pergi meninggalkanku. (Kinar)

"Sebentar ya, saya ada sesuatu."

Tara membuka dompet yang ia pegang. Niat hati mau memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu. Namun ekspetasi memang terkadang tak sesuai realita.

Baru kali ini di dompetnya tidak ada cash.

Jelas saja, karena selama ini Dia memang agak jarang bertransaksi dengan uang, lebih sering menggunakan kartu debit.

Sial, di saat seperti ini aku tidak punya uang Cash?

Tara membatin. Sebab di dalam dompetnya hanya ada uang tiga puluh lima ribu.

Sisa kembalian pizza yang ia beli kemarin.

Mengangkatnya tinggi-tinggi dengan ekspresi wajah pias.

Kinara yang melihat langsung ekspresi Tara, sedikit terkekeh... baginya itu lucu.

"Kinar, maaf ya. Rupanya di dompet Saya tidak ada uang. Nanti deh, saya akan mentransfernya. Bagaimana?

"Hehe mas ini bicara apa sih, aku masih ada uang kok. Tidak usah merasa bingung seperti itu."

"Tidak-tidak... Saya harus menyerahkan uang ini pada mu. Maaf ya... nanti pasti akan saya transfer kok, pasti! Catat ya nomor rekeningnya." Ia menyerahkan uang tiga puluh lima ribu itu pada Kinar.

Merasa tersentuh, saat menerima uang pemberian Tara. Walau receh...

"Mas, uang ini lebih baik di pakai mas Tara saja. Untuk sarapan mas Tara. Ini ambil." Kinara menyodorkannya lagi.

"Tidak...! Itu uangmu sekarang. Lagi pula, nanti pasti Saya dapat uang." Nyengir sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Jadi, sebaiknya Kau pegang saja ya. Maaf sekali lagi hanya receh... Saya beneran akan mentransfernya nanti. Ayo kasih tau nomor rekening mu–"

Kinara terkekeh. "Santai saja mas... beneran deh. Kinar masih ada uang kok."

"Tapi?" Dering ponsel yang berada di sakunya, membuat kata-kata Tara terputus.

Duh... ini pasti Ivan. Dia sudah menelfon ku terus.

Kembali fokus pada Kinara. "Sugguh, saya benar-benar minta maaf sekali Kinar. Saya harus berangkat pagi ini."

"Emmm... nanti mas, pulangnya?" Ragu-ragu bertanya. Membuat pria itu tersenyum.

"Nanti Saya pulang ke sini kok. Kamu tenang saja," jawaban itu cukup membuat gadis di hadapannya tersenyum lega. "Ya sudah... Saya jalan dulu, ya." Tara berpamitan pada Kinar dengan sedikit terburu-buru.

Bahkan tangan Kinara yang hendak meraih tangannya pun terabaikan, sehingga membuat dirinya sedikit sedih.

Dia menghela nafas sembari terus mengamati pria berbahu lebar itu, pergi semakin menjauh.

Masih menggunakan pakaian milik mendiang ayahnya. Celana besar sebatas lutut dan kaos oblong yang sedikit kecil karena terlihat sekali sangat pas melekat di tubuh Tara. Dari sana ia bisa melihat, gundukan otot di lengannya.

"Gagahnya pria itu, apa benar Dia masih sendiri? Mudah-mudahan saja..." gumam Kinara. Dia kembali menoleh ke arah uang di tangannya, tersenyum sejenak. "Nafkah pertama ku dari mas Tara."

Merasa senang dengan uang receh itu. Kinara berjalan masuk, lalu menutup pintu rumahnya.

Dan seterusnya ia kembali beraktivitas seperti biasa dengan semangat yang berbeda pastinya.

***

Di sebuah rumah besar...

Mobil berjenis Avanza masuk ke pelataran yang sangat luas. Ivan yang dengan sigapnya membukakan pintu Tuan mudanya.

"Astaga, Tuan? Baju siapa yang anda pakai?" tanya Ivan.

"Tidak usah bertanya, ceritanya panjang. Aku harus bergegas mengganti pakaian ku." Tutur pria itu sembari melangkahkan kaki jenjangnya.

Dengan di ikuti pak Rudi sang kepala pelayan di rumah besar miliknya.

Beberapa pelayan yang di lewatinnya pun langsung membungkuk, memberi hormat kepada sang Presiden Direktur Leonard Dewantara.

Pria itu masih fokus menyusuri anak tangga berlapis karpet merah di atasnya. Sembari mendengarkan ocehan Ivan tentang meetingnya pagi ini.

Sampai di lantai teratas... Salah seorang pelayan membukakan dua daun pintu yang tinggi menjulang tepat sebelum Tara mendekati.

