Aroma Pagi Itu

Suara adzan subuh telah berkumandang. Seperti biasa, Melati bangun dari tidurnya untuk membersihkan diri sekaligus menjalankan sholat lima waktu nya.

Tak perlu waktu yang lama untuk Melati berada di kamar mandi. Dan kini Melati sedang bersiap untuk melaksanakan sholatnya. Selembar sajadah telah ia kibarkan di lantai. Sepasang mukena berwarna putih telah ia pakai dengan rapi, sehingga tidak terlihat sehelai rambut pun darinya.

Dua rakaat dipagi hari sudah Melati laksanakan. Begitu twrasa menyegarkan dan menyejukkan bagi Melati setelah menjalankannya. Dan sekarang, ia memakai kembali jilbab dan cadarnya. Sehingga menutupi wajah nya yang begitu cantik rupawan.

Namun sayang, Agra yang sebagai suami nya belum sempat melihat wajahnya itu. Karena semalam Agra sudah tidur terlebih dahulu. Dan sekarang, Agra belum juga terbangun dari tidurnya. Meskipun tadi di waktu subuh Melati sudah berusaha membangunkannya untuk melaksanakan sholat. Namun nyatanya, Agra masih bertahan di kasur empuknya.

Berhubung Agra yang masih tertidur dengan pulasnya, Melati memutuskan untuk segera memakai cadarnya dan beraktifitas di dapur dan memasak beberapa makanan yang akan disiapkan di meja makan nanti untuk sarapan pagi. Untung saja Casandra sudah membuka kunci kamar mereka sebelum tengah malam tiba. Sehingga Agra dan juga Melati tidak mengetahui bahwa mereka semalaman sudah terkunci dikamar itu.

Rumah mewah itu terlihat masih begitu sepi. Karena penghuni rumah itu kebanyakan masih tidur dengan pulasnya di kamar masing-masing. Kecuali para buruh yang bekerja di rumah itu.

"Non Melati, kok sudah bangun sih?" Tanya bik Inah kepada Melati.

"Eh bik Inah. Jangan panggil non dong bik, panggil saja Melati. Iya bik, Melati mau masak untuk sarapan nanti." Jawab Melati dengan sopan.

"Yah non Melati, masak iya suruh panggil namanya saja. Kan nanti bisa di marahin sama Tuan besar. Jangan lah non. Oh iya, memangnya non Melati tidak mengantuk apa jam segini sudah terbangun." Ujar bik Inah sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa bik, Melati malah senang jika dipanggil dengan namanya saja. Emm... Kalau ditanya tidak mengantuk, pasti mengantuk lah bik. Tapi, yang namanya umat islam itu harus segera bangun ketika mendengar suara adzan yang berkumandang dengan serunya. Dan lagi pula, Melati kan sudah menjadi istri orang, jadi Melati harus menjalankan kewajiban Melati sebagai istri dan menantu, yaitu memasak di dapur." Balas Melati dengan memberikan senyuman.

Melati sudah terbiasa hidup mandiri setelah kedua orang tuanya dinyatakan sudah meninggal dunia, tiga tahun lalu. Di mana kedua orang tua Melati mengalami kecelakaan yang pada akhirnya menyebabkan nyawa kedua orang tua Melati tidak dapat ditolong.

Sungguh kisah pilu Melati ia lewati sendirian. Karena tidak ada sanak saudara dari kedua orang tuanya itu. Sehingga ia melewati masa sulit saat ia mengalami kehancuran dan kerapuhan setelah menerima kabar bahwa kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan.

"Wah, wangi sekali non aromanya. Bik Inah sampai tergoda dan ingin mencicipi masakan non Melati." Ujar bik Inah menggoda Melati.

"Hmm... Masak iya begitu sih bik. Pwrasaan biasa saja aroma nya." Jangan memuji Melati seperti itu, nanti takutnya Melati terbang tinggi dan mengalami sakit saat jatuhnya mendadak." Balas Melati dengan senyumnya.

Bik Inah pun tertawa kecil setelah mendengar godaan dari Melati. Di sana, di dapur mewah milik keluarga Briantara pagi itu ada candaan kecil antara pembantu rumah itu dan menantu perempuan Briantara. Dan di sana terlihat keakraban diantara mereka. Melati pun juga tidak berubah menjadi gadis yang sombong dan angkuh setelah menjadi menantu di keluarag Briantara. Justru sebaliknya, ia selalu memberikan senyum yang ramah dan sikap sopan terhadap semua orang yang berada di rumah itu.

Setelah sekitar satu jam berada di dapur, kini akhirnya kesibukan di dapur telah usai. Dan aroma yang menyengat dari masakan Melati membuat semua orang membuka kedua mata mereka untuk segera terbangun, termasuk Agra.

"Aroma menyengat apa ini? Kenapa setelah mencium aroma ini perutku seketika berbunyi dan aku merasakan lapar yang seakan tidak bisa aku tahan. Siapa yang sudah memasak masakan ini? Lebih baik sekarang aku segera beberes, lalu memastikan masakan apa yang sudah tersaji." Ujar Agra tergoda.

