Melati yang melihat tingkah Agra yang seakan malu-malu untuk mengakui bahwa ia memang sangat menginginkan sekali nasi goreng yang sudah tersedia di meja makan.
"Sudah-sudah, sekarang lebih baik kita makan saja. Daripada ribut-ribut seperti itu." Ujar Alya.
Semuanya kembali terfokuskan dengan makanan sarapan pagi mereka yang sudah di masak oleh Melati. Dan seperti biasa, Melati menyiapkan makanan untuk Agra sarapan.
"Biar aku ambilkan makanannya mas," ujar Melati sambil mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng yanh sudah ia buat tadi.
"Gadis bertopeng ini, selalu saja sok cari perhatian di depan Mama dan Papa lagi." Gumam Agra di dalam batinnya.
Setelah usai mengambilkan sarapan untuk Agra Melati mengambil kursi untuk ia duduk dan ikut bergabung bersama yang lain untuk sarapan. Dan seperti biasa, di mana di saat keluarga Briantara sedang menikmati makanan nya di meja makan, tidak ada satu orang pun yang akan mengeluarkan suara mereka.
Akhirnya usai juga mereka semua dalam mengisi perut mereka. Dan sekarang semuanya telah disibukkan oleh aktifitas mereka masing-masing.
Briantara harus kembali bekerja di kantornya. Alya harus datang ke sekolah untuk mengurus beberapa hal yang menyangkut tentang Casandra. Sedangkan Casandra, ia ikut dengan mama nya itu. Dan Melati, ia sibuk untuk mengerjakan sekripsi nya, agar ia dapat lulus di tahun ini. Kalau Agra, dia keluar dari rumah dan tidak tahu kemana dia pergi.
"Mas Agra mau kemana?" Tanya Melati.
"Bukan urusan kamu." Jawab Agra singkat dan dengan sikap dinginnya.
"Iya, memang bukan urusan aku. Tapi, bukan kah mas Agra seharusnya juga mengerjakan sekripsi agar bisa lulus tahun ini?" Ujar Melati dengan lembut.
"Terserah aku, aku mau mengerjakannya hari ini, nanti atau besok. Dan itu bukan urusan kamu. Sudah lah, aku pergi dulu." Balas Agra.
"Tunggu mas Agra, aku mau minta ijin untuk meminjam laptop mas Agra boleh? Soalnya aku tidak punya laptop dan aku mau mengerjakan sekripsi aku hari ini." Ujar Melati meminta ijin.
"Terserah kamu!" Balas Agra dengan singkat.
Tanpa ada kata-kata lagi Agra langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Sehingga Melati tidak dapat melihat pundak Agra lagi. Ada rasa penyesalan setelah kepergian Agra dari diri Melati. Di mana ia tidak mencium telapak tangan suaminya sebelum suaminya melajukan motor yang telah dikendarai nya tadi.
"Astaghfirullah hal azim, kenapa aku bisa lupa sih. Tadi kan aku belum mencium telapak tangan mas Agra. Dasar bodoh sekali kamu Melati." Ucap Melati penuh penyesalan.
Melati selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik bagi Agra. Tapi, rasa perduli atau rasa untuk menghargai saja tidak pernah ada dalam diri Agra. Bahkan Agra selalu bersikap dingin kepadanya.
****
"Sayang, aku sudah ada di depan rumah sakit. Keluar lah dam temui aku." Ujar Agra yang mengirim pesan kepada kekasihnya.
Ya, ternyata Agra pergi ke rumah sakit untuk menemui kekasihnya itu. Bunga, dia adalah nama dari kekasih Agra. Bunga Maharani, gadis yang berwajah elok dengan tubuh yang tinggi sekitar 175cm, memiliki rambut yang bergelombang nan indah dan di tambah lagi memiliki poster tubuh yang indah, di mana ada setiap lekukan dalam tubuhnya itu.
"Hai Agra, ma'af ya jika kamu sudah menunggu lama." Ujar Bunga melalui bibir tipisnya.
"Tidak apa-apa kok. Aku kan selalu setia menunggu kamu sayang," balas Agra penuh pengertian.
Kedua pasangan itu saling berjumpa. Memadu kasih bersama dan meluapkan rasa rindu yang sudah beberapa hari tidak saling berjumpa. Dan hari itu adalah hari pertama kali mereka berjumpa kembali setelah Agra sudah menjadi suami wanita lain. Namun, Bunga tidak mengetahui akan hal itu.
