Putri, Prajurit, Dan Piatu
Deer in the headlights
Met a girl in the parking lot
And all I did was say hello
Her pepper spray made it rather hard
For me to walk her home
But I guess that's the way it goes.....
*** Owl city**
"Mama," Isabel keluar dari toilet memegang test pack dengan dua garis. Merah dan sangat jelas.
Ekspresi ibunya berlawanan dengan senyum di wajah cantik Isabel. Sang ibu gemetar, terkejut campur marah.
Hal selanjutnya yang terjadi adalah ia disidang kedua orangtuanya di ruang kerja sang ayah.
"Bisa-bisanya kau hancurkan hidupmu sendiri !" Nyonya Silvia Pradipta mulai lepas kontrol, suatu hal yang jarang terjadi padanya. "Tidakkah kau ingat, kau beberapa bulan lagi akan memulai kuliah S2-mu!"
"Dengar dulu, Ma. Ini Timothy Kivandra dari keluarga Kivandra. Apa yang mencemaskanmu?"
"Isabel !" Nada suara Nyonya Pradipta semakin meninggi.
Daniel Pradipta meletakkan tangan di bahu istrinya. Dan ketenangannya selalu berhasil mendinginkan darah panas istrinya.
Wanita yang masih terlihat cantik tapi tegas di usianya yang hampir setengah abad itu menarik napas panjang.
"Ma, Pa. Timothy laki-laki baik. Aku hanya perlu bilang padanya. Aku yakin dia akan...."
"Sayang, kupikir kau harus dengarkan Mamamu. Aku bisa mengerti perasaanmu. Tapi kau harus dengar Mamamu lebih banyak kali ini."
Isabel menatap ibunya tak sabar. Berkat mamanya juga ia jadi anak pingitan yang terbatasi pergaulannya. dan saat ia pikir ia menemukan cinta dan rela menyerahkan segalanya, mamanya juga yang jadi penghalang. Isabel kesal luar biasa!
"Maaf jika kami, khususnya aku, selalu mengawasi setiap langkahmu. Ini karena kami sangat menyayangimu, anak kami satu-satunya," tambah ayahnya dengan nada suara yang tetap tenang.
Isabel sebenarnya paham akan hal ini. Sangat paham bahkan. Ia sudah menjalaninya mulai hari pertama ia keluar rumah sendiri yaitu saat masa sekolah yang separuhnya ia habiskan di sekolah asrama khusus perempuan. Mencegah hal-hal buruk mulai dari penculikan sampai pemerasan yang pernah terjadi pada sepupunya. Resiko yang harus ditanggung sebagai pewaris tunggal keluarga Pradipta. Tapi ini tentang kehidupan cintanya. Pilihannya.
"Aku paham jika kau merasa sangat mencintainya saat ini. Melebihi banyak hal. Kamu ada dalam masa itu meskipun kuakui agak terlambat. Aku pernah mengalaminya, Sayang. Tapi syukurlah Papamu membuatku sadar bahwa dialah cinta sejatiku."
Sang ayah tersenyum.
Isabel hanya menaikkan sedikit ujung bibirnya. "Dan maksud Mama apa?"
"Timothy Kivandra tidak seperti yang kau kira. Reputasinya di antara wanita dan kehidupan malam tak diragukan lagi. Dia playboy kelas atas, Nak. Dan itu belum apa-apa dibandingkan dengan reputasinya yang lain di dunia hitam." Sang ibu membuka sebuah amplop coklat besar dan menebarkan sejumlah foto di atas meja. "Mama bahkan punya beberapa rekaman video jika kamu masih kurang percaya."
Dengan ragu Isabel mengambil beberapa foto itu. Ia tersentak kaget. "Apa maksudnya semua ini?" Ia mulai menangis. "Ini dulu. Tidak! Tim tidak seperti ini lagi! Akulah satu-satunya kekasih yang dia punya sekarang." sangkal Isabel sambil merobek beberapa foto dan berlari ke kamarnya. Ini tidak nyata ! Lalu ia mencoba menelpon laki-laki itu. Tak ada jawaban. Lagi. Dan lagi. Tapi masih sama. Oh, tidak. Mungkin ini salah satu akal-akalan Mama untuk menjauhkan aku dari Tim.
Menjelang sore, Isabel keluar kamar dan diam-diam menyelinap dari gerbang rumah yang biasa dijaga dua orang security yang berhasil ia alihkan perhatiannya. Di tikungan ia menelpon taksi.
Dia bergegas menuju apartemen sang kekasih. Beruntung Timothy lupa mengunci pintu. Mengapa ia begitu terburu-buru sehingga lupa mengunci pintu? batin Isabel sambil mengenyahkan selintas pikiran buruk karena telinganya langsung menangkap suara-suara dari dalam kamar kekasihnya. Dan saat ia membuka pintu kamar itu, hatinya langsung remuk redam. Dua, bukan satu, tapi dua wanita tanpa busana begitu sibuk dengan tubuh Timothy sehingga perlu waktu beberapa detik bagi laki-laki muda itu untuk menyadari kehadiran Isabel yang terduduk lemas di ambang pintu.
