"Lebih baik aku duduk di sini saja. Menunggu mas Agra yang sedang mandi. Siapa tahu saja mas Agra juga belum makan. Karena kita yang tidak memiliki cukup uang." Ujar Melati.
Melati masih duduk di ruang tamu dengan setia nya menanti suaminya keluar dari kamar mandi. Karena ia berpikir bahwa Agra belum tentu sudah makan malam. Mengingat mereka yang tidak memiliki apapun dan keluar dari rumah Briantara tanpa membawa apa-apa.
"Kamu itu memang keren Agra. Dan kamu pasti bisa melewati semua ini tanpa bantuan Papa kamu. Begitupun dengan dunia perkuliahan kamu, kamu harus bisa tunjukkin bahwa kamu bisa lulus di tahun ini." Ujar Agra menyemangati dirinya sendiri.
Agra Briantara yang saat ini berada di depan layar kaca, ia mencoba menyemangati dirinya sendiri untuk bisa membukatikan bahwa ia mampu tanpa bantuan papa nya, Briantara. Dan ia akan menunjukkan kepada semua orang terutama papa nya, bahwa ia mampu memenuhi keinginan papa nya yaitu lulus kuliah di tahun ini.
"Kenapa kamu belum makan nasinya?" Tanya Agra kepada Melati dengan acuh.
"Aku, aku lagi nungguin mas Agra. Siapa tahu saja mas Agra juga belum makan malam...." Terhenti.
"Oh, jadi kamu berpikir bahwa kamu akan makan berdua saja denganku jika aku belum makan malam. Jangan bermimpi dan jangan berharap kalau aku mau makan berdua sama kamu." Sela Agra.
Lagi dan lagi sikap keras hati Agra ia tunjukkan dihadapan Melati. Dan tanpa ada rasa perduli ia meninggalkan Melati yang sedari tadi sudah setia menantikan kehadirannya.
"Kenapa sih, hidup aku sesial ini setelah mengenal gadis bertopeng itu. Malah sekarang, aku terjebak pernikahan terpaksa dengannya. Bagaimana aku bisa menjelaskan kepada Bungan tentang semua ini?" Gerutu Agra.
Agra masih berpikir bahwa pernikahan yang ia jalani dengan Melati adalah pernikahan terpaksa baginya. Bahkan sampai detik ini pula, Agra Briantara belum melihat wajah elok Melati yang tertutup dengan selembar kain yang dinamakan cadar. Karena dari malam pertama yang seharusnya mereka berdua saling menatap muka dan melakukan hal lain yang romantis. Namun, pada kenyataannya mereka tidak melakukan itu. Dan bahkan mereka tidak satu ranjang.
"Alhamdulillah, akhirnya aku selesai juga makan malamnya. Mavaf kan lah aku Ya Allah Ya Robb, jika aku makan sendirian tanpa ada suamiku di sisiku. Bukan aku tidak mau menjadi istri yang sholehah, tapi rasa itu tidak ada dalam diri mas Agra, suamiku. Ya Allah Ya Robb, semoga engkau bukakan pintu hati suamiku untuk menerimaku didalam rumah tangganya." Ungkap Melati dengan do'a nya.
Do'a dan harapan yang selalu Melati jadikan kekuatan. Melati dengan setianya tetap bertahan untuk menanti keajaiban. Di mana rasa perduli dari dalam diri Agra, suaminya itu di tunjukkan dihadapannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Suara adzan pun tengah berseru dengan lantangnya. Di mana menunjukkan bahwa sudah tiba waktunya untuk sholat isya'.
"Tok... Tok... Mas Agra, boleh kah Melati masuk?" Tanya Melati dengan lembut.
Tak ada jawaban dari dalam ruangan itu. Agra Briantara masih membisu tanpa ada kata satu pun yang terolantar dari mulutnya untuk membalas ketukan dan panggilan Melati. Sehingga Melati mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar. Dan Melati memutuskan untuk mencari mushola terdekat agar bisa melaksanakan sholat isya' di malam itu.
"Akhirnya, kamu menyerah juga kan memanggil manggil namaku. Aku memang sengaja tidak bersuara agar kamu berpikir bahwa aku sudah tidur. Biar kamu tahu rasa gadis bertopeng, kalau aku tidak mau satu ruangan bersama kamu. Masa bodoh deh, nanti kamu mau tidur dimana. Aku tidak perduli." Ujar Agra dengan ke egoisannya.
Agra Briantara menjadi semakin tidak perduli dengan Melati. Padahal iya tahu, bahwa Melati adalah istri yang dipilikan oleh kedua orang tuanya untuk mendampinginya dalam keadaan apapun. Termasuk saat ini. Menemani nya dalam keadaan tidak memiliki apa-apa. Namun, karena kekerasan di dalam hati nya belum terluluhkan, sehingga membuat rasa empati nya terhadap Melati masih belum ada.
"Mumpung aku berada di kamar sendirian, lebih baik aku mengerjakan sekripsiku saja. Aku harus bisa menunjukkan kepada papa bahwa aku bisa tanpa bantuan siapapun." Ungkap Agra penuh dengan rasa semangat.
Antusias dan ketekatan dalam diri Agra tengah berlangsung pada malam itu. Rasa penuh semangat menyelimuti dirinya dan ia ingin konsisten dalam mengerjakan sekripsinya. Agar papa nya tahu bahwa ia mampu mewujudkan keinginan papa nya itu tanpa bantuan orang lain.
"Untung saja ada Dion yang mau meminjamkan laptopnya untuk ku dalam mengerjakan sekripsi pada malam ini." Ucap Agra sambil tersenyum.