"Lihat lah Melati, aku kini sedang bersama kekasih hatiku tanpa sepengetahuan kamu. Dan aku akan menunjukkan bahwa aku memang tidak menyukai kamu sebagai istri terpaksaku." Gumam Agra di dalam hatinya.
Agra masih tidak memiliki rasa peduli terhadap Melati. Bahkan kini ia menemui Bunga tanpa bilang apa-apa kepada Melati. Dan Agra juga memberikan segalanya untuk Bunga. Termasuk juga seluruh cinta nya dan apapun yang di minta Bunga, selalu saja ia penuhi dengan sepenuh hati. Tapi kali ini tidak, karena Agra tidak memiliki uang sepeser pun untuk memenuhi semua apa yang di minta oleh Bunga.
"Masak kamu tidak bisa membelikan apa yang aku minta tadi sih sayang," rengek Bunga.
"Ma'afkan aku Bunga, bukan nya aku tidak mau membelikan apa yang kamu minta, tapi semua aset keuanganku sedang di sita sama papa aku. Jadi, aku harap kamu mengerti itu ya!" Ujar Agra meminta pengertian.
"Ya sudah, lebih baik kita tidak usah ketemuan saja mulai hari ini. Percuma saja jika kita ketemuan tapi kamu tidak bisa membahagiakan aku." Ujar Bunga mengancam.
"Jangan begitu dong sayang! Ok, aku akan meminta papa untuk segera mengembalikan semuanya. Kamu jangan marah lagi ya!" Rayu Agra.
Tanpa berucap Bunga langsung pergi meninggalkan Agra begitu saja dan kembali masuk ke dalam rumah sakit untuk menjalankan tugas prakteknya lagi. Sedangkan Agra, ia membunyikan motornya lalu, melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
*****
"Akhirnya, sebentar lagi selesai juga sekripsi nya. Tinggal kirim saja deh nanti." Ucap Melati dengan lirih.
Hari sudah berganti sore. Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 sore. Dengan kecerdasan yang dimiliki oleh Melati, akhirnya Melati mampu mengerjakan tugas sekripsi nya dalam waktu hampir satu hari. Dan sekarang, ia tinggal menunggu hasilnya saja.
"Tok... Tok...!" Suara pintu di ketuk.
Terdengar suara pintu kamar Agra telah diketuk, yang sekarang sudah menjadi kamar Melati juga. Entah siapa yang berada di balik pintu kamar sepasang suami istri itu. Yang membuat Melati penasaran dan ingin segera membuka pintu.
"Eh Mama, ada apa Ma?" Tanya Melati.
"Melati, Mama cuma mau tanya tentang Agra. Di mana dia sekarang? Mengapa Mama sedari tadi tidak melihatnya di rumah?" Alya berbalik bertanya kepada Melati.
Ya, ibu paru baya itu menanyakan keberadaan putra sulungnya saat ini. Karena setelah kepulangannya tadi, ia tidak melihat sama sekali putra kesayangannya itu. Bahkan saat makan siang bersama, Agra juga tidak terlihat batang hidungnya.
"Emm... Mas Agra sudah dati tadi pagi sih keluar Ma. Tapi mas Agra tidak pamitan sama Melati. Jadi Melati tidak tahu dimana mas Agra sekarang." Jawab Melati dengan kejujurannya.
Saat ibu mertua sedang mengobrol bersama dengan menantu nya itu, tiba-tiba terdengar suara motor yang tak lain itu adalah motor milik Agra. Seketika Alya dan Melati bergegas menuju ke depan rumah untuk menemui Agra. Dan setelah tiba di depan rumah, ternyata kedatangan Agra bersamaan dengan Briantara.
"Bagaimana ini, kenapa bisa mereka pulang bersamaan. Bagaimana jika Papa memarahi Briantara jika ia tahu bahwa Briantara seharian tidak di rumah dan tidak pamit pula dengan Melati. Jangan sampai itu terjadi." Gumam Alya dalam batinnya.
Jelas rasa takut menghampiri Alya. Karena sifat angkuh, keras dan dingin yang selama ini Briantara, suaminya tunjukkan. Bahkan putra sulung nya juga memiliki sifat yang sama. Dan jika Briantara tahu bahwa Agra baru saja menemui Bunga, kekasih Agra yang sangat dibenci oleh Briantara, pasti Briantara akan marah besar.
"Assalamu'alaikum mas!" Ucap salam Melati.