"Semua berkas yang perlu di bawa sudah siap, 'kan?" tanya Tara yang kini sudah berdiri di depan cermin besar dengan pak Rudy yang sudah siap membantu menyiapkan atribut kantor Tuannya.

"Sudah Tuan."

"Bagus, jadwal kita kemana saja?" duduk di sebuah kursi tunggal.

"Ada dua perusahaan yang ingin mengatur pertemuan dengan Anda. Terkait penawaran kerja sama proyek Mega bangunan yang akan mereka garap."

Tara mendengarkan, sembari menunjuk ke arah lemari sepatu. Tempat seorang pelayan pria berdiri lalu meraih yang di tunjuk tadi. Membawanya pada sang Tuan muda.

"Setelahnya Anda harus berkunjung mengikuti peresmian, tiga gedung apartemen dan kawasannya yang baru saja selesai di bangun Tuan."

Tersenyum senang. Ia lega karena proyeknya rampung tepat waktu.

"Lalu di malam harinya?"

"Cukup. Malam ini Saya ingin kau kosongkan jadwal."

"Eh... bagaimana maksudnya, Tuan?"

"Saya ingin pulang kurang dari jam tujuh malam." Sudah memakai jasnya, beliau pun beranjak dari posisi duduknya tadi.

"Tapi Tuan. Pertemuan kolega malam ini sangat penting," jawab Ivan dengan sangat hati-hati.

Tara menoleh. "Sepenting apa?"

"Karena beberapa petinggi perusahaan akan hadir. Kehadiran Anda sebagai petinggi Dewantara group akan sangat di nanti-nanti mereka."

Mendengus, "baiklah, tapi bisakah kau pastikan? sebelum pukul sembilan malam Saya harus sudah pulang."

"Itu?"

"Bisa tidak?"

"Akan saya usahakan, Tuan."

Leon tersenyum. "Bagus. Ayo kita berangkat dan rampungkan pekerjaan hari ini." Pria itu berjalan keluar dengan semangat.

Ivan sempatkan untuk melirik pak Rudy yang tengah mengangkat kedua bahunya pertanda ia tidak mengerti.

Dengan perasaan masih di kelilingi rasa kebingungan. Ivan tetap bergegas menyusul Tuannya.

Di dalam mobil, Ivan sesekali melirik ke arah spion tengah. Mengamati tingkah aneh Tuannya, setelah semalaman tidak pulang.

Sebab, Pria berwibawa itu jadi lebih ceria dari biasanya. Teringin Dia bertanya. namun rasa segan membuatnya urung untuk membuka suara.

Ivan memilih untuk diam saja dan fokus menyetir.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Memyr 67

Memyr 67

𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗺𝗮𝗸𝗶𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗮𝗿𝗶𝗸.

2024-01-02

0

Thirza Adja

Thirza Adja

🙂🙂🙂🙂

2023-09-19

0

Made Yogi

Made Yogi

bagus alurnya

2023-09-09

0

lihat semua
Episodes
1 pria asing
2 mendadak menikah
3 hari yang baru
4 Sang Presiden Direktur, Leonard
5 saudara laki-laki songong
6 Tuan baik hati
7 ngopi bersama di teras
8 plakor dadakan
9 sarapan pagi bersama
10 kegundahan hati mas Tar
11 masalah di kantor
12 mengagumi bos Dewantara
13 bukan kriteria mas Tara
14 jalan-jalan part 1
15 jalan-jalan part 2
16 jalan-jalan part 3
17 siapa gadis itu?
18 kau bukan milik ku
19 yang terjadi sebenarnya
20 Gara-gara tidur di sebelah mas Tara
21 pinjam uang
22 getaran di hati
23 cinta dalam hati
24 hari yang cerah
25 Viona
26 perbincangan Kinar Dan Viona.
27 Suami ku bukanlah Leonard.
28 rahasia yang masih aman.
29 cinta yang sempat tertuda
30 mentari di langit yang mendung
31 mencari komik.
32 cinta semanis Durian.
33 lamunan Cinta
34 izin tidak pulang.
35 sertifikat yang di jual
36 kabar dari Ivan
37 kedatangan Tuan Bhaskara.
38 surat untuk istri ku
39 mas Ezra si pelanggan kopi
40 aku bukan janda bodong.
41 permainan di belakang mereka.
42 bertemu wanita aneh.
43 teman baru.
44 perbincangan antar dua laki-laki
45 rasa yang sama
46 dering cinta
47 mengunjungi kantor Dewantara
48 gadis baik hati
49 membuang permata yang kotor.
50 Fitnah yang kembali datang
51 puncak kekejaman mereka.
52 hukuman untuk para Durjana
53 hal yang tidak di inginkan
54 mengetahui jati diri sang suami
55 si bar-bar yang bertemu Mr. cold
56 kembali ke masa lalu
57 sambungan kisah di masa lalu (Ivan dan Dayu)
58 setelah lamunan panjang Dayu.
59 hukuman untuk sang Dalang
60 keputusan ayah Viona.
61 kehidupan baru Kinara
62 kedatangan Kinara ke rumah utama
63 datangnya Tuan Bhaskara
64 tamu tak di undang
65 kekhawatiran.
66 membuat Panna cotta
67 hasilnya
68 tugas lanjutan dari sang ayah mertua
69 cincin yang di wariskan
70 pria yang bersama Dayu
71 makan siang bersama Kak Dayu
72 sebuah janji
73 musuh dalam selimut di masa lalu
74 hari bahagia
75 gara-gara Insomnia.
76 (bukan) memancing keributan 1.
77 (bukan) Memancing keributan 2
78 gara-gara kuda
79 gara-gara kuda 2
80 akhir dari sebuah penantian panjang.
81 keanehan.
82 jangan pernah tinggalkan aku
83 akhir dari kisah cinta Kinar dan Mas Tara.
84 (bonus Ending) kau yang pernah hilang.
85 terimakasih
86 hanya promosi Novel baru
87 promosi karya baru
88 hanya Promosi novel baru
89 Bonus chapter 1
90 Bonus chapter 2
91 Bonus chapter 3
92 bonus chapter 4
93 bonus chapter 5
94 bonus chapter 6
95 bonus chapter 7
96 bonus chapter 8
97 Info Novel baru
Episodes

