Suara adzan subuh berkumandang membangunkan Khanza dari tidurnya, mengerjapkan matanya mengarahkan ke dinding yang mana jam tergantung. Melihat jam sudah menunjukkan pukul 04:16 waktunya sholat subuh.
Khanza bangkit dari bebaringnya, masuk ke kamar mandi membersihkan diri untuk melaksanakan sholat subuh. Selesai dengan mandinya segera memakai baju, baru mengenakan mukenanya.Setelah selesai sholat ada yang mengetuk pintunya.
Tok, Tok, Tok,
“Khanza buka pintunya,” teriak orang diluar.
Dengan cepat Khanza membuka pintu.
‘Cekleek’ terlihatlah ibu rima pemilik kontrakan, berdiri didepan pintu dengan wajah garang marahnya. Bu Rima pemilik kontrakan yang tidak mau menerima keterlambatan dalam pembayaran uang kontrakan bulanan. Dan Khanza sebenarnya tau bahwa belum membayarnya karena memang belum gajihan.
“Maaf bu lama, tadi saya habis sholat,” ucap Khanza.
“Saya kesini karena kamu belum bayar uang kontrakan bulan ini," beritahu Bu Rima dengan suara agak keras.
“Bu bisa saya minta waktu, soalnya saya belum gajihan.”
“Tidak!"
“Saya mohon bu beri saya waktu, sampe saya pulang dari kerjaan. Saya usahakan akan bayar,"
“Oke, saya beri kamu waktu sampe jam 9 malam. Kalau kamu tidak juga membayar silahkan pergi dari kontrakan saya,"
“Iya bu, terimakasih. Sudah memberi saya waktu."
Bu Rima langsung pergi tanpa mengucapkan iya ataupun salam. Bu Rima memang keterlaluan menagih uang kontrakan saja subuh-subuh, memangnya tidak bisa apa menunggu pagi.
Khanza hanya menghela nafas karena masih diberi waktu. Tapi ia masih berpikir dari mana bisa mendapatkan uang tujuh ratus ribu untuk membayar kontrakan. Uangnya cuman ada tiga ratus ribu dan itu hanya cukup untuk menjual kue dan kebutuhan makannya. Untunglah hari ini gajihan jadi ia bisa membayarnya.
Khanza bersiap memakai baju sekolahnya, hari sudah terang. Dan ia juga memutuskan untuk sarapan disekolah saja bersama dengan Rhea. Khanza melupakan sesuatu yaitu sepedanya masih berada dirumah Rhea. Karena malam tadi diantar oleh Antonio.
“Astaga, sepedaku kan masih ditempat Rhea,” Khanza menepuk jidatnya, terpaksa hari ini berjalan kaki menuju sekolah. Karena harus menghemat uangnya.
Lalu keluar membuka pintu, dan terkejut melihat sepedanya sudah berada di depan kontraknya.
“Siapa yang mengantarnya.” gumannya, akhirnya ia menaiki sepedanya dan mengayuh sampai kesekolahnya.
Sampailah ia didepan gerbang sekolah ‘XAVIARO’. Sekolah yang didalamnya diisi dengan siswa/i orang kaya semua makanya mereka selalu memandang ia rendah dan tidak selevel. Khanza bersyukur karena bisa sekolah disini, berkat beasiswa yang ia terima. Jadi ia tidak pusing memikirkan biaya sekolah lagi.
Khanza pernah memakirkan sepedanya dekat pohon karena disitu tempat agar tidak diganggu, pernah ia memakirkan sepedanya diparkiran motor, biar dekat. Tapi apa, sepedanya malah dipindahkan dan dia tidak tau, membuatnya hampir menangis tidak menemukan sepedanya. Ternyata sepedanya diparkirkan didekat pohon untunglah satpam sekolah memberitahunya.
Setelah memakirkannya, Khanza berjalan menyusuri lorong sekolah. Sepanjang berjalan semua siswa/i menatapnya dengan padangan jijik. Tidak memperdulikan sama sekali Khanza tetap berjalan menuju kelasnya. Ditengah jalan ada yang menghentikannya.
“Gadis miskin sudah datang guys…” seru Bella yang sudah dihadapan Khanza dengan bertepuk tangan.
“Enaknya kita apain bel?” sahut Maya.
“Gimana kalo kita ajak dia makan," ucapan polos dari Cicil membuat Khanza tersenyum dan itu membuat Bella dan Maya kesal karena kepolosan teman mereka.
“Cicil bisa ga sih lo serius,” ujar Bella.
“Bella yang cantik jelita, kapan sih Cicil yang lebih cantik ini ga serius,” sahut Cicil.
“Khanza!” seru Rhea dari jauh berjalan mendekati dimana Khanza berdiri dengan Bella dkk.
Khanza yang mendengar panggilan dari Rhea merasa terselamatkan dari Bella dkk.
“Haii Re,” sapa Bella.
“Nza, ayo ke kelas,” ajak Rhea tanpa memperdulikan sapaan dari Bella.
