Guru IPA sudah masuk ke kelas dan pelajaran dimulai. Di sela-sela pelajaran, tiba-tiba
PLETAK! Sebuah spidol melayang dari tangan Bu Meri.
"Aww."
"Berani-beraninya kamu tidur saat jam pelajaran saya. Keluar kamu sekarang juga." Bu Meri terlihat marah.
"Umm baik bu."
*****
Netra segera keluar dari kelas. Pengalaman terburuk, pikirnya. Ia baru saja pindah ke sekolah ini dan sekarang harus menerima hukuman karena tidak sengaja tertidur di kelas guru yang paling ditakuti seantero sekolah.
"Bodoh, bodoh, bodoh. Bisa-bisanya aku tidur di hari pertama sekolah di sini. Ada apa sih denganku?" Netra memaki dirinya sendiri sambil berdiri di depan kelas.
"Eh ngapain kamu di depan kelas?" Tiba-tiba Radit menghampiri Netra sambil mengintip ke kelas Netra.
"Oh, aku tau kamu dihukum ya. Kok bisa sih hari pertama masuk malah kena hukuman. Haha." Radit menggoda Netra. Netra hanya diam saja. Air matanya mulai menggenang mengingat mimpi singkat yang tadi ia alami.
"Hey hey. Ada apa? Kamu bisa cerita ke aku. Kebetulan di kelasku sedang jam kosong dan aku ingin pergi ke kantin. Mau ikut?" Radit sadar bahwa Netra sedang tidak baik-baik saja dan membujuknya untuk bercerita padanya.
Di sisi lain, terlihat Sandy yang menatap ke arah jendela melihat Radit dan Netra yang sedang mengobrol. Sandy hanya menghela napas.
"Ada apa dengannya sampai ia tertidur di hari pertamanya bersekolah di sini?" pikir Sandy.
Sementara itu, Netra akhirnya mengiyakan untuk ikut ke kantin bersama Radit. Ia pikir mungkin ia butuh istirahat sejenak dan menyegarkan pikirannya.
Sesampainya di kantin, Radit membelikan Netra minuman dan mencoba menenangkan Netra yabg terlihat sedih. Netra hanya diam saja sambil berpikir apa yang terjadi pada dirinya. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Netra melamun dan mencoba mencerna seluruh mimpinya tadi.
Flashback
"Huhu. ibu, ayah bangun." Terlihat anak kecil dengan pakaian berlumuran darah menangis melihat kondisi kedua orang tuanya. Netra mencoba menghampiri anak itu, namun ia ternyata tidak dapat menyentuh anak itu.
Tiba-tiba Netra berpindah ke lain tempat. Ah itu Neneknya. Ia melihat neneknya yang sedang menangis di depan jasad ibu dan ayahnya. Air mata Netra yang sedari tadi tertahan langsung tumpah melihat kedua orang tuanya yang sudah terbujur kaku. Tapi, anehnya, ia bahkan tidak melihat dirinya sendiri di sana.
Netra langsung dibawa lagi ke pemandangan masa kecilnya. Ia bermain-main di taman bersama kedua orang tuanya. Keluarga kecil yang sangat bahagia, pikirnya. Netra mencoba mendekati kedua orang tuanya. Saat ia mendekatinya tiba-tiba bola datang dari kejauhan dan mengenai kepalanya hingga ia terbangun dari mimpinya itu.
"Hey, ceritakan saja. Kalo dipendam sendiri pasti akan sangat berat. Mungkin kamu bisa mulai cerita kenapa kamu pindah ke sini atau apa yang terjadi pada dirimu sampai kamu tertidur di kelas." Radit membuyarkan lamunan Netra dan membujuknya supaya mau berbagi cerita.
"Umm.. aku tidak apa-apa. Mungkin hanya kelelahan saja. Aku baru pindah kemaren ke kompleks perumahan sini dan semalaman membantu nenek membereskan segala keperluan rumah." Netra menjelaskan ke Radit tanpa ada kebohongan.