Updated 97 Episodes

1
pria asing
2
mendadak menikah
3
hari yang baru
4
Sang Presiden Direktur, Leonard
5
saudara laki-laki songong
6
Tuan baik hati
7
ngopi bersama di teras
8
plakor dadakan
9
sarapan pagi bersama
10
kegundahan hati mas Tar
11
masalah di kantor
12
mengagumi bos Dewantara
13
bukan kriteria mas Tara
14
jalan-jalan part 1
15
jalan-jalan part 2
16
jalan-jalan part 3
17
siapa gadis itu?
18
kau bukan milik ku
19
yang terjadi sebenarnya
20
Gara-gara tidur di sebelah mas Tara
21
pinjam uang
22
getaran di hati
23
cinta dalam hati
24
hari yang cerah
25
Viona
26
perbincangan Kinar Dan Viona.
27
Suami ku bukanlah Leonard.
28
rahasia yang masih aman.
29
cinta yang sempat tertuda
30
mentari di langit yang mendung
31
mencari komik.
32
cinta semanis Durian.
33
lamunan Cinta
34
izin tidak pulang.
35
sertifikat yang di jual
36
kabar dari Ivan
37
kedatangan Tuan Bhaskara.
38
surat untuk istri ku
39
mas Ezra si pelanggan kopi
40
aku bukan janda bodong.
41
permainan di belakang mereka.
42
bertemu wanita aneh.
43
teman baru.
44
perbincangan antar dua laki-laki
45
rasa yang sama
46
dering cinta
47
mengunjungi kantor Dewantara
48
gadis baik hati
49
membuang permata yang kotor.
50
Fitnah yang kembali datang
51
puncak kekejaman mereka.
52
hukuman untuk para Durjana
53
hal yang tidak di inginkan
54
mengetahui jati diri sang suami
55
si bar-bar yang bertemu Mr. cold
56
kembali ke masa lalu
57
sambungan kisah di masa lalu (Ivan dan Dayu)
58
setelah lamunan panjang Dayu.
59
hukuman untuk sang Dalang
60
keputusan ayah Viona.
61
kehidupan baru Kinara
62
kedatangan Kinara ke rumah utama
63
datangnya Tuan Bhaskara
64
tamu tak di undang
65
kekhawatiran.
66
membuat Panna cotta
67
hasilnya
68
tugas lanjutan dari sang ayah mertua
69
cincin yang di wariskan
70
pria yang bersama Dayu
71
makan siang bersama Kak Dayu
72
sebuah janji
73
musuh dalam selimut di masa lalu
74
hari bahagia
75
gara-gara Insomnia.
76
(bukan) memancing keributan 1.
77
(bukan) Memancing keributan 2
78
gara-gara kuda
79
gara-gara kuda 2
80
akhir dari sebuah penantian panjang.
81
keanehan.
82
jangan pernah tinggalkan aku
83
akhir dari kisah cinta Kinar dan Mas Tara.
84
(bonus Ending) kau yang pernah hilang.
85
terimakasih
86
hanya promosi Novel baru
87
promosi karya baru
88
hanya Promosi novel baru
89
Bonus chapter 1
90
Bonus chapter 2
91
Bonus chapter 3
92
bonus chapter 4
93
bonus chapter 5
94
bonus chapter 6
95
bonus chapter 7
96
bonus chapter 8
97
Info Novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!