“Benarkah Gabby apa yang dikatakan kekasihku?” tanya Danzel.
“Ti ....” Gabby meringis karena kakinya sengaja diinjak oleh Diora. Diora tersenyum simpul memberikan kode gelengan kepala ke arah sahabatnya yang pasti akan mengatakan dengan jujur. “Tidak salah lagi,” jawabnya meringis.
Danzel tahu ada sesuatu yang tak baik-baik saja. Namun dia tak ingin mencecar Diora, jika dia lakukan itu akan menyakiti hati Diora karena menganggap tidak mempercayai kekasihnya. Ia lebih memilih memberi perintah kepada Steve untuk mencari tahu kebenarannya.
Diora yang dia kenal tidak akan suka dengan barang branded, diberi saja ia pasti akan menolak. Apa lagi membeli sendiri pasti tidak mungkin. Itulah sebabnya Danzel sangat setia dan menghargai kekasihnya, sebab Diora wanita yang berbeda. Sederhana, mandiri, cantik alami, dan tidak gila harta seperti kebanyakan wanita.
“Kenapa bisa ada tuan Danzel disini?” tanya Gabby disaat Danzel dan Steve ke toilet.
“Memang tujuanku ke sini bertemu dengannya ... dia yang menelfonku untuk bertemu sebelum terbang ke Amsterdam melakukan perjalanan bisnisnya lagi,” jawab Diora.
Perbincangan mereka pun terhenti ketika waiters mengantarkan makanan yang sudah dipesan Danzel.
“Terima kasih.” Diora tersenyum ramah kepada waiters laki-laki setelah meletakkan hidangan.
“Hei ... jangan tersenyum seperti itu ... nanti dia bisa terbang ke angkasa,” seloroh Danzel baru datang dari toilet. Ia tidak cemburu, sebab keposesivan akan membuat hubungan mereka tak sehat dan tidak ada rasa saling percaya satu sama lain. Hanya ada kekangan semata, Danzel tidak mau itu.
“Tak apa ... dia tidak perlu membeli tiket pesawat lagi jika bisa terbang ke angkasa hanya dengan senyumanku,” kelakar Diora. Memberikan piring berisi lamb steak kesukaan Danzel yang sudah ia iris dagingnya.
“Kau memang calon istri terbaik, tidak sabar menunggumu lulus kuliah,” puji Danzel. Bisa saja ia langsung menikahi Diora saat ini juga, namun dia tidak mau egois hanya mementingkan diri sendiri. Ia menghargai keputusan Diora untuk menyelesaikan pendidikannya terlebih dahulu.
“Kesukaanmu.” Danzel balik memberikan lasagna dengan saus bolognaise dan tambahan mozarela.
“Hatiku yang berdebu ini, iri melihat keromantisan kalian,” celetuk Gabby.
“Steve, kau mau menjadikannya istri keduamu?” tanya Danzel. Ia hanya bercanda tidak bersungguh-sungguh.
“Tidak tuan, istri pertamaku pasti akan ditindas olehnya,” jawab jujur Steve.
“Aku juga tidak sudi menjadi istri seseorang yang beristri,” balas Gabby melengos.
“Kita jadi makan tidak? Atau mau bercanda terus?” tanya Diora kesal. Cacing di perutnya sudah berdemo tapi ia masih memiliki etika ketika makan bersama, maka tidak boleh mendahului.
“Lihat tuan putriku mulai bisa kesal sekarang.” Danzel mengusap lembut pipi kekasihnya yang tanpa make up.
Mereka pun akhirnya makan dengan keheningan, hanya ada suara dentingan sendok, garpu, dan pisau. Adab makan yang mereka junjung tinggi, tentu saja Danzel yang mengajarkan itu kepada mereka. Ia tak suka berbicara ketika makan, bisa membuat makanan salah masuk saluran pernafasan bukan saluran pencernaan jika sedang sial.
Setelah selesai makan, barulah mereka mulai berbincang kembali.
“Diora ... ada rekan bisnisku yang membutuhkan jasa arsitek, aku sudah memberikannya berbagai contoh desainmu kepadanya dan dia setuju menggunakan jasamu. Apakah kau mau menerimanya?” Bohong Danzel. Itu hanya akal-akalannya saja untuk mengganti uang yang dipinjam oleh si rubah dan dikembalikan dengan barang. Informasinya didapat oleh Steve dan disampaikan ketika mereka beralibi ke toilet. Ia terpaksa berbohong, sebab Diora tak akan mau mendapatkan uang tanpa mengeluarkan keringatnya. Ia juga melakukan itu karena tahu orderan jasa arsitektur Diora sedang sepi.
“Benarkah?” Wajah Diora nampak berbinar mendengar kabar baik itu.
“Tentu saja, sejak kapan aku berbohong denganmu,” kilah Danzel.
“Aaa ... tentu saja aku dan Gabby akan menerimanya.” Diora diselimuti rasa bahagia dengan reflek bangkit dari duduknya dan memeluk Danzel. Danzel pun tak akan menolak dipeluk, ia balas pelukan itu.
Sementara itu di sudut tempat duduk yang sangat terpojok, seorang pria tengah terbakar api cemburu. “Nikmatilah kebersamaan kalian, sebelum aku mengambilnya.” Seringai licik terukir di wajah tampannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Astri
aduh bgini to cara papa davis dpt mom dior pd masax🤣
2024-05-04
0
Bebby_Q'noy
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-02-19
0
chan
😂😂😂
2023-08-11
2