“ Mas sebenernya kamu kerja apa sih? “ tanyaku pada mas galen yang sedang menyuap martabaknya
Sambil menunggu jawaban mas galen aku juga ikut mengambil martabak lagi, hufftt padahal pipiku udah kegedean karna kebanyakan makan, tapi liat mas galen makan kok kaya enak banget gitu jadi ikut ngambil lagi deh hehe.
“ Mas dagang sih nay, tapi ikut ngurus perusahaan keluarga juga. “ jawab mas galen
“ Brarti mas ngurusin dua perusahaan? “ tanyaku penasaran
“ Iya, tapi fokus mas tetep ke usaha sendiri sih, soalnya kalo perusahaan keluarga kan yang ngurus banyak tuh sepupu-sepupu mas. “
“ Oohhh gitu toh, mas punya usaha apaan? “ tanyaku lagi
“ Dagang nay. “ jawab mas galen tak acuh dan tetap fokus menikmati martabaknya sambil menonton TV
“ Ish! Dagang apaaa mas. “
“ Dagang mainan aja. “
“ Hahh mainan apa sih mas?!” tanyaku kesal
“ Mainan lah pokoknya. “ jawab mas galen ikutan kesal
“ Udah ah, tidur yuk udah malem nih, besok kuliah kan? “ lanjut mas galen membuatku tambah kesal dan memanyunkan bibirku.
“ Ngga usah manyun gitu, minta cium? “ tanya mas galen yang tangannya menyubit bibir manyunku
“ Nggak! Apaan sih, awas!. “ sewotku menyingkirkan tangan mas galen yang di balas tawa menggelegar darinya
Aku langsung berjalan menuju kamar dengan menghentak-hentakkan kaki ku, kesal rasanya dengan mas galen yang malah mengalihkan pembicaraan.
Oh iya, sekarang mas galen udah gampang ketawa tuh kaya tadi, apalagi kalo ngusilin aku behh kenceng banget ketawanya. Diem-diem mas galen termasuk orang yang usil juga.
Pernah suatu hari aku tanya kenapa dia bisa jadi usil banget begitu dan jawabannya adalah “ muka kamu kalo kesel lucu banget soalnya. “ alasan macam apa itu kan.
Walaupun sekarang aku makin sering jadi ladang kejahilan mas galen, aku coba ikhlas deh kalo mas galen akhirnya ketularan ke bar-baran ku, paling ngga mas galen jadi keliatan manusiawi gitu sering nunjukin ekspresinya selain muka datar nya itu.
Saat membuka pintu kamar aku masih mendengar suara cekikikan mas galen yang menyusulku di belakang.
Begitu masuk kamar aku langsung merebahkan tubuh ini di kasur, dan langsung memejamkan mata karna masih kesal dengan mas galen yang mempermainkanku.
Tak berapa lama aku merasakan pergerakan di kasur, dan tangan yang memelukku dengan perlahan, aku tetap diam memejamkan mata walau aslinya aku memang belum tidur.
“ Nay kalo mau tidur jangan memendam amarah. “ ujar mas galen lembut
Aku tidak menanggapi dan tetap diam
“ Iya deh, mas minta maaf ya. Jangan ngambek lagi dong “ lanjut mas galen mencubit pelan pipiku.
“ Huftt oke, tapi lain kali aku tanya-tanya ngga usah ngalihin pembicaraan ya mas. Dari pada aku jadi curigaan ke kamu gimana? “ jawabku
“ Iyaa iyaa... ngga lagi-lagi. “ sahut mas galen
“ Dah sekarang tidur udah larut malam nay. “ lanjut mas galen
Aku pun menuruti perintah mas galen, kembali memejamkan mata menuju alam mimpi.
***
Dalam tidur, sayup-sayup aku mendengar suara. Seperti suara telepon, tapi itu bukan dering ponselku, mungkin milik mas galen, jadi aku memilih kembali tidur.
Saat dering ponsel berhenti aku pikir karna sudah di angkat oleh mas galen tapi tak berselang lama terdengar dering yang sama lagi, artinya belum di angkat juga oleh mas galen.
Aku memutuskan bangkit dan mengambil ponsel mas galen yang masih berbunyi, terlihat nama Alex saat aku mengeceknya.
Karna telepon yang terus berbunyi aku pikir ada hal penting yang harus segera di sampaikan, jadi aku langsung bergerak membangunkan mas galen.
