...Apakah kamu sedang dirasuki oleh Dewa Romansa?...
...\=×\=×\=...
Bel istirahat telah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas dan berbondong-bondong menuju ke kantin. Begitu juga denganku. Aku berdiri dari bangku-ku dan hendak keluar. Akan tetapi, tiba-tiba seorang laki-laki menghadangku. Ya ... kalian semua pasti sudah tahu dia siapa.
“Ohayou, Ai-chan!" sapa Rey seraya memperlihatkan senyuman manisnya.
Mendadak, pipiku berubah menjadi merah merona. Aku menunduk agar Rey tidak melihatku.
“Hei, Ai! Ada apa?" tanya-nya dengan raut wajah khawatir.
Aku menarik napas dan berusaha untuk menghilangkan perasaan aneh ini. Kemudian, aku mengubah posisi kepalaku menjadi tegak lagi.
“A-aku tidak apa-apa kok hehe ...."
“Oh ... baiklah kalau begitu." Raut wajah Rey tampak berubah menjadi lega. Karena dia mengetahui bahwa aku baik-baik saja. Tiba-tiba saja, Rey mencondongkan badannya ke depan. Dia mendekatkan wajahnya kepada wajahku. "Hmm ... kamu lapar tidak?" dalih Rey bertanya kepadaku.
Hal itu membuat pipiku memerah lagi. Perasaan aneh itu kembali muncul di dalam hatiku. Sebenarnya ... apa yang terjadi kepadaku. Kenapa aku selalu menjadi salah tingkah saat di dekat Rey?
“Hei, Ai! Kenapa kamu malah melamun?" tegur Rey yang berhasil membuyarkan lamunanku.
“Eh tidak apa-apa kok." Lagi-lagi aku berbohong dengan menggunakan alasan yang sama.
"Oh ... jadi, kamu mau atau tidak?" tanyanya sekali lagi
“Ee ... itu ...." Aku masih ragu untuk menjawab tawaran Rey.
Namun, setelah melihat wajah Rey yang tampak begitu serius, aku pun mengangguk menyetujuinya. Kami berdua berjalan bersama menuju ke kantin layaknya sepasang kekasih.
Semua murid memusatkan perhatiaannya kepada kami berdua. Mendadak, aku merasa menjadi aktris terkenal. Meski begitu, sebenarnya aku merasa tidak nyaman. Aku tidak suka berada di tengah-tengah keramaian orang seperti ini. Karena menurutku, manusia adalah 'malaikat pencabut nyawa' bagiku.
“Ai, kamu mau makan apa?" tanya Rey.
“Aku sama sepertimu saja, Rey-kun," jawabku tanpa pikir panjang.
“Heeii ...! Tidak perlu memanggilku seperti itu, panggil saja aku Rey, ya?!" Rey memintaku untuk memanggilnya dengan menyebut nama langsung, tanpa harus diberi imbuhan '-kun'.
“Ba-baiklah ... R-Rey," tuturku ragu.
Rey meluruskan jari telunjuknya dan melakukan semacam menunjuk-nunjuk di dahiku, seraya berkata, "Nah ... aku lebih suka begitu."
Jelas hal itu membuat liver-ku bergejolak. Ahhh ... kenapa ini? Kenapa kalimat yang diucapkan olehnya tadi, sangat membekas di benakku? Rey, kau begitu mempesona bagiku.
Sementara itu, Rey melangkahkan kakinya menuju salah satu lapak kantin. Di atas lapak itu, terpampang jelas tulisan 'ramen' yang adalah makanan khas Jepang. Sepertinya, Rey ingin memesan ramen. Aku membututinya dari belakang.
“Bu, saya pesan ramennya dua, ya!" ujar Rey kepada wanita penjual ramen itu.
“Oh, baiklah, Nak." Wanita itu kemudian mengambil peralatan dapur seperti mangkuk dan sendok untuk menyiapkan ramennya.
Aku dan Rey mengobrol sambil menunggu pesanan ramen kami siap. Setelah cukup lama, akhirnya ramen yang ditunggu-tunggu telah tiba. Aroma khasnya sangat terasa. Rey dan aku membawa mangkuk ramen kita masing-masing.