Tak perlu menunggu penjelasan apapun dari si brengsek yang berteriak memanggilnya, Isabel kabur. Ia turun dari taksi di ujung sebuah taman kecil, merasa putus asa dan limbung. Tapi yang paling sering muncul adalah perasaan bodoh. Terlalu lugu untuk tertipu dengan mudah. Dia menemukan sebuah bangku dekat kolam dan mulai menangis.
Menyesali kebodohannya. Mengutuki Tim. Menyumpahi dirinya sendiri sampai ia kelelahan dan tertidur di atas bangku itu, tak menyadari lampu taman yang menyala mulai menyinari malam.
Tiba-tiba Isabel merasa sebuah tangan menggoncang-goncangkan kakinya. Suara berat seorang laki-laki terdengar.
Tunggu, tunggu. Ia teringat posisinya. Ia tetap pura-pura tidur. Astaga ! Aku sendirian di tempat asing. Tanpa penjaga, tanpa siapapun.... Dengan gerakan kilat ia menyambar semprotan cabai dari dalam tasnya dan menekan tombolnya tepat di wajah laki laki itu tepat saat ia merasakan napas laki-laki itu mendekati wajahnya.
Meskipun kaget, laki-laki itu masih sempat menutupi sebagian mukanya dengan refleks yang cepat. Tapi tak urung beberapa bagian yang terkena berefek panas menggigit. Ia berlari ke keran air terdekat, mencuci wajahnya.
Ketika kesadarannya kembali pulih seratus persen, Isabel mendapati seorang gadis kecil berusia empat atau lima tahunan menatapnya bingung. Isabel menyadari ia sudah berbuat kesalahan.
Si gadis kecil menggelengkan kepala tak percaya sambil menatap Isabel tajam. Lalu ia berlari menuju lelaki yang sedang mengulangi membasuh wajah untuk yang ketiga kalinya.
Isabel mendekati mereka, mencoba minta maaf. Tapi mereka menjauh. "Ada apa denganmu, Nona?" kata si gadis berkucir dengan suara tidak suka. "Untung tidak kena mata."
Ketika mereka semakin menjauh tanpa menanggapi permintaan maafnya, ia teringat tasnya di bangku taman. Oh, tidak ! Di sana dua orang berperawakan besar sedang mengacak-acak isinya. "Eh, maaf. Itu eh... tas saya..."
Laki-laki pertama yang berbaju kumal menatapnya seperti mendengar gema. Ia tak bereaksi, tetap sibuk merogoh tas mahal Isabel. Dan beberapa saat kemudian laki-laki kedua yang memakai jaket denim tanpa lengan berteriak. "Tasmu, hah? Ini, ambil!" Dia melemparkan tas itu begitu saja, tapi dompet dan ponsel Isabel sudah ada di tangan mereka.
"Tolong kembalikan ponsel saya... Kalian bisa ambil dompet itu, tapi ponsel itu, please...." kata Isabel sambil mundur ketakutan karena mereka bergerak ke arahnya.
Laki-laki berbaju lusuh mendekatinya, menyeringai jelek, mendapat sasaran baru di leher Isabel. Ia menarik kalung Isabel yang berliontin berlian sampai lepas.
"Awww!" Isabel menjerit ketika lehernya tergores kalung.
Lalu laki-laki kedua melihat cincinnya. Isabel mencoba kabur melihat gelagat mereka. Tapi salah satu dari mereka berhasil meraih mantelnya.
"Tolong! Tolong!" Ia menjerit panik. Namun taman begitu sepi dan satu-satunya yang bisa menolong malah ia usir dengan semprotan cabai.
Salah satu dari mereka mendorongnya sampai terguling di rerumputan taman. Mata mereka berkilat jahat melihat kemolekan Isabel.
Baru terasa betapa lemah tubuhnya yang tidak mendapat asupan makanan dari siang tadi. Isabel menjerit kesakitan saat rambutnya dijambak kasar. Isabel pasrah. Kesialan apa lagi yang kudapatkan hari ini, sesalnya berkali-kali. Kepalanya berdenyut sakit yang membuat pandangannya mengabur.
Tiba-tiba si baju lusuh terjengkang, disusul si jaket denim yang jatuh terjungkal dengan keras. Mereka mengaduh tanpa perlawanan ketika si pria berbadan tegap menonjok wajah dan perut mereka. Mereka lari pontang-panting meninggalkan hasil jarahannya.
Itu lelaki yang disemprotnya dengan semprotan cabai tadi, batin Isabel sebelum semua terlihat semakin samar. Ia kembali dengan si gadis kecil. Beberapa detik kemudian Isabel pingsan.
Laki-laki itu membopongnya ke dalam mobil usang mereka. Si kecil berusaha membangunkan Isabel, tapi gadis itu tak bergerak sama sekali.
Gary memeriksa dompet si gadis dan menemukan kartu pengenalnya."Kita antar dia pulang, Anna," katanya pada si gadis cilik.
"Sungguh menyusahkan," komentar Anna sambil kembali menggeleng-gelengkan kepala sambil memperhatikan Isabel yang terpejam di bangku belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
ArsyfaArfikha
niiiing aku baru Nemu ternyata pindah kesini
2021-11-19
1
Nila Kusuma
Niiiiiiiiiiing .... aku baca lagi ❤️❤️❤️
2021-06-27
0