Setelah bertanya kesana kemari, akhirnya Bara memasuki bangsal ruang dimana bapaknya di rawat.
Ibu sedikit kaget dengan kedatangan anaknya, melihat anaknya datang ibu kembali menangis, rasa trenyuh kembali menghampiri nya.
Bara menenangkan ibunya, mengusap lembut punggungnya.
Adik adiknya juga ikut menangis mereka memeluk Bara.
"Sudah jangan menangis lagi,". kata Bara menenangkan adik adiknya.
"Kasihan ibu tidak ada yang menghibur kalau kalian malah cengeng begini," sambil mengusap lembut kepada adik adiknya.
Bara mengambil dompet nya kemudian memberikan sejumlah uang kepada adik adiknya.
"Ini buat jajan, jangan boros boros dan bantu ibu di rumah nanti setelah bapak pulang," kata Bara kepada Misye adik pertamanya dan Della adik keduanya.
Mereka mengangguk dan menerima uang pemberian dari kakaknya itu.
"Terima kasih kak Bara," kata kedua adiknya tersebut.
Kemudian Bara ingin mengajak ibu nya ke kasir guna membayar uang muka untuk operasi Bapaknya.
Ibunya sedikit kaget.
"Uang dari mana kamu nak..?," tanya ibu sedikit kaget.
"Aku kuliah sambil sedikit kerja Bu," jawab Bara sambil tersenyum.
"Maafkan ibu dan bapak jadi membebanimu nak."
"Ibu bicara apa..?, uang aku juga uang ibu kan?, sudah kewajiban ku mencukupi apa yang ibu perlukan," kata Bara.
Ibu kembali berkaca kaca mendengar perkataan anaknya tersebut.
Bara menemui bapaknya, menguatkan dan memberi sedikit suntikan moral, sebelum akhirnya ke kasir untuk menitipkan sejumlah uang guna pembayaran uang muka sebelum operasi nanti malam.
Sambil menunggu panggilan giliran oleh petugas, mereka duduk di depan kasir dan berbincang bincang.
"Ibu ada sedikit yang aku ingin omongkan kepada ibu dan bapak, tapi karena situasi masih seperti ini.. aku hanya minta di doakan semoga semua yang ku lakukan di berkahi dan di ridhoi," kata Bara kepada ibunya.
"Ibu akan selalu mendoakan mu nak..semoga kamu selalu dalam lindunganNya di beri kelancaran semua urusanmu dan di berkahi serta di ridhoi," kata ibu.
Setelah pembayaran di lakukan Bara pamit untuk kembali ke kota.
Meskipun ibu sedikit kaget namun beliau merelakan kepergian anaknya itu.
"Ibu ini ada sedikit lagi uang untuk biaya selama di rumah sakit," kata Bara kembali sebelum benar-benar pergi.
Namun ibu nya menolak dengan alasan masih ada sedikit tabungan, dan Bara juga pasti membutuhkan uang di kota nanti.
**
POV Bara
Aku sampai di rumah sakit tempat bapakku di rawat.
Karena masih pagi dan belum waktunya bezuk, kami di persulit untuk masuk, yaa..memang peraturannya begitu.
Setelah kujelaskan panjang lebar, syukurlah akhirnya satpam itu mengerti dan bahkan mempersilahkan masuk, tapi pak Bandi tetap di luar karena tidak berkepentingan langsung.
Yaah sudahlah gak masalah, dan akupun masuk ke dalam rumah sakit tersebut.
Setelah bertanya kesana kemari akhirnya aku menemukan bangsal ruang bapakku di rawat.
Bangsal Melati, kelas II, kamar 14, bed no 3.
Akupun segera menuju ruang tersebut.
Ibu yang pertama melihatku, sambil menangis sesenggukan ibu memelukku.
Aku memeluk ibu dan berusaha menghibur dan menguatkannya.
Setelah berbincang sedikit, aku berniat mengajak ibu ke kasir untuk menitipkan uang muka biaya operasi.
Ibu kaget mendengar aku punya uang, aku meyakinkan ibu bahwa itu uang halal.
"Uang dari mana kamu nak..?
"Aku kuliah sambil sedikit kerja bu," jawabku mantap.
Akhirnya ibu mau dan setuju aku menitipkan uang muka tersebut.
Sebelum ke kasir aku menuju kamar bapak, karena kami tadi berbincang di luar kamar.
Bapak kaget dan melambaikan tangan ke arahku.
Aku menghampiri bapak, mencium tangannya serta sedikit memeluk tubuhnya sambil menghibur bapak dan menguatkannya.
Bapak menjadi berkaca kaca.
"Alhamdulillah..," kataku.
"Bapak hanya terluka sedikit dan hanya fraktur tibia(kata pak dokter)," sambung ku lagi.
Setelah menemui bapak, aku dan ibu ke kasir untuk membayar uang muka biaya operasi.
Ternyata di kasir antriannya banyak sampai harus pakai nomor antrian, aku dan ibu duduk di depan kasir menunggu panggilan antrian.
Di depan kasir aku sebenarnya kepingin ngomong masalah pernikahan ku dengan anak tuan Hendrawan, namun karena situasi masih kalut aku mengurungkannya.
Aku hanya minta agar di doakan ibu, agar di lancarkan semua apa yang akan aku lakukan.
Dan ibupun mendoakan ku.
Akhirnya nomor antrianku di panggil, aku segera menuju kasir dan menitipkan sejumlah uang disana.
Setelah membayar uang muka tersebut, aku kembali ke ruangan bapak untuk berpamitan kembali ke kota.
Bapak dan ibu kaget, namun setelah aku sedikit memberikan alasan pekerjaan akhirnya merekapun merelakan aku kembali ke kota.
Aku menyerahkan kembali sejumlah uang kepada ibuku, tapi di tolak oleh beliau.
"Ibu masih ada sedikit tabungan, dan bukankah kamu di kota juga membutuhkan biaya hidup," kata ibukku
Aku memaksa ibu untuk menerima uang tersebut, tapi ibu bersikeras tidak mau menerimanya, ya sudah aku tak memaksanya lagi.
Aku keluar dari rumah sakit di mana bapakku di rawat, dan kulihat pak Bandi masih menungguku duduk di dekat mobil sport mewah yang terparkir di bawah pohon yang cukup rindang.
"Kita cari warung makan dulu pak," kataku kepada pak Bandi.
Setelah menemukan warung yang cocok kita pun makan di sana habis itu kembali ke kota lagi.
__________
**Makin seru nggak ya ..
Lanjutkan enggak ceritanya...
Ok..kalau gitu tinggalkan jejak ya**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
sun 💥
coba POV nya ngk ada kn lebih enak baca nya ngk perlu ngulang lagi
2022-04-04
2
Tien Suhartini
lanjuuuuuuutt
2021-10-01
3
Heny Ekawati
ngapain hrs ad pov sih kn jdi ngulang bacax
2021-09-29
3