Agra pun beranjak dari tempat tidurnya dan segera menuju kamar mandi. Air sower telah dinyalakan, tubuh tegap dan berkulit putih itu pun telah terbasahi oleh sower.

"Segar sekali rasanya." Ungkap Agra.

Saat air sower mengalir membasahi seluruh tubuh Agra, Agra merasakan kesegaran dan ketenangan di dalam jiwa nya pagi itu. Menghilangkan sejenak kepenatan dengan membasahi tubuh mungkin itu cukup baik.

Setelah usai membasahi seluruh tubuhnya, Agra keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menempel pada setengah badannya. Sehingga tubuh tegap nan gagah begitu terlihat dengan jelas bak biaragawan.

"Aaaaaaa...!" Teriak Melati tiba-tiba.

Melati tiba-tiba masuk ke dalam kamar berniat untuk membangunkan suaminya itu, tapi yang dia lihat malah suaminya yang berdiri di depan almari besar yang belum memakai baju. Pantas saja jika Melati terkejut dan langsung membalik kan badannya membelakangi Agra.

Agra menghampiri Melati dan berbicara kepada Melati dengan nada kasar dan sikap dinginnya. Namun Melati selalu sabar menghadapi semua itu.

"Lagi-lagi kamu masuk dengan melakukan hal yang sama. Kalau mau masuk ke kamar itu seharusnya ketuk pintu terlebih dahulu. Atau jangan-jangan kamu memang sengaja seperti itu?" Ujar Agra.

"Ma'afkan aku mas, tapi aku memang tidak sengaja melakukan hal itu. Tadinya aku pikir mas Agra masih tidur, jadi aku berniat untuk membangunkan mas Agra." Balas Melati berusaha jujur.

"Kamu itu memang pintar beralasan. Terserah kamu saja." Ujar Agra.

Setelah mengatakan hal itu, Agra pun pergi meninggalkan Melati yang masih berdiri mematung di kamar.

"Ya Allah, sabarkan aku dalam menghadapi ujian-Mu. Jadikanlah aku istri yang sholehah untuk suamiku. Dan bukakan pintu hatinya untuk menerimaku sebagai istrinya." Do'a Melati.

Melati terus berusaha untuk menjadi istri yang sholehah bagi suaminya. Dia juga mencoba untuk selalu bersabar dalam menghadapi sikap dingin suaminya.

Setelah melepas nafas beratnya, Melati mengikuti Agra, suaminya yang turun ke bawah dan menuju ke meja makan. Dan setelah sampai di ruang makan, Melati mendapati mama mertua, adik iparnya, papa mertua nya serta suaminya yang sudah duduk dengan rapi dan seakan siap untuk menyantap sarapan pagi.

"Selamat pagi semuanya!" Ujar Melati menyapa.

"Pagi sayang," Balas Briantara dengan tersenyum.

"Ayo sayang duduk lah. Kita mulai sarapan bersama nya." Ucap Alya dengan lembut.

"Iya nih mbak Melati, cepetan dong. Nasi gorengnya sangat menggiurkan banget buat Casandra. Apalagi tuh suaminya sendiri, sedari tadi loh sudah melototin nasi gorengnya. Seakan sudah siap untuk menerkamnya." Sahut Casandra menggoda kakaknya, Agra.

Seketika semua orang pun menoleh ke arah Agra. Dan ketika Agra mengangkat kepalanya, ia mendapati semua orang yang sedang menatapnya. Dan Agra berusaha untuk menolak tuduhan Casandra, adiknya itu.

Terpopuler

Comments

Alfia Nita

Alfia Nita

terimakasih kak sudah mampir...

mavaf atas kesalahan dalam ceritanya... Dan saya akan mengusahakan untuk segera merivisi

