Power System
Langit berwarna oranye, menandakan waktu sudah sore. Matahari tenggelam terlihat diufuk Barat, angin berhembus dengan sejuk, dan cuaca sudah tidak panas lagi. Waktu yang sering didambakan oleh banyak pegawai kantoran, dimana diwaktu ini, mereka bisa mengistirahatkan dirinya diatas kasur.
Diatas sebuah gedung tinggi berlantai 20 lantai, terlihat seorang pria berumur 30 tahunan sedang menghisap rokok dengan tatapan kosong.
Pria itu menghirup rokoknya, lalu menghembuskannya. Tak ada yang tahu bahwa pria itu sama sekali tidak suka merokok, dia merokok karena depresi berat yang dialaminya.
"Jadi inilah akhirnya.... Akhir dari seorang pecundang."
"Tak akan ada yang tahu aku disini, dan tak ada yang peduli jika aku mati."
"Apakah ini yang namanya hidup? Ah, indah sekali matahari yang terbenam itu. Membuatku sedikit melupakan masalah yang kualami."
"Tapi, sudah waktunya aku harus pergi. Meninggalkan dunia yang isinya sangat menjijikan. Memang benar kata orang, kita tidak boleh melihat buku dari sampulnya."
Pria itu menghembuskan rokoknya untuk yang terakhir kalinya, lalu melompat dari sana.
.
.
.
.
Duakk
Duakk
Duakk
"Sa... Sakit...." Terdengar suara rintihan lirih dari mulut seorang bocah kecil, tubuhnya sudah tidak karuan lagi, tulang-tulang diseluruh tubuhnya sudah hancur, organ-organ dalamnya tertusuk-tusuk oleh pecahan tulangnya, tubuhnya terlihat kejang-kejang akibat rasa sakit yang diterimanya sudah melewati batas.
Pria berkulit hitam dengan wajah garang, terlihat kesenangan memukuli anak kecil malang itu. "Tolong katakan sekali lagi, aku tidak mendengarmu. Tolong ya..." Senyum menjijikan tercetak diwajahnya, dia terlihat sangat menikmati saat-saat dia memukuli si anak kecil malang.
"Sakit...."
Duakk
Duakk
Duakk
Duakk
Pria berkulit hitam itu terus menginjak-injak si anak kecil, hingga dia tidak bisa mendengar rintihan-rintihan pelan lagi yang terdengar sangat menganggu bagi dirinya . "Akhirnya dia mati juga," sang pria menendang tubuh anak kecil itu sekali lagi, lalu pergi darisana dengan perasaan puas.
Beberapa jam berlalu dengan cepat. Tubuh si anak kecil perlahan-lahan mulai membusuk, banyak serangga yang mengerumuni dirinya. Namun semuanya berubah ketika sebuah cahaya biru tiba-tiba memasuki tubuh sang bocah dari langit.
Blarrrrrrr
Serangga-serangga yang mengerumuni tubuh bocah, langsung bubar begitu melihat cahaya terang itu.
Tubuh anak kecil yang penuh luka itu, tiba-tiba menunjukkan sedikit pergerakkan. Erangan kecil bisa terdengar keluar dari mulut mayat sang bocah.
"Erggghhh," Berkali-kali bocah itu berusaha untuk bangun, hingga akhirnya dia berhasil bangun setelah percobaan yang ke 3 kali.
Saat dia bangun, bocah itu terlihat kebingungan, "dimana ini?" Bocah itu melihat ke sekitar, dan itu terlihat asing baginya.
[Selamat datang tuan]
"Siapa itu?" Tubuhnya sedikit tersentak saat mendengar suara wanita yang seperti robot.
[Saya adalah Sistem, saya yang akan membantu anda di dunia ini]
Sang bocah terlihat melebarkan matanya, dia benar-benar tak percaya dengan apa yang didengarnya saat ini. "System? Dunia lain? Apakah ini mimpi? Atau ini semua kenyataan? Aku benar-benar bingung," Dia memegang rambutnya, dan mulai menjambaknya.
Sang bocah terlihat menggigit bibirnya yang terluka, "Kenapa tuhan memberi sampah sepertiku kesempatan?"
"Ya.... Apapun itu...."
"Aku bersyukur atas semuanya," Banyak pertimbangan yang dia pikirkan saat itu, namun setelah dipikirkan sekali lagi, buat apa dia merasa sedih? Mungkin dia bisa mencari kebahagiaan lain didunia yang baru ini .
[Sistem mendeteksi kerusakan di tubuh tuan]
Bocah itu tersenyum, lalu menatap layar biru didepannya, "Kerusakan apa?"
[Seluruh tulang di tubuh tuan patah]
Setelah mendengar itu, sang bocah menatap tangan kanannya yang sudah rusak. "Apa aku tadi menjambak rambutku menggunakan tangan yang rusak ini?"
Setelah itu dia menatap layar biru didepannya lagi, "Bagaimana cara menyembuhkannya sistem?"
[Sistem bisa menyembuhkan tuan]
"Baiklah, sembuhkan aku"
[Poin Sistem tuan dikurangi 100]
[Proses penyembuhan dimulai]
[10%]
[20%]
[30%]
[40%]
[50%]
[70%]
[100%]
[Proses penyembuhan selesai]
Semua tulang yang sudah berantakan kembali pulih seperti semula, tubuh yang tadinya sangat terasa berat, menjadi ringan kembali.
"Ahhhh... Lega, terima kasih sistem" Bocah itu tersenyum sembari meregangkan tangannya.
[Sama-sama tuan]
"Omong-omong, Poin Sistem yang kau sebut tadi itu apa?"
[Poin Sistem adalah mata uang antara tuan dan sistem]
Sang bocah mengangguk paham, lalu mengelus dagunya, "Bagaimana cara mengeceknya?"