Memang betul Netra baru saja pindah dan ia membantu neneknya untuk berbenah rumah karena tidak tega melihat neneknya bekerja sendirian walau sebenarnya neneknya sudah menyuruhnya untuk beristirahat karena besoknya ia harus masuk ke sekolah.
"Oh begitu. Ngomong-ngomong boleh aku main ke rumahmu? Kebetulan rumahku juga di kompleks perumahan sini dan aku bisa ajak Sandy. Kalo sendiri nanti nenekmu berpikir yang tidak-tidak. Haha." Radit mencoba membuat Netra tersenyum. Netra yang melihat Radit tertawa akhirnya tersenyum dan mengiyakan tawaran Radit.
Padahal ia baru mengenal Radit tapi entah mengapa ia seperti sudah lama mengenalnya. Kepribadian Radit yang menyenangkan membuat siapapun yang berada di dekatnya menjadi nyaman.
Tidak terasa bel berbunyi yang menandakan sekolah sudah selesai. Netra dan Radit kembali ke kelas untuk mengambil tasnya. Terlihat banyak anak dari kelas Netra yang mencibir Netra ketika dia hendak masuk ke kelas.
"Padahal murid baru, eh udah kena hukuman aja. Pasti dia pindah juga gara-gara di DO dari sekolah lamanya. Haha." Netra mendengar semua cibiran itu dan berusaha untuk tegar dan menahan amarahnya. Ia tidak mau berurusan dengan ruang BK di hari pertamanya bersekolah. Terkena lemparan spidol dari guru IPA tadi sudah cukup membuatnya malu untuk bersekolah.
Saat ia mengambil tasnya, Radit masuk ke kelasnya untuk menghampiri Sandy. Netra yang awalnya berpikir bahwa Radit akan menghampirinya tersadar.
"Huft. Radit itu kan memang ramah ke semua orang buat apa aku berharap Radit hanya baik kepadaku," pikir Netra.
"San, kita main yuk hari ini. Kan kebetulan kamu sedang kosong gaada jadwal les. Niatnya sih mau ke rumah Netra. Ya kan, Net?" ucap Radit sambil melirik ke arah Netra.
"Ah iya, tadi Radit udah minta izin buat datang ke rumahku. Kalo kamu mau ikut boleh kok San." Lagi-lagi Netra terlihat canggung di hadapan Sandy. Sangat terlihat wajahnya yang memerah ketika Sandy mengiyakan ajakan Radit. Mereka bertiga akhirnya sepakat untuk main di rumah Netra.
Radit adalah orang satu-satunya yang Sandy tidak pernah tolak ajakannya. Kemanapun Radit pergi, disitu pasti ada Sandy. Radit dan Sandy memang sedekat itu bahkan jika bisa dibilang mereka seperti anak kembar yang tidak dapat dipisahkan.
"Umm, kalian gapapa kan kalo jalan kaki ke rumahku? Atau kalian ingin naik kendaraan umum?" tanya Netra. Ia memang sudah terbiasa berjalan kaki saat pergi dan pulang sekolah. Baginya, berjalan kaki dapat membantunya melihat dunia lebih luas. Ia dapat melihat segala hal dengan berjalan kaki.
"Gapapa kok Net, kita berdua juga biasa jalan kaki buat ke sekolah," jawab Radit.
Mereka setuju untuk berjalan kaki ke rumah Netra. Sepanjang perjalanan, Radit bercerita tentang persahabatannya dan Sandy yang memang sudah terjalin saat mereka duduk di taman kanak kanak. Netra yang mendengarkannya kagum dengan persahabatan mereka, ia bahkan tidak memiliki teman dekat karena harus selalu berpindah-pindah rumah.
Di tengah keasyikan mereka mengobrol, tiba-tiba dari kejauhan terlihat sekelompok orang datang menghadang mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Senja Cewen
Hari pertama masuk sekolah malah kena hukuman.
Suami Pusaka (Darkness Heart)
Kangen masa sekolah...
2021-04-02
1