Di tengah keasyikan mereka mengobrol, tiba-tiba dari kejauhan terlihat sekelompok orang datang menghadang mereka.
"Helo manis," kata salah satu preman itu sambil menggoda Netra. Dengan sigap Sandy dan Radit melindungi Netra dari para preman itu dan kebetulan mereka berdua ahli bela diri sehingga tidak terlalu sulit bagi mereka untuk melawan.
Namun, salah satu dari preman itu membawa pisau dan menggoreskannya ke tangan Sandy. Walau berhasil mengelak, namun Sandy tetap terluka karena goresan pisau itu.
"Sandyy..." Teriak Netra. Namun, ia seperti kehilangan kesadaran dan terjatuh.
*****
"Ugh kepalaku sakit. Dimana aku sekarang?" pikir Netra sambil melihat ke sekelilingnya. Ia sekarang berada di tempat yang bahkan ia tidak ketahui. Gelap. Semuanya gelap.
"Sandy! Radit!" Hey kalian dimana? Jangan tinggalin aku sendiri di sini." Netra mulai merasa takut namun ia tetep mencoba menyusuri jalan. Tiba-tiba ia seperti berpindah ke suatu tempat. Bau anyir darah tercium dari hidung Netra.
"Bau darah? Apa yang terjadi?" pikir Netra. Dari kejauhan ia melihat ada sesosok anak kecil yang sedang bermain-main. Tapi ada yang mengganjal di pikiran Netra.
"Hah? Apa yang anak kecil itu pegang? HAH pisau!!" Sesegera mungkin Netra berlari menuju anak kecil tersebut. Posisi anak itu masih membelakangi Netra. Namun, saat Netra mulai mendekat anak itu tiba tiba berbalik menodongkan pisaunya ke arah Netra sambil tersenyum menyeringai.
"Aaaa....!!" Netra berteriak dan terbangun. Sandy dan Radit dengan segera menghampiri Netra.
"Hey apa yang terjadi? Mengapa kau berteriak?" tanya Radit. Tidak dapat dibohongi, wajah Radit dan Sandy seperti orang yang takut namun khawatir.
"Hosh..hosh..hosh..itu tadi anak kecil ada anak kecil yang seperti ingin membunuhku. Hosh..hosh..hosh..untunglah itu semua mimpi." Napas Netra masih terengah-engah seperti orang yang habis lari.
"Ini minumlah." Sandy memberikan segelas air ke Netra.
"Oh ya, kau tidak apa-apa? Dan boleh aku bertanya ini dimana?" Netra baru sadar ia berada di tempat yang tidak ia kenali.
"Iya untungnya Sandy tidak apa-apa, hanya terluka gores sedikit. Oh iya ini di rumah Sandy. Sandy ini emang tinggal sendiri karna kedua orang tuanya hmp hmp..." Sandy langsung menutup mulut Radit. Memang Sandy tidak pernah suka membicarakan tentang kedua orang tuanya kepada siapa pun, kecuali Radit.
"Oh syukurlah kalo seperti itu. Oh ya sebaiknya aku pulang sekarang, nenek pasti sudah menunggu." Netra langsung beranjak bangun dari kasur. Karena kepalanya masih pusing ia pun oleng. Dengan segera Sandy dan Radit langsung menahannya agar tidak jatuh.
"Biar aku dan Sandy antar. Kita gatau bakal ada kejadian apalagi nanti." Radit menawarkan bantuan. Netra tidak bisa menolak. Ia setuju dengan perkataan Radit karena baru saja ia merepotkan kedua orang ini, bagaimana jika mereka tidak ada tadi? Mungkin Netra sudah dibawa pergi oleh preman-preman itu, pikirnya.
"Alamat rumahmu dimana?" tanya Radit.
"Jalan Keindahan V No. 8," jawab Netra.
