Bara kembali ke kosan dengan muka penuh tanda tanya.
Coba aja guest ...di suruh nikahi anak gadis orang yang kita enggak tahu bagaimana karakternya, bagaimana pribadi ...dan.. bagaimana tanggapan nya terhadap kita..
Terus yang menjadi pertanyaan lagi apa penyebab kita harus menikahi dia..?dan..bla...? bla..? .bla..?
Sambil membawa makanan yang di bawa dari restoran mewah Bara memasuki kosan nya dengan langkah gontai.
Teman temannya langsung menyambut Bara,..eh.. maksudnya .. menyambut makanan yang di bawa Bara, tahu sendiri kan kalau kita di kosan, kalau ada teman kosan pulang kampung aja yang nunggu oleh oleh pasti banyak kan.
Sehabis menyerahkan Beberapa bungkus makanan itu, Bara berjalan menuju kamarnya.
Di benaknya masih di penuhi banyak pertanyaan.
Untuk meredam banyaknya gejolak di pikiran nya di cobanya untuk tidur sesaat melepas kepenatan.
Bolak balik ganti posisi tidak bisa benar benar terlelap.
hanya matanya saja dalam posisi terpejam tapi pikirannya melayang entah kemana.
"Ya.. Allah...apa yang musti aku lakukan."
Hari sudah siang, Bara masih galau memikirkan langkah apa yang mesti di lakukan.
Drrtt....Drrtt...
Sebuah suara telpon seluler nya berteriak teriak minta di angkat, cukup mengagetkan Bara yang sedang galau.
"Ish...siapa sih ini..?, enggak tahu aja pikiran lagi kalut," batin Bara dengan terpaksa kembali membuka matanya.
Di ambilnya telpon genggam di samping kasurnya dan di lihatnya nomer keluarga di kampung.
Dengan segera di gesernya tombol hijau.
"Assalamualaikum.."
"waalaikumssalam."
"Ada apa Bu ..?," tanya Bara yang mendengar suara ibunya nampak penuh kecemasan ada sedikit Isak tangisan di sana.
"Bapakmu..nak..?," suara tangisan ibu makin keras.
"Bapak kenapa Bu..?," Bara makin gelisah, seketika jantung nya berdetak lebih keras ada apa dengan keluarganya terutama bapaknya.
"Bapak kecelakaan motornya di tabrak orang, besok mau di lakukan operasi," jawaban ibu dari seberang dengan sesenggukan dan terbata bata.
Bara Lemas mendengar berita tersebut, namun di kuatkan nya, jangan sampai ibunya yang masih menangis jadi tambah bersedih.
"Ibu yang tenang dulu ya.., kasihan yang lain bila ibu panik seperti ini, besok tak usahakan pulang," kata Bara menangkan ibunya.
Mereka berbincang sesaat membahas masalah bapaknya secara umum.
Bara menutup telponnya setelah berhasil menenangkan ibunya dengan sebelumnya mengucap salam.
Bara terdiam sesaat selepas berkomunikasi dengan ibunya tadi.
Ditariknya nafasnya kuat kuat, di bulatkannya tekadnya.
"Bismillah..," ucapnya lirih.
Bara mengambil kembali telpon genggam nya dan menghubungi pak Beni atasan langsungnya.
"Halo pak,..selamat siang, saya menyanggupi apa yang di minta tuan Hendrawan," kata Bara setelah tersambung dengan pak Beni.
"Baiklah nanti akan saya sampaikan pada tuan Hendrawan," kata pak Beni.
Bara sudah membulatkan tekad dan tak memikirkan apapun lagi, yang penting bisa menolong bapaknya dengan imbalan yang di janjikan tuan Hendrawan.
**
POV Bara
Aku Kembali dari restoran mewah itu dengan badan teras lemah lungkrah.
Sambil membawa makanan yang sangat mewah dari restoran itu aku turun dari taksi.
Teman temanku langsung berhamburan menjemputku... eh..bukan..menjemputku, menjemput makanan yang ku bawa.
Sudah suatu kebiasaan bila aku pulang dari manapun dan membawa bungkusan besar pasti itu makanan untuk teman teman kos.
Kuberikan saja bungkusan makan itu kepada mereka.
"Niih makan aja di habiskan," kataku sambil membawa bungkusan satunya untuk ku sendiri.
Aku memasuki kamar ku masih dengan barbagai beban pikiran.
Terima...? enggak.....! terima...? enggak...?(kok kayak tokek ya)
Aku masih bingung, ku coba aja memejamkan mata tapi gak bisa, sumpah ...aku bingung mau memutuskan apa..
Tiba -tiba telpon genggam ku berbunyi.
"Ya Allah..", kabarnya membuatku terperanjat..bapakku kecelakaan dan akan di operasi.
Aku bisa bayangkan bagaimana paniknya ibuku, adik adikku masih kecil untuk sekedar bertukar pikiran saja belum bisa.
Aku menenangkan ibu agar tak terlalu panik dan aku berjanji akan ku usahakan pulang.
Setelah berbincang dengan ibuku akhirnya aku membulatkan tekad menerima tawaran dari tuan Hendrawan Santosa.
"Bismillah..," semoga ini yang terbaik ya Allah.
Ku cari nomer pak Beni atasanku langsung, dan memgatakan bahwa aku menerima dan sanggup menikahi putrinya.
Tapi aku juga mengajukan syarat, syaratnya yaitu di berikan uang muka untuk pengobatan ayahku.
Dan "DEAALL" aku sudah menyetujui rencana pernikahan ini.
**
Malam itu rombongan tuan Hendrawan yang di wakili pak Budiman dan pak Beni kembali mendatangi kosan ku.
Mereka datang karena ingin menegaskan kembali kesanggupanku.
"Bara kau jangan main main dengan keputusan mu, kalau kau mengingkari janji mu, aku yang akan di gorok tuan Hendrawan," kata pak Budiman dengan serius dan di angguki pak Beni.
"Baik pak saya berjanji dan tidak akan mengingkari nya" kata Bara dengan tegas.
Akhir dari keputusan nya adalah besok pagi Bara pulang kampung di antar sopir tuan Hendrawan dan setelah memberikan uang pengobatan dan temu kangen sesaat untuk segera balik ke kota kembali.
___________
**Di lanjutkan enggak nih.. reader..sekalian....
tapi jangan lupa dukungannya ya**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Nurul Syahriani
Padahal cerita ini udah dari sisi Bara, tapi kenapa hrus ada pov bara lagi.. jadi kan kayak ngulang
2023-08-11
0
Riris Hutapea
mantap Thor 👍😍
2022-02-21
0
Mei Sitinjak
seruuu..........🤣🤣🤣🤣
2021-11-24
1