Sinar matahari yang masuk dari celah gorden membangunkan seorang gadis yang masih berada diranjang dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. Sayup-sayup mata Khanza terbuka, lalu mengamati sekitar dan mengingat apa yang terjadi tadi malam. Melihat kedalam selimut membuatnya menutup mulutnya dan mengeluarkan air matanya kembali.
Tidak pernah terbayang olehnya, harta berharga yang selama ini dijaganya untuk suaminya kelak sudah direnggut dengan paksa. Tidak ada lagi yang tersisa selain tangis penyesalan.
‘Ceklek’ suara handel pintu dibuka dari luar, Antonio pun masuk dengan membawa pakaian ganti untuk Khanza.
“Sudah bangun," suara Antonio membuat Khanza terkejut dan memegang seerat-eratnya selimutnya.
“Jangan takut, saya tidak akan mengulanginya lagi,” ujar Antonio mendekat dan duduk diranjang.
“Hiks… Kenapa o-om lakuin ini sama aku?" tanya Khanza sambil terisak meratapi semua kejadian yang menimpanya ini.
“Maafkan saya, sungguh saya benar-benar tidak tahu kenapa bisa berbuat seperti ini sama kamu. Saya tidak sadar sama sekali dengan apa yang saya lakukan. Saya hanya mengingat tadi malam sangat mabuk berat."
“Tapi saya akan bertanggung jawab atas semua ini, saya akan menikahi kamu.”
Perkataan Antonio mendapatkan gelengan dari Khanza.
“Tidak om, aku tidak ingin membuat tante laura terhianti dan jadi perempuan jahat yang merebut suami orang.”
“Itu tidak akan pernah aku lakukan, mungkin lebih baik kita lupakan saja kejadian ini.” tegas Khanza menolaknya.
Mana mungkin Khanza bisa menyakiti hati seorang wanita, walaupun Rhea yang sebernarnya sangat ingin ia menjadi ibunya. Tetapi Khanza tetap tidak bisa, apalagi melihat Rhea yang sekarang mulai berbaikan dengan ibunya. Tambah membuatnya tidak bisa merusak kebahagian anak dan ibu tersebut.
Antonio paham dengan perkataan gadis didepannya ini yang merupakan sahabat baik putrinya, bener gadis ini sangatlah tulus dan sama sekali tidak ingin merusak rumah tangganya. Tetapi sebelum ia merusaknya, rumah tangga yang dijalani Antonio dengan Laura memang sudah rusak diawalnya.
“Tapi bagaimana jika kamu hamil?" tanya Antonio lagi.
Pertanyaan Antonio membuat raut wajah Khanza terkejut karena tidak berpikiran sampai kesana, resiko apa yang akan terjadi terhadapnya nantinya.
“Kita baru melakukannya sekali, kemungkinan aku hamil itu sangatlah kecil," jawab Khanza mencoba bersikap tenang.
“Saya mengerti Khanza, tapi kemungkinan itu bisa saja kan. Karna saya yakin, tidak mengeluarkannya hanya sekali saja tapi bahkan berkali-kali," sahut Antonio sambil menyibak gorden dalam kamarnya agar sinar matahari tambah masuk.
“Aku tetap tidak ingin menikah sama om, aku tetap yakin tidak akan hamil," kekeh Khanza.
“Tapi jika kamu hamil, biarkan saya menikahimu," putus Antonio membuat Khanza menggeleng tidak menerima keputusan itu.
“Aku bisa merawatnya sendiri, tanpa harus dinikahin.” kekeh Khanza tetap menolaknya.
Kalimat Khanza sungguh membuat Antonio geram dengan gadis keras kepala itu, mungkin dipikiran Khanza hamil tanpa suami itu tidaklah sulit. Pemikiran seperti itu sungguh lah salah, apakah sama sekali tidak memikirkan jika nanti orang-orang akan bertanya dimana suaminya. Mungkin pertanyaan itu masih bisa di jawab dengan alibi, tapi bagaimana nanti jika anaknya sudah lahir dan besar mengerti tentang ayah dan ibu. Pastilah anaknya bingung, kenapa dia hanya selalu bersama ibunya tidak dengan ayahnya. Anaknya pasti akan bertanya dimana ayahnya, kenapa tidak berada didekatnya dan ibunya. Entah jawaban apa yang harus Khanza berikan, tidak mungkin kan bisa membohongi anaknya terus menerus.
“Egois!" Antonio melangkah duduk kembali diranjang dan sekarang berhadapan dengan Khanza memegang bahunya.
“Tatap mata saya," Khanza menatap mata tajam Antonio.”Dengerin saya baik-baik, keputusan saya sudah bulat tidak bisa diganggu gugat. Saya tetap akan menikahi kamu hamil ataupun tidak," putusnya tidak terbantahkan.
“Engga aku-…”
“Mandilah, agar pikiran kamu lebih pres. Saya akan tunggu kamu dimeja makan, kita sarapan bersama," sela Antonio memotong kalimat Khanza, lalu berdiri ingin keluar dari kamar.
“Tunggu om aku mau bic-awhhh,” ringis Khanza ketika bangkit dan merasakan didaerah kewanitaanya terasa sakit.
“Kamu tidak pa-pa?" tanya Antonio memegang lengan Khanza.
Khanza menggeleng…
“Sudahlah kamu mandi saja dulu, nanti kita bicarakan ini lagi. Saya juga sudah mengisi bathtub dengan air hangat supaya bisa meringankan sakit dibagian itu kamu.” beritahu Antonio menunjukannya.
Membuat pipi Khanza seketika merah merona dan malu dengan perkataan Antonio.
‘Dasar om om mesum.’ dumel Khanza dalam hati, lalu dengan segera ia melangkah menuju kamar mandi dengan pelan-pelan.
“Apa sangat sakit, biar saya gendong saja kekamar mandinya," ujar Antonio ingin membantu.
“Engga usah, aku bisa sendiri om," tolak Khanza.
“Emm, baiklah. Kalau betigu saya tunggu dimeja makan. Oh, ya satu lagi, baju ganti kamu ada didalam paper bag itu.” setelah mengatakan itu Antonio pun keluar dari dalam kamar.
****
Bersambung. . .
Follow juga ya!!
Like, comennt, rate 5. jangan lupa gifts+vote nya.
Terimakasih💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Yuni MamaRizky
kyskny si. om dah mulai suka sm. kanzaa
2022-05-20
0
Jingga
ah kok langsung coblos Sih Gak Ada romtis"n dulu thour
2022-04-26
0
Meri Amrin
semudah itu kah
2022-01-30
0