[Tuan bisa lihat di status anda]
"Status?"
[Nama:Xin Huang]
[Level:Manusia Biasa]
[Poin Pengalaman:0/10.000]
[Poin Sistem:900]
[Status:Sehat]
[Misi]
[Versi:0.1]
[Upgrade]
Bocah itu melebarkan matanya terkejut. Layar status yang ada didepannya, benar-benar terasa familiar dengan layar status game yang pernah dia mainkan. "Jadi namaku Xin Huang ya...."
"Sistem, bagaimana cara meningkatkan levelku?"
[Mengerjakan misi dan membunuh mahluk hidup bisa mendapatkan Poin Pengalaman]
"Hmmm, jadi begitu" Xin Huang mengangguk-angguk mengerti. Setelah itu, Xin Huang melihat ke sekitarnya, lalu berkata "Sistem, sekarang aku ada dimana?" Sebuah tempat yang sangat sepi, dengan banyaknya sampah-sampah berserakan bisa terlihat didalam pandangan Xin Huang.
[Tuan berada di daerah pinggiran kota Xuan]
"Hmmm, lalu kenapa tubuhku bisa hancur?" Bila ada akibat, sudah pasti ada sebab, dan Xin Huang ingin tahu, apakah 'sebab' itu. Xin Huang menutup matanya, lalu mencoba menggali ingatan tubuh barunya.
.
.
.
.
(1 Minggu yang lalu)
"Ibu... Lihatlah sapu tangan buatanku" ucap seorang bocah sembari membawa sapu tangan dengan gambar bunga ditengahnya.
"Wah Xin, ini bagus sekali", ucap Fei Rong, ibu Xin Huang. Fei Rong merupakan seorang wanita cantik, walaupun sudah berumur, tapi wajah dan tubuhnya masih sama seperti dia muda.
"Hehe, ibu suka kan?" Xin Huang tersenyum senang dengan pipi yang memerah.
"Suka sekali, terima kasih Xin Huang" ucap Fei Rong sembari mengelus kepala Xin Huang.
"Sama-sama bu" Hati Xin Huang terasa nyaman saat merasakan tangan hangat Fei Rong yang menyentuh kepalanya.
Duk! Duk! Duk! Duk!
Pembicaraan keduanya terhenti saat mendengar ketukan keras dari pintunya.
"Berisik sekali, siapa sih", ucap Xin Huang dengan wajah kesal, mood yang sebelumnya baik, tiba-tiba kembali memburuk saat mendengar suara keras ketukan pintu.
"Tunggu sebentar" Fei Rong berdiri, lalu berjalan pergi ke arah pintunya.
Cklekk...
Fei Rong membuka pintunya, diluar sana terlihat seorang pria botak berkulit hitam dengan tubuh yang sangat besar dan kekar sedang berdiri tegak.
Melihat pintu sudah terbuka, pria botak itu berteriak "Kau ******, cepat bayar hutangnya!!!"
Fei Rong melebarkan matanya terkejut, "Aku tidak punya uang, aku sedang mencarinya," Fei Rong tetap bicara seperti itu walaupun dia masih bingung, kemana dia harus mencari uang?
"Sudah puluhan kali kau mengatakan itu, dan sampai sekarang hutangmu belum lunas juga!!!"
"Beri aku waktu lagi."
"Kuberi kau waktu 1 Minggu, bila kau tidak membayarnya, kau dan anakmu akan merasakan akibatnya."
"Jangan bawa-bawa anakku!!!" Mungkin bila pria kekar itu mengancam dirinya, dia tak akan takut. Tapi bila pria kekar itu mengancam anaknya, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada anaknya, dia terlalu takut memikirkan itu.
"Biar saja! Karena jika kau mati, anakmu yang akan membayarnya!"
"Sial, pergi kau!" Untuk menutup rasa takutnya, Fei Rong membentak pria kekar itu.
"Kutunggu kau satu Minggu," Pria itu menyipitkan matanya, lalu dia pergi.
Dulu Fei Rong pernah berhutang pada salah satu Kreditur untuk membeli obat suaminya yang sedang sakit, walaupun itu sia-sia, karena suaminya tetap mati meninggalkan istri dan anaknya dengan hutang yang besar.
Mendengar teriakan-teriakan kasar, Xin Huang keluar dan melihat ibunya sedang termenung, "Ibu, siapa tadi?"
"Bukan siapa-siapa Xin," Fei Rong langsung tersenyum hangat begitu melihat anaknya.
"Tapi dia tadi kasar pada ibu."
"Tidak apa-apa Xin," Fei Rong tidak mau anaknya mengetahui hal tentang hutang piutang, jadi dia sebisa mungkin menutupi hal itu dari Xin Huang.
"Baiklah Bu," melihat ibunya yang tidak ingin membicarakannya lagi, Xin Huang berhenti bertanya-tanya.
"Kau memang anak yang baik, Xin Huang," Fei Rong benar-benar senang mempunyai anak yang sangat baik seperti Xin Huang. Jika tidak ada Xin Huang, mungkin dia sudah bunuh diri.
"Terima kasih Bu," Xin Huang sedikit murung saat itu, dia sangat khawatir dengan ibunya.
"Ya, sayang," Fei Rong tersenyum hangat, walaupun senyumannya sedikit terpaksa; karena dia sedang bingung memikirkan ingin mencari uang kemana.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Eros Hariyadi
Lanjutkan Thor 😝😄💪👍👍🙏
2023-06-27
0
Eros Hariyadi
Penggemar Novel sistem hadir 😝😄💪👍👍👍
2023-06-27
0
wak-Kat
👌
2023-02-12
0