Rhea pun menggandeng tangan Khanza menuju kelas XII Ipa 1. Bella menggeram kesal dengan sikap Rhea. Perlu kalian tau Bella, Cicil, Maya. Mereka bertiga sangat tidak menyukai Khanza dan sering membully nya karena Khanza tidak selevel dan hanya gadis miskin yang harus mereka singkirkan seperti hama. Untunglah Khanza bukanlah gadis yang lemah. Satu lawan tiga, tetaplah ia kalah, dan hanya menangis setelah di bully habis-habisan oleh bella dkk.
“Nza tadi kenapa, kok bisa sama bella dkk. Kamu ga diapa-apainkan?" tanya Rhea. Ia sudah tau sifat Bella dkk yang sering membully Khanza.
“Ga kok Re,” jawab Khanza.
“Nza boleh ya.” Khanza sudah hafal dengan tabiat Rhea. Pasti lupa lagi mengerjakan tugasnya.
“Ni salin cepet, sebelum pak Beno masuk,” Khanza menyerahkan PR pada Rhea.
“Terimakasih mama Khanza.” ucap Rhea mencium tangan Khanza sebagai rasa terimakasihnya. Dan langsung menyalin tugasnya. Khanza mendengus, mendengar kalimat yang diucapkan oleh Rhea.
Tepat saat Rhea sudah selesai menyalin buku PR Khanza. Dari kaca terlihat pak Beno berjalan menuju kelas mereka, dengan membawa buku pelajaran matematika untuk mengajar.
“Pagi anak-anak!” sapa pak Beno kesemua muridnya.
“Pagi pak..." jawab serempak semua yang berada didalam kelas.
Pak Beno mulai mengajar, menjelaskan materi yang ada dibuku yang ia bawa. Semua siswa mulai memperhatikannya. Mereka semua tau pak Beno adalah guru killer yang tidak ada toleransi kalau siswa/I ketahuan bermain ponsel atau ngobrol langsung ia keluarkan dari kelasnya.
Tringg! Triingg!
Bel istirahat berbunyi, membuat semuanya didalam kelas merasa lega. Waktu yang ditunggu mereka semua telah tiba. Membebaskan mereka dari mata pelajaran yang sangat tidak disukai mereka. Berbanding terbalik dengan Khanza yang sangat menyukai matematika.
“Semuanya kumpulkan PR matematika, yang bapak kasih seminggu yang lalu. Dan Khanza tolong antarkan ke ruangan bapak.” ucap pak Beno sebelum keluar.
Mereka semua langsung mengumpulkan ke meja Khanza dengan ogah-ogahan. Karena sangat males, selalu Khanza dan Khanza. Itulah membuat mereka yang dikelas tidak menyukainya. Selain anak beasiswa Khanza termasuk kesayangan semua guru disekolah ‘XAVIARO’.
“Ayo. Nza aku temani.”
“Gausah Re kamu duluan aja ke kantin, nanti aku nyusul.”
“Benar ya, awas kalau kamu ga ada.” ancam Rhea. Khanza mengangguk.
Khanza segera menuju ke ruangan pak Beno untuk menaruh semua buku PR. Tapi ditengah jalan ada yang menabraknya.
Bruukkk…
Semua buka yang ia pegang jatuh kelantai dan berserakan. Sedangkan Khanza terduduk dilantai dan orang yang manbraknya berdiri menjulang tinggi didepannya.
“Ehh, sorry sorry... Gue gak sengaja,” ucap orang tersebut lalu berjongkok membantu Khanza berdiri dan memunguti buku-buku yang jatuh.
“Maaf ya gue gak sengaja."
Orang yang tidak sengaja menabrak bahunya pun berdiri dengan masih memegang semua buku.
“Iya ga pa-pa ko," ucap Khanza.
“Kenalin nama gue Leonard Mahendra," Leo mengulurkan tangannya kearah Khanza.
“Khanza," singkatnya membalas uluran tangan Leo.
“Oh iya ini bukunya," ucap Leo. Khanza ingin mengambil semuanya tapi dicegah Leo," Ambil setengah aja," lanjutnya.
“Kenapa begitu?" tanya Khanza yang bingung.
“Biar gue bantuin.”
“Tapi..."
“Gaada tapi-tapian," ucap Leo. Khanza hanya mengangguk dan mengambil setengah dari buku yang dipegang oleh Leo.
Sampai didepan ruang pak Beno, Khanza langsung menaruh buku PR tersebut. Lalu keluar menuju ke kantin menyusul Rhea. Rhea pasti akan mengomel karena ia lama. Tapi Khanza melupankan Leo yang mengikutinya dibelakang.
***
Bersambung. . .
Follow juga ya!!
Like, comennt, rate 5. jangan lupa gifts+vote nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Nuzlie🎭eiLzun
Ga logik panggilan mama pada rakan sebaya.. ini seperti sebuah kejutan pada pembaca kerna readers tidak bersama sewaktu mereka sda
2022-03-15
0
Rizal Putera25
@no
2022-01-10
0
Rizal Putera25
@bo
2022-01-10
0