Melati tetap berusaha menjadi istri yang sholehah bagi Agra. Dan setelah Melati tahu bahwa Agra sudah pulang, ia langsung bergegas menyambut kepulangan suaminya itu dan menyodorkan tangannya untuk mencium telapak tangan suaminya itu. Namun, lagi-lagi ia dicampakkan oleh Agra. Karena Agra langsung pergi meninggalkan Melati begitu saja tanpa membalas Melati. Sehingga Melati dibuat sedih oleh sikap dan sifatnya itu.
"Tunggu. Papa mau berbicara dengan kamu." Ujar Briantara dengan dingin.
Agra seketika menghentikan langkah kakinya. Dan di dalam dirinya penuh dengan rasa kesal dan curiga. Karena semenjak Melati menjadi istrinya dan menjadi menantu dalam keluarga Briantara, pasti kedua orang tuanya akan membela Melati.
"Baiklah." Balas Agra singkat.
Ketika dua lelaki itu saling berhadapan di ruang tamu, ada rasa kecemasan dalam diri Alya. Karena Alya takut jika apa yang dia pikirkan tadi akan terjadi.
"Kamu dari mana saja? Jawab Papa dengan sejujurnya." Tanya Briantara.
"Agra habis keluar, mencari udara segar." Jawab Agra dingin.
"Heh, apa kamu pikir Papa kamu ini bodoh? Apa kamu tadi tidak sadar bahwa ada yang mengikuti kamu? Dan bukankah kamu tadi bukan sekedar keluar untuk mencari udara segar, melainkan kamu menemui kekasih kamu itu, wanita yang tidak tahu diri." Ujar Briantara dengan amarah.
"Oh, jadi sekarang Agra diawasi oleh Papa? Kenapa sih Pa, Papa memperlakukan Agra seperti tahanan saja? Harus ini itu dan menuruti semua kemauan Papa. Agra capek Pa, Agra cuma mau hidup sesuai kemauan Agra." Ucap Agra membantah.
"Ok, jika kamu mau hidup sesuai kemauan kamu. Pergi dari rumah ini. Jangan pernah kamu menginjakkan kaki kamu di sini." Ujar Briantara dengan amarahnya yang sudah tidak dapat ia bendung.
Briantara benar-benar merasa geram dengan tingkah laku putra nya itu. Yang tidak bisa diatur dan menuruti semua kemauan nya. Bahkan, Agra masih saja menemui Bunga kekasih nya yang sudah ia larang untuk tidak bertemu. Sehingga Briantara kini tidak dapat membendung amarahnya lagi. Bahkan ia merasa geram dengan putra nya itu.
"Papa, kenapa sekarang Papa kembali marah-marah? Kenapa Papa mengusir Agra putra kita? Papa tidak boleh bersikap seperti itu kepada Agra dan Papa juga tidak boleh memgusir Agra dari sini." Cegah Alya.
Dan apa yang ditakutkan oleh Alya akhirnya terjadi. Pertengkaran antara suami dan putra nya kini sedang berlangsung. Bahkan saat Alya mencoba membela Agra, itu akan menjadi sia-sia baginya. Karena apa yang sudah menjadi keputusan Briantara tidak akan ada yang bisa merubahnya.
"Iya Pa, jangan berkata seperti itu kepada mas Agra. Mas Agra mungkin tadi memang menemui kekasihnya, tapi mas Agra juga sudah berpamitan kepada Melati. Bahkan Melati juga mengujinkannya. Jadi, Melati harap Papa tidak mengusir mas Agra dari sini." Sahut Melati membela Agra.
"Tidak Ma, Melati. Aku akan menuruti apa yang dikatakan Papa. Jika aku harus pergi dari rumah ini, aku akan lakukan itu. Dan mulai sekarang, aku tidak akan menginjakkan kaki ku di rumah ini." Ujar Agra dengan keras hati.
Akhirnya, pertengkaran hebat dalam keluarga Briantara tengah berlangsung. Agra sang putra memutuskan untuk meninggalkan rumah kedua orang tuanya. Dengan ke egoisan masing-masing satu keluarga akan berpisah dan terbelah menjadi dua.
"Agra...!" Panggil Alya.
"Mas Agra...!" Panggil Melati.
Agra pergi begitu saja tanpa ada kata yang diucapkannya. Bahkan, saat Alya mama nya berusaha memanggilnya, Agra tetap saja tidak berhenti dan terus melajukan langkah kakinya. Namun, Melati tidak mau tinggal diam. Melati terus mengikuti suaminya kemanapun Agra pergi. Sedangkan Agra tidak memiliki rasa empati kepada Melati, istrinya yang begitu memperdulikan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments