Malam Pertama

Waktu berlalu dengan begitu sangat cepat. Pagi berubah menjadi siang. Dan singa itu, suasana disibukkan kembali dengan pengurusan di dapur, alias masak memasak untuk acara makan siang. Karena makanan untuk acara tadi pagi sudah habis untuk dibagikan ke tetangga semuanya.

Dan percakapan antara menantu dan ibu mertua sudah dimulai dengan keakraban dalam diri masing-masing. Sehingga tidak ada kontra dalam setiap perbincangan mereka siang itu.

"Bu Alya mau masak apa?" Tanya Melati.

"Kok bu sih, panggil saja Mama. Kan kamu sudah menjadi menantu di keluarga Briantara. Jadi, kamu panggil kami Mama Alya dan Papa Briantara. Jangan ragu, karena itu wajib." Ujar Alya.

"Tapi, saya merasa sungkan jika harus memanggil seperti itu." Balas Melati malu-malu.

"Loh, kenapa mesti sungkan sayang. Kamu itu sudah menjadi putri menantu di keluarga ini." Ucap Alya dengan senyum.

"Baiklah kalau begitu Bu, eh maksud nya Mama." Balas Melati dengan senyum dibalik cadarnya.

Aktifitas di dapur masih tetap berlanjut. Mungkin kalian berpikir rumah semewah itu tidak ada pembantu yang akan memasak untuk mereka. Padahal ada dua pembantu yang bertugas di sana. Tapi, berhubung hari itu masih hari spesial jadi Alya lah yang akan memasak untuk keluarga nya.

"Oh iya, Mama mau masak apa?" Tanya Melati.

"Mama juga bingung mau masak apa untuk siang ini. Menurut kamu masak apa ya yang pas begitu!" Jawab Alya meminta saran.

"Lebih baik masak yang segar-segar saja Ma, kan pas tuh sama cuaca di siang ini." Saran Melati.

"Begini saja, biar Melati yang masak untuk makan siang kita semua. Mama duduk saja di meja makan." Sahut Melati yang meminta Alya, mama mertuanya untuk duduk diam di kursi meja makan. Sedangkan dia, yang akan masak di dapur untuk makan siang mereka semua.

Bau itu sangat menyengat, sehingga seluruh ruangan mampu menciumnya. Bahkan aroma masakan yang wangi dan lezat itu sangat menggiurkan Briantara, Agra dan Casandra yang awalnya melakukan aktifitas mereka masing-masing, kini bergegas menuju ke dapur untuk memastikan aroma apa yang begitu gurih.

"Loh, Mama kok duduk di situ. Lalu siapa yang masak?" Tanya Briantara.

"Biasa dong Pa, kalau sudah mempunyai menantu perempuan ya pasti menantu kita yang masak." Jawab Alya sambil tersenyum bangga.

Saat Briantara dan Alya memperbincangkan menantunya itu, yang menurut mereka adalah yang membanggakan, waktu itu pula Agra datang menghampiri mereka. Dan Agra mendengar perbincangan itu dengan sangat jelas.

"Kenapa bisa sih Papa dan Mama menikah kan aku dengan gadis bertopeng seperti dia. Mana aku tidak kenal sama sekali lagi." Gerutu Agra.

Ya, Agra Briantara masih merasa kesal dengan pernikahan yang menurutnya adalah pernikahan terpaksa. Namun apalah daya, itu harus tetap ia lakukan karena tidak bisa menolaknya.

"Wah, ternyata ada Mama-Papa dan kak Agra juga ya di sini. Pasti aroma wangi ini yang membawa kalian semua ke ruangan ini?" Tanya Casandra memastikan.

"Iya kamu benar Casandra, tuh kakak ipar kamu yang masak. Yang mengundang kita semua untuk datang ke ruangan ini." Jawab Alya, mama mereka.

"Wah, Papa memang tidak salah pilih nih untuk memilih putri menantu." Goda Casandra sambil melirik ke arah Agra.

Rutinitas Melati di dapur akhirnya telah usai. Kini apa yang ia masak sudah siap untuk di sajikan di meja makan. Satu persatu telah berjejer rapi di meja panjang itu. Dan masakan Melati sangatlah menggoda semua orang, termasuk juga Agra. Ingin sekali Agra segera menyantap makanan yang belum pernah ia lihat.

"Mas Agra mau diambilkan apa? Biar Melati yang akan mengambilkannya." Tanya Melati berbasa-basi.

"Ehem... Sekarang sudah ada istri yang siap melayani suami nih!" Ujar Casandra menggoda Agra.

Seketika pipi Melati memerah karena rasa malu. Tapi, tidak dengan Agra. Dia hanya diam membisu dengan sikap dinginnya. Sehingga membuat Melati seakan merasa bersalah.

"Baiklah, biarkan Melati ambilkan nasi, sayuran dan bakwan jagungnya kalau begitu." Ujar Melati kembali sambil memegang piring berwarna putih yang lebar.

Setelah siap untuk makan, mereka semua pun diam dan tidak ada suara apapun yang terdengar. Sehingga mereka dapat menikmati masakan yang menurut mereka sangatlah lezat dan menyehatkan.

"Kenapa bisa masakan sesederhana ini sangat lzat seperti ini? Bahkan, aku ingin sekali menghabiskan semua ini." Ujar Agra dalam batinnya.

Setelah beberapa menit kemudian aktifitas mereka di maja makan telah usai. Dan banyak sekali oujian yang Melati dapatkan dari hasil masakannya itu. Namun, tidak dengan Agra, karena ia masih bertahan dengan sikap dinginnya.

"Permisi Tuan, ada berita yang harus saya sampaikan kepada Tuan." Ujar seorang pesuruh yang menjadi tangan kanan Briantara.

"Katakan saja." Balas Briantara dengan singkat.