“ Mas, bangun dulu ini ada telepon dari tadi. “ ucapku seraya mengusap lengan atas mas galen
“ Hngg... “ jawab mas galen hanya bergumam
Aku yang gemas pun menaikkan volume suaraku saat membangunkan mas galen
“ Mas! Bangun dulu! Ini ada telepon masuk dari tadi tau!.” Seruku sambil mencubit lengan mas galen
“ Hemm.. kenapa nay? “ tanya mas galen dengan suara seraknya khas orang baru bangun tidur
“ Ini loh! Ada telepon masuk dari tadi. Angkat gih.” Ujarku menyerahkan ponsel mas galen ke tangan pemiliknya yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya.
Saat mas galen melihat nama si penelepon tiba-tiba langsung melek matanya dan bergegas menjawab panggilan tersebut.
Sayup-sayup aku mendengar si penelepon ngomong pake bahasa inggris yang tidak begitu jelas karna memang panggilan tersebut tidak di loudspeaker oleh mas galen.
Setelah mendengar perkataan si penelepon yang bernama alex itu aku bisa melihat wajah mas galen langsung kaku seperti menahan amarah, tangannya pun ikut mengepal.
Ada apa ya? Apa terjadi sesuatu? Masalah pekerjaan kah? Aku mencoba sabar menunggu mas galen selesai dengan teleponnya, walaupun udah gatel banget pengin nanya ada apa sebenarnya.
“ Ada apa sih mas? “ tanyaku ketika melihat mas galen meletakkan hp nya di nakas samping tempat tidur.
Bukannya menjawabku mas galen justru mengusap wajahnya dengan kasar kemudian memijat kepalanya.
“ Mas? “ aku mendekati mas galen dan menyentuh lengannya.
Mas galen menghela nafas panjang, seperti ada beban yang berat sekali yang harus di pikulnya.
“ Huffttt, ada masalah dengan cabang perusahaan mas yang ada di Amerika nay. “ jawab mas galen dengan lesu.
Ohhh ternyata masalah pekerjaan, kayaknya emang masalah yang serius sekali sampai mas galen saja terlihat begitu frustasi.
Aku diam tak menjawab dan hanya mengusap punggung mas galen untuk memberi dukungan.
“ Jam berapa sekarang nay? “ tanya mas galen setelah sekian menit kami hanya terdiam dengan pikiran masing-masing.
“ Masih jam tiga pagi mas. “ jawabku setelah melongok jam yang ada di dinding
“ Huuftt, shalat tahajud yuk nay. “
“ Ayok mas. “ jawabku menyambut ajakan mas galen
Setelahnya kami khusyuk melaksanakan shalat tahajud bersama.
Selesai shalat mas galen pamit pergi ke ruang kerjanya yang ada di lantai satu, aku yang ikut kepikiran jadi tidak bisa melanjutkan tidur lagi, akhirnya aku memutuskan ke dapur untuk membuatkan kopi untuk mas galen.
***
Saat sarapan hanya keheningan yang menyelimuti kami.
Aku sudah siap karna memang seminggu ini jadwalnya selalu berangkat kuliah pagi, mas galen juga sudah rapi dengan setelan kemeja dan celana bahannya.
“ Mas ke kampus hari ini? “ tanyaku memecah keheningan di antara kami
“ Enggak nay, mas bakal sibuk di kantor.”
“ Mungkin mas pulang larut, kamu ngga usah nungguin mas ya. “ lanjut mas galen
“ Huuftt, oke mas. Mas jangan lupa makan ya. “ pesanku pada mas galen
“ Iya. “ jawab mas galen kembali menyuap makanan
“ Mas yang sabar ya, semuanya pasti akan segera membaik. Semangatt! “ ujarku memegang punggung tangan mas galen yang ada di atas meja makan, dan memberinya senyum tulus.
“ Iya naya...” jawab mas galen dengan senyum tipisnya
Setelah selesai sarapan, aku dan mas galen segera berangkat ke tujuan masing-masing, mas galen ke kantor dan aku ke kampus.
Aku berdoa semoga apapun masalah yang sedang di hadapi mas galen akan segera selesai, dan semuanya kembali seperti semula.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Waaahh pasti MANTAN Tuh,Udah mulai nih komplik nya..
2024-10-28
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓴𝓲𝓻𝓪𝓲𝓷 𝓹𝓪𝓼 𝔂𝓰 𝓽𝓮𝓵𝓹𝓸𝓷 𝓽𝓮𝓷𝓰𝓪𝓱 𝓶𝓪𝓵𝓪𝓶 𝓲𝓽𝓾 𝓶𝓪𝓷𝓽𝓪𝓷𝓷𝔂𝓪 𝓖𝓪𝓵𝓮𝓷🤭🤭🤭🤭🤭
2022-10-03
0