Saat baru saja hendak melangkah, tiba-tiba saja Rey berhenti.
“Ada apa, Rey?" tanyaku heran.
“Ngg ... kita mau makan ramen ini dimana, ya?" Rey bingung harus duduk dimana agar bisa menyantap ramen ini dengan tenang.
Tatapanku menyisir suasana kantin yang sangat ramai akan murid. Ada yang makan bersama. Ada juga yang hanya sekedar mengobrol. Bahkan, ada beberapa kelompok murid sedang belajar bersama.
Hampir tidak ada ruang lagi. Namun, hampir bukan berarti tidak ada. Saat sedang menoleh ke arah kanan, aku menemukan sebuah meja makan yang kosong.
“Rey, disana ada meja makan yang kosong. Ayo kesana!" ajakku sambil menunjuk ke meja makan kosong tersebut.
Rey menengok ke arah yang ditunjuk oleh jariku. “Ah, iya .... kau benar. Kalau begitu tunggu apalagi, ayo!" Rey dan aku berjalan bersama menuju kesana.
Saat sampai disana, aku dan Rey dikejutkan dengan pemandangan meja yang sangat kotor. Merahnya kuah ramen tampak mewarnai meja berwarna hijau tua itu.
Akan tetapi, bukannya malah jijik, Rey malah mengambil tisu dan mulai mengelap mejanya. Hal itu membuatku kagum. Ternyata, Rey bukan hanya memiliki paras yang tampan. Namun, Rey juga suka kebersihan. Sungguh ... aku sangat terpesona denganmu.
Aku memandangi Rey dengan tatapan penuh akan kekaguman. Menyadari bahwa dirinya sedang dipandangi, Rey pun langsung bertindak.
“Jangan memandangiku seperti itu ... nanti kalau kamu suka padaku, bagaimana?" Rey melontarkan gombalan andalannya.
Sontak ucapan Rey ini membuatku terkejut. Aku tertegun dengan pipi yang kembali memerah. Hhhh ... sudah berapa kali pipiku berubah menjadi merah merona seperti ini.
Apakah Rey sedang dirasuki oleh Dewa Cinta? Sampai-sampai aku selalu hanyut ucapan manisnya. Aku memalingkan wajahku karena tersipu malu. Rey hanya tersenyum sambil meneruskan membersihkan meja.
“Nahh ... akhirnya selesai juga." Rey telah selesai membersihkan mejanya. “Ayo kita makan!" sambung Rey, mengajakku untuk makan ramennya.
“Itadakimasu!" Kami berdua mengucap salam sebelum makan.
Kemudian kami pun segera menyantap ramen yang sedari tadi sudah sangat menggoda indra perasa-ku. Aku mulai menyeruput mie ramennya.
“Woaaa ... sugoiii ...! Ramennya sangat enak ... aku benar-benar suka," pujiku untuk mengapresiasi ramen yang enak ini.
“Kamu benar ... ramen ini sangat enak .... Aku suka sekali ...!" sahut Rey yang juga mengatakan bahwa ramen ini enak.
Kami berdua kembali menikmati makanan yang sangat enak ini.
"Gochisousama!" ucap kami berdua, menandakan bahwa kami telah selesai makan.
“Makanannya benar-benar enak!" pujiku sekali lagi.
“Kamu benar ... eh tunggu sebentar!" Tiba-tiba Rey menatap wajahku dengan serius.
“Ke-kenapa, Rey?" tanyaku bingung.
Rey tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya mengambil tisu dan mengusap area di sekitar bibirku dengan lembut.
“Di bibirmu ada bekas ramen. Biarkan aku membersihkannya, ya!" Rey masih fokus membersihkan bibirku yang katanya ada bekas kuah ramen.
Aku hanya terdiam, membiarkan Rey membersihkan bibirku.
“Ok sudah," kata Rey sambil tersenyum.
“Arigatou!" Aku berterima kasih kepada Rey.
“Iya ... sama-sama." Rey tersenyum ramah.
Karena sudah selesai makan ramen—kami berdua pun memutuskan untuk kembali ke kelas. Lagipula, sebentar lagi jam istirahat akan berakhir.