2021-03-19

1

Neng Cusinovia

Neng Cusinovia

bukan na kamar agra itu dikunci dr luar sama casandra ko melti bisa kluar hhhhh

2021-03-19

1

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Hukuman
3 Masalah Baru
4 Awal Pertemuan
5 Dia Melati
6 Penyelesaian masalah
7 Pencarian
8 Kembalinya Melati
9 Pernikahan Terpaksa
10 Malam Pertama
11 Aroma Pagi Itu
12 Pertengkaran Hebat
13 Tempat Tinggal Baru
14 Begadang
15 Siapa Lelaki Itu?
16 Terciduk
17 Kecelakaan
18 Perjanjian
19 Sandiwara
20 Kegelisahan Melati
21 Kekhawatiran Agra
22 Perdebatan kecil
23 Kemarahan Tanpa Alasan
24 Selembar Kertas
25 Terpesona
26 Hari Penuh Sandiwara
27 Pesan Singkat Yang Menegangkan
28 Ketulusan Melati
29 Ketenangan Jiwa
30 Malam Penuh Kehangatan
31 Rumah Sakit
32 Terbongkarnya Rahasia
33 Perasaan Bimbang
34 Balas Dendam Bunga
35 Hujan Deras Dipagi Itu
36 Keputusan Briantara
37 Sikap Aneh Agra
38 Kehadiran Malik
39 Perasaan Itu?
40 Pengakuan Bunga
41 Di atas Ranjang
42 Tragedi Di pagi Hari
43 Keputusan Melati
44 Setajam Pisau
45 Pilihan Yang Sulit
46 Terbongkarnya Sebuah Kejahatan
47 Tak Mau Kehilangan
48 Ancaman Untuk Briantara
49 Perasaan Yang Sama
50 Ikatan Cinta
51 Kekuatan Cinta
52 Bak Bidadari
53 Keputusan Agra
54 Damai Bersama mu
55 Kejahilan Dipagi Itu
56 Pertemuan Yang Menyakitkan
57 Menyelesaikan Masalah
58 Kejutan Untuk Melati
59 Kepercayaan Briantara
60 Bertatap Muka
61 Kesedihan Malik
62 Orang Tak Dikenal
63 Terombang-ambing
64 Malam Ke Dua
65 Pertemuan Empat Mata
66 Tatapan Sepasang Mata Tajam
67 Kekhawatiran Melati
68 Penuh Teka-Teki
69 Kenyataan Yang Menyakitkan
70 Sepasang Mata Yang Bertemu
71 Salah Paham
72 Tuduhan Yang Keji
73 Senyuman Yang Hangat
74 Air Mata Kesedihan
75 Melepas Cinta Yang tak Seharusnya
76 Bertemu Kembali
77 Tentang Aku, Kamu Dan Dia
78 Sikap Aneh Melati
79 Cinta Agra yang Dalam
80 Selembar Kertas
81 Kebahagiaan di Pagi Itu.
82 Cinta yang Diuji
83 Sebuah Kompromi
84 Pernikahan Bersyarat
85 Meminta Sebuah Restu
86 Terungkapnya Sebuah Rahasia
87 Menerima dengan Segenap Jiwa
88 Gedung Tua
89 Sebuah Pengorbanan
90 Kehilangan
91 Tambatan Hati
92 Terimakasih
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Perkenalan
2
Hukuman
3
Masalah Baru
4
Awal Pertemuan
5
Dia Melati
6
Penyelesaian masalah
7
Pencarian
8
Kembalinya Melati
9
Pernikahan Terpaksa
10
Malam Pertama
11
Aroma Pagi Itu
12
Pertengkaran Hebat
13
Tempat Tinggal Baru
14
Begadang
15
Siapa Lelaki Itu?
16
Terciduk
17
Kecelakaan
18
Perjanjian
19
Sandiwara
20
Kegelisahan Melati
21
Kekhawatiran Agra
22
Perdebatan kecil
23
Kemarahan Tanpa Alasan
24
Selembar Kertas
25
Terpesona
26
Hari Penuh Sandiwara
27
Pesan Singkat Yang Menegangkan
28
Ketulusan Melati
29
Ketenangan Jiwa
30
Malam Penuh Kehangatan
31
Rumah Sakit
32
Terbongkarnya Rahasia
33
Perasaan Bimbang
34
Balas Dendam Bunga
35
Hujan Deras Dipagi Itu
36
Keputusan Briantara
37
Sikap Aneh Agra
38
Kehadiran Malik
39
Perasaan Itu?
40
Pengakuan Bunga
41
Di atas Ranjang
42
Tragedi Di pagi Hari
43
Keputusan Melati
44
Setajam Pisau
45
Pilihan Yang Sulit
46
Terbongkarnya Sebuah Kejahatan
47
Tak Mau Kehilangan
48
Ancaman Untuk Briantara
49
Perasaan Yang Sama
50
Ikatan Cinta
51
Kekuatan Cinta
52
Bak Bidadari
53
Keputusan Agra
54
Damai Bersama mu
55
Kejahilan Dipagi Itu
56
Pertemuan Yang Menyakitkan
57
Menyelesaikan Masalah
58
Kejutan Untuk Melati
59
Kepercayaan Briantara
60
Bertatap Muka
61
Kesedihan Malik
62
Orang Tak Dikenal
63
Terombang-ambing
64
Malam Ke Dua
65
Pertemuan Empat Mata
66
Tatapan Sepasang Mata Tajam
67
Kekhawatiran Melati
68
Penuh Teka-Teki
69
Kenyataan Yang Menyakitkan
70
Sepasang Mata Yang Bertemu
71
Salah Paham
72
Tuduhan Yang Keji
73
Senyuman Yang Hangat
74
Air Mata Kesedihan
75
Melepas Cinta Yang tak Seharusnya
76
Bertemu Kembali
77
Tentang Aku, Kamu Dan Dia
78
Sikap Aneh Melati
79
Cinta Agra yang Dalam
80
Selembar Kertas
81
Kebahagiaan di Pagi Itu.
82
Cinta yang Diuji
83
Sebuah Kompromi
84
Pernikahan Bersyarat
85
Meminta Sebuah Restu
86
Terungkapnya Sebuah Rahasia
87
Menerima dengan Segenap Jiwa
88
Gedung Tua
89
Sebuah Pengorbanan
90
Kehilangan
91
Tambatan Hati
92
Terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!