Bab 4

Selesai memasak, Rara mulai memakannya. Selesai makan, Rara segera berwudhu dan menunaikan sholat Isya. Selesai sholat, Rara duduk santai diruang tamu seraya menonton televisi. Saat asyik nonton televisi, suara ketukan pintu terdengar. Rara segera membukanya. Betapa terkejutnya yang datang adalah mantan suaminya bersama seorang wanita yang berpenampilan glamor seraya bergelanyut manja dilengan Yudi.

" Mas Yudi, mari silahkan masuk..." ucap Rara seraya mengontrol emosinya.

" Tak perlu masuk.. Aku sudah tak ingin menginjakkan kaki ku dan kaki wanitaku ke dalam rumah sengsara itu...! Cukup disini saja,..." ucap Yudi sadis.

" Baiklah... Ada apa kamu menyempatkan diri datang kemari...?" tanya Rara biasa.

" Ini surat pengajuan cerai dari Pengadilan cepat tangan tangan disini...!! besok surat resmi cerai sudah keluar tanpa adanya sidang.. Karena akan memakan waktu lama jika sesuai prosedur, biarkan uang yang menyelesaikannya... Dan ini adalah undangan pernikahan aku bersama wanitaku... Dan aku tak perlu menemuimu lagi.. Karena surat cerai resmi akan aku kirim kesini...!! " ucap Yudi seraya melemparkannya tepat diwajah Rara.

" Ayo sayang, kita pulang sekarang... Karena urusan kamu sama wanita tak berguna ini sudah selesai..." ucap Tia manja seraya menatap sinis kearah Rara.

" Ayo sayang... Kita pulang sekarang.. Lama-lama disini Mas bisa mutah..." ucap Yudi dengan nada tinggi.

" Seharusnya kamu nggak usah bersikap seperti itu padaku Mas, walau pun kamu merasa jijik disini, seharusnya kamu sadar 8 tahun kamu bisa bertahan dirumah yang penuh sengsara ini... Kata-katamu dan perilakumu sungguh menyakiti hatiku... Aku sudah mengikhlaskanmu dan memaafkanmu walau masih butuh waktu... Tapi aku yakin seiring berjalannya waktu pasti aku bisa melewati ini sendiri... Semoga kamu bahagia... Maaf aku nggak bisa datang di hari bahagiamu..." ucap Rara seraya memandang kepergian keduanya.

Rara pun segera masuk, dan melihat surat resmi perceraiannya dengan Yudi. Rara menghela nafasnya dan meletakkan surat itu di laci almari TV. Kini Rara kembali menikmati televisinya dengan sesekali mengemil. Dirasa cukup mengantuk, Rara berjalan menuju kamarnya untuk istirahat. Rara segera msrebahkan tubuhnya. Tak butuh waktu lama Rara sudah terbawa mimpi.

Keesokan paginya, Rara bangun awal untuk sholat Subuh dan beberes rumah. Selesai beberes, Rara segera memasak untuk sarapan dan bekal makan siangnya. Selesai berkutat di dapur, Rara segera mandi dan berganti baju. Rara segera berjalan menuju meja makan untuk memulai sarapannya.

Selesai sarapan Rara segera melajukan kendaraannya menuju tempat kerjanya. Sesampainya disana Rara segera absensi dan menuju lokernya. Rara mulai beberes pantry dan meja kerja karyawan. Lalu mengantar minuman ke semuanya. Selesai dengan pekerjaannya, Rara kembali menuju tempatnya untuk istirahat sejenak. Rara merasakan tubuhnya sangat mudah lelah dan sedikit pusing.

" Ra... Kamu sakit ya...? wajahmu pucat banget..." tanya Hani seraya menyentuh kening Rara.

" Nggak papa Han... Aku baik-baik saja, cuma sedikit pusing saja... Apa ada kerjaan untukku Han...?" tanya Rara seraya memijat pelipisnya.

" Sebetulnya ada Ra, kamu diminta keruangan Pak Damar untuk membuatkan kopi... Tapi karena kamu nggak enak badan, biar aku aja yang kesana,, kamu istirahatlah sebentar..." ucap Hani tak tega melihat wajah pucat Rara.