“Bu, saya tadi makan dua ramen. Jadi, totalnya berapa?" Rey bertanya kepada wanita paruh baya penjual ramen.
“Satu ramen harganya 1000 yen, Nak." Ibu itu menjelaskan harga ramennya.
“Apa?! Se-seribu?!" Aku terkejut saat mengetahui bahwa ramen itu ternyata memiliki harga yang mahal. Ya ... bagiku 1000 yen adalah harga yang mahal. Uangku tidak cukup.
Rey merogoh sakunya dan mengambil dompetnya yang tampak sangat mengkilap dab berbahan dasar kulit. Rey lalu membuka dompetnya dan mengeluarkan uang kertas dengan nominal 2.000 yen.
“Ini, Bu!" Rey memberikan uang itu untuk membayar ramen yang telah kami santap tadi.
“Arigatou Gozaimazu!" Wanita penjual ramen itu menerima uang Rey.
“Rey ... aku minta maaf karena telah merepotkanmu," ucapku lirih.
“Kenapa kamu meminta maaf? Kan memang aku yang mengajakmu, jadi aku jugalah yang harus membayarnya," terang Rey yang ingin meyakinkanku.
“Ta-tapi—"
“Ssstt ... sudah jangan dipikirkan lagi! Ayo kembali ke kelas!" Rey menarik tanganku sambil berjalan menuju kelas.
Kami menjadi pusat perhatian bagi para murid lagi.
“Eh mereka sangat serasi, ya," puji seorang siswi berbisik-bisik.
“Iya ... bukankah laki-laki itu adalah murid baru di sini. Katanya dia ada di kelas 1-F." Siswi lainnya juga berbisik-bisik.
“Wah ... benarkah?! Ah sayang sekali aku tidak berada di kelas itu," sahut siswi lain.
“Hei, Reina! Lihatlah itu! Laki-laki yang tadi kau bicarakan, kini tengah bermesraan dengan gadis lain. Dan parahnya lagi ... dia adalah Ai si bocah ingusan itu!" ujar Shouko, salah satu anggota 'Black Blood'.
Black Blood adalah kelompok yang dianggotai oleh lima gadis yang selalu menindas, mengancam, dan menghakimi para siswa. Jika mereka ingin, maka mereka akan melakukannya. Tidak ada yang berani mendekati mereka.
“Hmm ... kita akan beri dia pelajaran!" Reina Miyamoto tersenyum sinis, tampaknya dia sedang merencanakan sesuatu yang buruk untukku.
...\=•\=•\=•\=...
Kira-kira apa yang akan terjadi kepada Ai? Lihat jawabannya di eps selanjutnya, ya!
Note : Maaf kalau ada perbedaan kebiasaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
X.in [iKON]
:3
2021-04-26
0
wolf blue
Gw berharap Reina ngak jahat, nama kesukaan gw hei, moga nanti tobat jadi pembully dan berteman baik sama Ai dan juga Rey. Btw novel nya bagus dan rapih, walau pas chap awal percakapan antara ibu nya agak kaku, dan waktu pas di supermarket beli susu untuk miku-adik nya.
Tapi dah bagus kok, hanya memperbaiki percakapan yang kaku aja.
Gw suka nih novel bersetting Jepang, menurut gw lebih bagus banyakin genre kek gini, udah cukup bosen ngeliat beranda isi nya solat China semua, bukan menghina para author author fantasi, dan tidak meremehkan, aku tau sulitnya membuat suatu cerita, dan hak seseorang untuk membuat novel ialah hak author nya sendiri. Jangan tersinggung ini hanya suatu pendapat yang ingin di sampaikan, dan ini kenyataan, bukti nya semakin banyak para penulis novel fantasi bersetting China hanya untuk mencapai target para pembaca, jujur memang genre semacam novel kayak gini jarang banget peminat, alasan karena mereka lebih suka genre yang sedang trend.
Untuk author nya semangat lanjut nulis sampai tamat, untuk Ai sama Rey semoga semakin deket, dan moga moga sad ending(penyuka kekejaman :v)
2021-04-23
0
Senja Cewen
Bagussss. Suka...
2021-04-10
0