Waktu menjelang siang...
Aya terbangun dari tidurnya , ia merasa badannya terasa remuk dan rasa lelah yang tidak kunjung hilang. Saat Aya menoleh kesamping, dilihatnya Dewa yang masih tertidur pulas dengan wajah yang damai. Aya meniti setiap lekuk wajah suami yang sudah merenggut paksa mahkotanya. Namun meskipun awalnya Aya merasa marah dan tidak ikhlas, namun dihatinya yang terdalam sedikit merasakan kebahagian karena orang yang mengambil kesuciannya adalah suaminya sendiri.
Setelah puas menatap wajah damai Dewa, Aya pun bangun dan beranjak dari tempat tidurnya. Rasanya masih sangat ngilu di bagian bawahnya, karena selama berjam-jam Dewa menghujam nya tanpa henti. Mengingat bagaimana buasnya Dewa membuat Aya bergidik sendiri. Aya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos, untung saja Dewa mengenakan Celana pendek hitamnya. Aya masuk ke kamar mandi dan mengisi air di bathub dengan air hangat, kemudian ia berendam disana.
Dewa sayup-sayup membuka matanya, ia tidak melihat Aya di sampingnya namun indra pendengarannya mendengar suara air didalam kamar mandi. Saat akan bangun, mata Dewa tertuju dengan bercak merah di atas sprei yang mereka kenakan. Dewa pun melihatnya dengan jelas dan ia berkeyakinan bahwa itu pasti darah perawan Aya.
"Ternyata Aya masih perawan!" kata Dewa
Dewa menutup wajahnya sendiri dan kemudian menyugarkan rambutnya. Rasa bersalah Dewa tak sebesar rasa dendam dihati Dewa kepada keluarga Wijaya, jadi mudah saja Dewa menghempaskan rasa bersalahnya kepada Aya. Tekadnya sudah kuat untuk membuat keluarga Wijaya menderita.
Saat Dewa mendengar knopi pintu kamar mandi akan terbuka, Dewa kembali berbaring dan pura-pura masih tidur. Aya yang baru saja selesai membersihkan dirinya, ia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk kecil, lalu berjalan jinjit menuju lemarinya karena tidak ingin membuat Dewa terbangun dari tidurnya. Aya melihat Dewa yang masih tertidur kemudian ia mengambil beberapa lembar baju dan segera menggantinya dengan cepat.
Sementara Dewa yang hanya pura-pura tidur pun disuguhkan dengan pemandangan indah didepan matanya. Dewa dapat melihat jelas Aya yang memakai setiap lapisan kain yang akan menutupi tubuhnya nanti. Melihat aya seperti itu, membuat jiwa lelaki Dewa pun kembali terbangun dan kini malah menyiksa Dewa sendiri. Dewa tidak pernah menyangka jika dirinya menjadi gila saat bermain bersama Aya. Padahal sedikitpun Dewa tidak pernah mencintai Aya.
Setelah selesai memakai pakaiannya, Aya pun mengambil sajadah dan juga mukenah nya. Lalu ia menggelar sajadah dan menjalankan ibadah Zuhur. Aya begitu khusyuk sampai tidak menyadari jika Dewa terus mengawasinya dari atas tempat tidurnya.
"Aya sangat berbeda dengan Megan, meskipun dia bar-bar tapi ..... ahhh sudahlah! aku harus membuang pikiran yang tidak penting! aku harus fokus dengan tujuan utamaku!!" kata Dewa didalam hatinya.
Tak lama kemudian, Aya sudah selesai sholat, lalu ia membereskan perlengkapannya dan akan membangunkan Dewa.
"Kak Dewa.. bangun kak, waktunya Zuhur" kata Aya saat membangunkan Dewa
Dewa masih tak bergeming, dan Aya membangunkannya lagi
"Kak bangun... waktunya sholat!" kata Aya dengan menggerak-gerakkan lengan Dewa.
"Apaan sih!! ganggu aja!!" jawab Dewa saat mengibaskan lengannya
"Bangun, waktunya sholat" kata Aya
"Udah sana jangan ganggu!!!" Sarkas Dewa
Aya pun akhirnya pergi meninggalkan Dewa, ia memilih untuk turun dan menyiapkan makan siang untuk mereka nanti. Sementara Dewa bangun setelah melihat Aya sudah keluar dari kamar mereka. Ia segera bangun dan membersihkan dirinya, kemudian Dewa bersiap untuk ibadah Zuhur.
Aya menuju ke dapur dan disana ia bertemu dengan pelayan yang membersihkan dapur itu, ia pun menyapanya dengan ramah
"Bik, apa makan siang tuan sudah disiapkan??" Tanya Aya
"Sudah nyonya, ini makanan sudah matang. Tinggal dihidangkan" jawab bibik
"Ohh begitu.. saya bantu untuk menghidangkan di meja ya" kata Aya
"Ehh jangan Nyonya, nanti tuan bisa marah kalau melihat Nyonya memegang alat dapur" jawab bibik dengan cepat.
