Malam telah menyapa dengan indah, dari atas gunung ini aku dan yang lainnya bisa menikmati pemandangan malam yang penuh bintang-gemintang memenuhi langit malam. Semua orang bergerombol mengelilingi api unggun dan bernyanyi serta bercanda ria. Semua orang terlihat bahagia, aku hanya bisa tersenyum melihat kehangatan yang ada dari tenda. Entah kenapa malam ini aku merasa ingin menjauh dari keramaian tanpa alasan yang pasti.
"Blaaa..." si Roni mengagetkanku
"Astaghfirullah... Roni! kalo gue jantungan gimana!" teriakku kesal
"Hehehe... gue yakin jantung Lo udah di lem sangat rekat! jadi mustahil jantung Lo copot!!" katanya dan ikut duduk di sampingku sambil mencomot Snack yang sedang kumakan
"Copot sih kagak... nggak napas lagi iya!" kesalku padanya menjitak jidat
"Sakit bego..." Roni balas menarik hidungku yang tersumbat
"Woii... Snack gue abis!!" kesalku meneriaki Roni yang kabur setelah memakan semua snack
"Hehehe..." yah dia cuma nyengir kuda
Saat ini aku benar-benar kesal, karena Snack udah abis dimakan semua, dan yang paling bikin kesal itu ya Roni. Aku beranjak keluar tenda masih dengan selimut yang menempel di tubuh menuju gerombolan anak-anak yang terlihat mengabaikan Snack di depan mereka. Aku duduk dekat dengan Sierra, si gadis pendiam yang entah kenapa hari ini wajahnya terlihat sangat pucat. Kayaknya ni anak bakal kesambet jin kampret jika di biarkan bengong gini Mulu.
"Liatin apaan?" tanyaku mengikuti arah tatapannya
"Ehh... Ru! nggak, nggak liatin apa-apa!" katanya dan tersenyum ramah
"Jangan terlalu di liatin... ntar kesambet susah semua!" kataku sambil mencomot sosis yang di bakar Sierra
"Hah... Lo juga bisa liat dia?" tanya Sierra dengan tatapan penuh tanya
"Gue kagak bisa liat dia siapa! tapi yang jelas gue merasakan hawa kehadiran yang bukan bagian dari manusia!" kataku balas menatapnya dengan mulut yang sibuk ngunyah
"Ohhh... ja...jadi gitu!!" katanya tergagap dan terus mencuri-curi pandang ke arah Annisa dan komplotannya
"Yang Lo liat lagi mendekat ke arah Annisa?" tanyaku dengan tatapan bersemangat
"..." Sierra mengangguk nanar
"Annisa nyebut..." teriakku kepada Annisa yang sibuk ketawa-ketiwi dengan temannya
"Allahuakbar... Astaghfirullah... kenapa Ru?" kata Annisa yang untungnya tanggap
"Alhamdulillah..." gumam Sierra lirih
"Hehehe... itu gue mau minta makanan Lo!!" kataku sambil nyengir malu garuk-garuk kepala karena di liatin semua orang
"Ya elah... gue kira apaan! nih makan aja... tangkap!" Annisa melemparkan makanannya tepat ke tanganku
"Astaghfirullah... Ru! dia di belakang Lo sekarang!" kata Sierra yang membuatku menelan ludah kaget
"Lo bercanda kan?" kataku memutar kepala dengan senyum kecut
"Astaghfirullah... Astaghfirullah... Astaghfirullah..." gumam Sierra tanpa henti dan membuatku merinding
Makanan yang ada di mulutku nyangkut di tenggorokan gara-gara Sierra yang masih sibuk mengucap Istighfar. Nggak tau apa kalo gue itu sebenarnya sangat penakut, apalagi urusan makhluk yang kagak terlihat gini. Aku ikut menggumamkan doa-doa yang kuingat saat ini, berharap makhluk yang katanya ada di belakangku ini segera pergi. Dari sekian banyak manusia di atas gunung ini, kenapa malah aku yang kena tempeli si makhluk bengek ini.
"Ru! Lo kenapa?" tanya Roni yang ikut duduk di tengah-tengah Sierra dan diriku
"Ish... ngapain sih Lo kesini! bikin gue makin eneg aja!" kesalku dan hendak balik badan pergi ke tenda
"Lo mau kemana?" Roni menarik tanganku dan membuat ni pantat kembali duduk
"Mau nyari cowok! buat di jadiin kerupuk kulit!" kesalku mengibaskan tangannya
"Ru! mending Lo disini aja deh!" kata Sierra dengan senyum lega menatapku, mungkin makhluk itu udah pergi
"Noh... Sierra aja minta Lo jangan kemana-mana!" Kata Roni tersenyum kepada Sierra
Dengan kesal akhirnya aku memilih untuk tetap duduk bersama-sama dengan mereka, sambil membahas topik-topik acak. Jujur saat ini pikiranku masih di bayang-bayangi oleh sosok makhluk yang di liat Sierra. Tapi aku berusaha positif thinking tentang semuanya, berharap tidak akan ada hal buruk yang akan menimpaku. Beberapa kali Roni memukul pundak ku cukup keras saat tertawa ngakak oleh percakapan kami, hingga membuatku sangat kesal.
"Ishhh... bisa nggak sih nggak usah mukul! sakit tau!!" geramku dan mencubit pipinya
"Aaaa... sakit! lepasin... lepas Ru..." katanya memelas dan membuat kami tertawa
Malam ini aku kembali banyak tertawa karena sifat konyol Roni yang selalu cari perhatian dariku. Tipe cowok kayak gini nih mudah banget di tebak, paling juga lagi naksir salah satu cewek yang dekat denganku. Tapi entah siapa wanita yang beruntung itu, di sukai laki-laki konyol seperti makhluk satu ini terbilang sangat beruntung. Setiap ada Roni pasti ada tawa bahagia yang hadir di setiap percakapan yang sedang terjalin, seperti saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
~¥£©¢¥™€✓[][€{=
kocak, kocak, kocak
2022-01-15
0
Adinda14
Keren cerita nya, mampir ya kak... 🙏🙏
2021-12-20
0
🛡️ Ayu lestari🛡️
mohon dukungannya di novel ku
2021-03-05
1