"Hah? Serius? Kalo begitu kita bakalan jadi tetangga. Rumahku juga di daerah sana. Dari rumah Sandy juga itu sangat dekat, paling 5 menit perjalanan. Sandy sepertinya kamu istirahat saja di rumah, biar aku yang mengantar Netra pulang karna kebetulan kita searah, jadi sekalian aku pulang juga," kata Radit.
"Hm baiklah. Kalian baik-baik ya di sana. Kalo ada apa-apa langsung hubungi aku ya Dit." Sandy masih cuek seperti biasanya, namun kali ini ia sedikit tidak terima dengan kata-kata sahabatnya itu. Netra segera berpamitan dengan Sandy dan pergi bersama Radit.
"Hah mikir apa sih aku," pikir Sandy sambil melihat sahabatnya berjalam beriringan dengan orang yang baru ia kenal. Sandy akhirnya masuk ke rumahnya setelah sosok mereka sudah tidak terlihat.
Radit dan Netra akhirnya sampai ke rumah Netra.
"Terima kasih sudah mengantarkanku, aku tidak menyangka ternyata sedekat ini. Oh iya, kamu mau masuk dulu?" Netra berterima kasih ke Radit yang sudah menemaninya pulang dan menawarkan Radit untuk singgah sejenak di rumahnya itu. Namun, Radit menolaknya dan berkata
"Mungkin lain kali aku akan berkunjung ke rumahmu dengan Sandy juga."
"Oh baiklah, sekali lagi terima kasih ya," kata Netra.
"Oh ya Netra, mulai besok kamu akan berangkat ke sekolah bersamaku dan Sandy ya," kata Radit sambil pergi menuju rumahnya.
"Hah?" Netra kaget. Wajahnya memerah. Apa yang terjadi sekarang? Ia tidak pernah punya teman dan selalu sendiri. Sekarang ada dua pria tampan yang bahkan sudah ia repotkan dan tetap mau berteman dengannya, pikirnya.
"Ah tidak-tidak, ini pasti karna jarak rumah kami yang berdekatan." Netra mencoba berpikir yang lain sambil masuk ke rumahnya.
"Rara, darimana saja kamu, Nak. Nenek sangat khawatir karna Rara terlambat pulang," kata Nek Sari, neneknya Netra segera memeluknya.
"Rara gapapa nek, tadi di jalan pulang ada preman yang menghadang tapi sekarang Rara gapapa kok nek." Netra selalu nyaman berada di pelukan neneknya itu.
"Hah, preman? Serius Rara tidak apa-apa kan?" Neneknya merasa khawatir dan langsung mengecek keadaan cucunya itu.
"Nek Rara gapapa, serius deh. Umm cuma tadi Rara seperti bermimpi aneh." Netra menceritakan keseluruhan kejadian tadi.
"Itu telah bangun lagi," gumam neneknya.
"Hah? Ada apa nek?" Netra mendengar Nek Sari bergumam namun tidak tahu apa.
"Ah tidak-tidak sekarang Rara harus minum obat dulu ya, pasti Rara pusing sekali kan." Nek Sari langsung mengalihkan pembicaraan sambil mencari obat Netra.
"Istirahat juga, Rara pasti lelah," Kata neneknya sambil memberikan obat dan air minum ke Netra.
"Baiklah nek," kata Netra setelah meminum obat tersebut.
"Oh iya tadi siapa nama anak yang bersama Rara? Radit dan Sandy ya?" tanya Nek Sari.
"Iya nek, benar. Dan besok Rara akan pergi ke sekolah bersama mereka. Nenek gausah khawatir lagi ya sama Rara," kata Netra sambil pergi ke kamarnya.
"Aku harus bertemu mereka. Pasti mereka telah tau sesuatu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Noejan
mampirrr
2021-04-21
1
Senja Cewen
Mimpi yang menakutkan...
Masih nyimak...
Suami Pusaka (Darkness Heart?
2021-04-02
1