Malam itu Agra dipenuhi dengan keseriusannya dalam mengerjakan Sekripsinya. Namun ternyata, ia kesulitan dalam mengerjakan sekripsinya itu. Sehingga ia merasa kesal terhadap dirinya sendiri. Dan rasa kecewa sedang menghantuinya. Karena ia takut, ia tidak mampu lulus di tahun ini.
"Ternyata sesulit ini kah mengerjakan sekripsi? Padahal aku sudah berjuang mati-matian untuk mendapatkan kepercayaan papa lagi. Tapi, jika begini jadinya bisa-bisa aku tidak lulus di tahun ini. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Masak iya Agra Briantara tidak bisa mengerjakan sekripsi seperti ini. Ayo Agra, kamu pasti bisa!" Gumam Agra yang menyemangati dirinya sendiri.
Agra Briantara masih tidak ingin menyerah. Ia tetap berusaha dengan menguras pikirannya untuk mendapatkan nilai yang baik, agar di tahun ini ia dinyatakan lulus. Dan menjadi kebanggaan papa nya.
****
Setelah usai sholat isya' di mushola terdekat, Melati bergegas untuk kembali pulang. Namun, saat dalam perjalanan menuju ke rumah kontrakannya ia mendapati masalah. Yang membuatnya harus sedikit terlambat untuk pulang.
"Bruukk!" Suara tubuh yang terjatuh.
Ya, Melati mendapati musibah. Ia tabrakan dengan seseorang yang membuatnya jatuh ke tanah dan merintih kesakitan. Namun, ia dengan segera berusaha untuk bangun dan segera berdiri kembali.
"Ma'afkan aku! Aku sudah bersalah menabrak kamu." Ujar seseorang itu meminta ma'af.
Berhubung Melati tahu dengan siapa ia tabrakan, ia langsung menundukkan pandangannya tanpa melihat wajah lelaki yang berada dihadapannya itu. Dan Melati dengan sopannya membalas permintaan ma'af dari lelaki itu.
"Seharusnya saya yang meminta ma'af. Karena saya berjalan dengan kurang hati-hati." Balas melati.
"Melati! Kamu bukan kah Melati?" Tanya Lelaki itu memastikan.
"Emm... Iya, aku Melati." Jawab Melati dengan singkat.
Karena merasa tidak enak meninggalkan suaminya dan pergi tanpa berpamitan membuat hati Melati menjadi gelisah. Sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan lelaki yang berada dihadapannya tanpa mengetahui siapa dia. Dan sebelum pergi seperti biasa, di mana Melati selalu berucap salam.
Malam kian semakin melarut. Perjalanan antara rumah kontrakan Melati dengan mushola tadi sekitar 15 menit. Karena ada kendala tadi, sehingga Melati terlambat pulang. Dan saat ini jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam. Namun, suasana sekitar kontrakan masih terlihat ramai. Sehingga Melati tidak merasa ketakutan saat melintas di sekitar kontrakan yang masih asing bagi nya.
Akhirnya sampai juga Melati di tumah kontrakannya. Lalu, ia membuka pintu sambil mengucapkan salam. Namun, tidak ada sahutan dari Agra. Sehingga Melati memutuskan untuk membuka pintu kamar tanpa meminta ijin dari suaminya itu.
Dan setelah melihat bagaimana keadaan suaminya di dalam kamar, ternyata ia mendapati suaminya yang sudah tertidur di atas kasur. Karena merasa penasaran dengan kertas yang berserakan di atas kasur, Melati memutuskan untuk mendekati dan melihat kertas itu.
"Jadi, kamu tadi sedang sibuk mengerjakan sekripsi ya mas. Sampai-sampai kamu ketiduran dan terlihat bahwa kamu begitu lelah. Ingin sekali aku memijat dibagian tubuh mu yang terasa lelah. Tapi itu tidak lah mungkin. Dan yang mungkin sekarang, aku ataupun kamu tidak akan pernah berbicara baik selayaknya suami istri." Ujar Melati.
Melati telah memandangi wajah lelah Agra tanpa sepengetahuan Agra. Dan selembar kertas tentang tugas sekripsi yang belum selesai, Melati memutuskan untuk membantu Agra dalam menyelesaikan tugasnya itu.
"Aku rasa aku harus membatu mas Agra dalam menyelesaikan tugas sekrpsinya. Karena aku tidak mau jika mas Agra kena marah lagi dari papa." Putus Melati.
Akhirnya, begadang pun Melati mulai. Menguras pikiran untuk mengerjakan tugas sekripsi yang bukan jurusannya. Untung saja ada bantuan mbah google, jadi mempermudah Melati untuk mengetahui tentang jurusan yang suaminya ambil itu.
Jam sudah menunjukkan tepat jam 12 malam. Namun Melati masih bertahan dalam membantu suaminya itu. Meskipun rasa kantuk menyelimutinya. Dan sesekali kedua matanya terpejam dengan sejenak. Tapi, Melati tidak mudah menyerah seperti Agra, suaminya itu. Ia tetap membuka kembali kedua matanya untuk tetap bisa mengerjakan tugas itu. Dan sampai akhirnya entah jam berapa ia dapat menyelesaikan tugas itu. Rasa kantuk yang tidak dapat ia tahan pun kini membuatnya terpejam dengan nyenyaknya di atas sofa kecil sambil membungkukkan kepalanya di atas meja. Mungkin bagi kita semua itu posisi tidur yang tidak baik, namun harus bagaimana lagi. Karena kantuk berat yang dialami Melati tidak dapat tertahan dan akhirnya, ia tertidur di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Perjuangan cinta Tuan Muda
syuka ceritamu kak. 3 like lg dariku. dkunganku utkmu. salam dari Asisten Pribadi Tuan Muda.
2021-04-12
0