Pasalnya dulu waktu dirumah keluarga Wardana, mereka pernah dimarah oleh Dewa saat Megan akan membantu mereka, padahal megan hanya ingin mencari perhatian dari Dewa. Namun bukan Aya kalau dirinya tidak kekeh dengan keinginannya
"Tuan tidak akan marah dengan saya" kata Aya yang kemudian memasukan sayur kedalam wadah lalu meletakkan di atas meja makan, setelah itu lauknya, buah dan juga minuman. Begitu selesai menghidangkan semuanya, Aya akan memanggil Dewa, namun belum selangkah ia akan berjalan, Dewa sudah sampai di tangga bawah
"Kak Dewa, kita makan siang yuk" kata Aya dengan ramah.
Aya ingin bersikap Baik kepada Dewa, apapun yang sudah terjadi tetaplah Aya tidak bisa mengubah takdir kehidupan manusia. Aya ingin membuktikan kepada Dewa bahwa dirinya berbeda dengan kakaknya. Meski dirinya belum mencintai Dewa, tapi Aya berusaha untuk melayani suaminya dengan baik. Awalnya batin Aya berperang, saat Aya merenung di atas sajadahnya, ia mengadukan semuanya kepada Allah, meminta petunjuk kepada Allah tentang apa yang harus dilakukannya setelah ini. Disaat Aya dilanda kebingungan, hati kecilnya menyadarkan Aya dengan kondrat nya sebagai seorang istri. Aya ingin meraih pahala dengan ia menjalankan kewajiban seorang istri kepada suaminya.
Sementara Dewa yang melihat sikap manis Aya pun jadi teringat dengan Megan yang juga seperti itu. Ingatan penghianatan pun kembali muncul dan membuat Dewa muak.
"Makan saja sendiri!" jawab Dewa dengan muka masam yang kemudian Dewa meninggalkan Aya yang masih berdiri di depan meja makan.
Lalu Aya berjalan menghampiri Dewa,
"Kak Dewa mau kemana??" tanya Aya saat memegang tangan Dewa, lalu Dewa menghempaskan tangannya dan menatap Aya dengan tajam
"Jangan kau lupa dengan perjanjian kita! kau tidak perlu ikut campur dengan urusanku! tugasmu hanya menghangatkan ranjang ku Cahaya!" Sarkas Dewa dengan wajah memerah karena marah
Kemudian Dewa pergi dari rumah, sementara Aya masih diam terpaku menatapi kepergian Dewa. Matanya panas dan tanpa terasa air matanya jatuh begitu saja. Rasanya sangat sakit saat mendengar ucapan Dewa tadi. Aya merasa dirinya tidak lebih seperti wanita penghibur bagi Dewa, namun saat Aya mengingat kembali perjanjian yang sudah di sepakati nya, Aya pun menghapus air matanya sendiri
"Nyonya tidak apa-apa?" tanya bibik
"Gak papa bik, tuan benar. Ayo kita makan bersama" kata Aya yang kemudian ia kembali ke dapur untuk makan siang bersama.
Aya mengajak bibik dan juga pelayan yang lain untuk makan bersama, meski awalnya menolak tapi akhirnya mereka makan juga. Namun mereka lebih memilih untuk makan di halaman belakang sembari bercerita. Aya membangun kedekatan dengan para pelayan dirumah itu. Para pelayan itu pun merasa senang dengan kehadiran Aya yang tidak memandang kasta, dia terlihat seperti wanita baik-baik. Padahal mereka baru beberapa kali bertemu, berbeda dengan Megan kakaknya meski terlihat baik, namun mereka dapat merasakan ketidak tulusan hati Megan saat itu. Bahkan Megan tidak pernah mengajak ngobrol mereka barang sebentar, dan hanya bicara saat ia menginginkan sesuatu.
Sementara Dewa melajukan mobilnya menuju ke kantor, ia akan bertemu anak buahnya yang saat ini ditugaskan oleh Dewa untuk menyelidiki keberadaan Megan dan juga Donny. Sebenarnya Dewa begitu kesal dengan dirinya sendiri, namun ia bingung apa penyebabnya. Dewa terus melajukan mobilnya dengan begitu cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Dwi Setyaningrum
sholatmu d amal ibadahmu ga ditrima oleh Tuhan Krn dihatimu ada dendam utk menghancurkan kehidupan org lain dewa..hrsnya km instrospeksi diri dan kalu bisa memperbaiki diri..
2024-01-25
0
Abi
o,, sholat juga ya Wa,,,,
2021-12-03
0
Zнҽχу
terbukti, dendam menghancurkanmu
2021-12-01
0