"Lelaki yang Tuan minta untuk cari tahu keberadaannya, kini sudah berhasil kami ketahui. Dan setelah saya pantau, saat ini dia masih ada di rumahnya." Ujar Bram dengan tegas.

"Baiklah, siapkan mobil dan kita akan berangkat ke sana." Balas Briantara dengan begitu tegas.

Saat Briantara tengah bersiap untuk menemui lelaki yang bernama Bayu, tiba-tiba langkahnya berhenti karena Agra.

"Agra ikut Pa." Ujar Agra menghentikan langkah kaki papa nya.

"Tidak usah. Biarkan Papa yang akan pergi sendiri." Balas Briantara.

Kini Briantara kembali bersikap dingin saat hendak menemui lelaki yang bernama Bayu, lelaki yang sudah berbuat senonoh dengan putri nya itu. Namun, sebelum pergi, Alya istrinya tengah berpesan untuk menjaga sikap dan sifatnya saat berada dihadapan lelaki itu. Begitupun dengan Briantara, ia mengiyakan pesan istrinya itu.

*****

Waktu sudah cepat berganti. Di mana malam yang gelap, tapi terasa begitu terang dengan cahaya bintang yang saling bergemerlapan dan cahaya terang rembulan yang menerangi seluruh semesta alam pada malam itu.

Aktifitas malam sudah hampir selesai, namun Briantara juga belum oulang yang sudah keluar sedari tadi. Tapi, beberapa menit kemudian Briantara mengabarkan bahwa ia tidak akan pulang untuk malam itu. Karena ia harus kembali ke suatu tempat dan mengurusi pekerjaannya yang belum selesai.

"Ma, malam ini Mama temenin Casandra tidur di kamar ya! Soalnya beberapa malam Casandra sulit tidur. Kan mumpung papa tidak pulang." Pinta Casandra kepada mama nya.

"Baiklah sayang, Mama akan menemani putri Mama ini." Balas Alya memanjakan putri kesayangannya itu.

Ya, itulah perbincangan Casandra, Alya dan Melati sebelum mereka pergi ke kamar masing-masing. Sedangkan Agra, ia sudah berada di kamar sedari tadi setelah usai makan malam.

"Ya sudah, lebih baik kita tidur dan beristirahat. Karena malam sudah semakin melarut. Begitu pun dengan kamu Melati, kamu harus segera ke kamar Agra dan tidur untuk beristirahat." Ujar Alya kepada Melati.

"Iya Ma," balas Melati dengan senyum.

Ya, Melati harus melangkahkan kaki menuju ke kamar Agra. Ada keraguan, rasa malu dan tak enak hati bercampur jadi satu dalam diri Melati di malam itu. Bagaimana tidak, yang awal tujuannya ingin bekerja di rumah Briantara, namun kini dalam waktu sehari membuatnya menjadi menantu keluarga Briantara.

"Bagaimana ini? Haruskah aku pergi ke kamar Mas Agra? Bagaimana jika ia menolakku dan mengusirku?" Melati bertanya-tanya dalam batinnya.

Melati mengalami kegundahan dan keraguan di malam itu. Namun, seseorang telah menghampirinya dan menyapanya. Sehingga membuat nya terkejut dan malu.

"Mbak Melati, ngapain mbak ada di depan pintu?" Tanya Casandra.

"Eh kamu Casandra. E... Aku...! Kamu kok belum tidur?" Jawab Melati dengan rasa gugup. Bahkan dia tidak bisa memberikan jawaban yang pasti kepada Casandra. Malahan dia berbalik bertanya untuk mengalihkan pembicaraan.

"Oh aku, aku lagi mau ambil air minum di dapur mbak. Soalnya haus banget, kalau di tahan kan tidak enak juga. Malah susah tidur nanti," jawab Casandra.

"Kenapa mbak Melati tidak masuk kamar? Memangnya mbak Melati tidak mengantuk ya?" Tanya Cansandra lagi.

Melati tidak bisa berbohong lagi kepada Casandra. Karena ia tidak memiliki jawaban yang pas untuknya beralasan. Sehingga ia berkata jujur kepada Casandra, adik iparnya itu.

"Sebenarnya, mbak merasa tidak enak jika masuk ke dalam mas Agra, nanti takut menganggu mas Agra lagi." Ujar Melati dengan jujur.

"Oh jadi itu masalahnya. Mbak, kamar yang ada dihadapan mbak Melati sekarang ini juga kamar mbak Melati. Bukan hanya kamar kak Agra saja. Kan mbak Melati sama mas Agra sudah sah menjadi suami istri. Ya sudah, mbak Melati pokoknya harus masuk sekarang." Ucap Casandra.

"Kleekk!" Suara pintu di buka.

Ya, Casandra sengaja membuka pintu kamar Agra dan mendorong Melati masuk ke dalam kamar itu. Sehingga Melati hampir terjatuh di lantai. Namun, untung saja ada Agra yang menangkap tubuh mungil Melati.

"Kleekkk!" Suara pintu telah di tutup kembali.

Casandra sengaja menutup pintu kamar Agra, bahkan pintu kamar Agra telah di kunci dari luar oleh Casandra. Dan kini hanya ada Agra dan Melati yang berada di kamar itu. Kamar yang cukup luas.

"Aww...!" Rintih Melati.

"Ma'af mas Agra, aku tidak sengaja." Ujar Melati dengan malu.

Tubuh Melati di dorong oleh Casandra. Sehingga tubuh mungil Melati kini berada dipelukan Agra. Karena tanpa sengaja Agra sudah berdiri di belakang pintu.

"Ish, kamu pasti sengaja kan melakukan itu agar bisa memelukku. Dasar, gadis bertopeng." Ujar Agra dengan sikap dinginnya.

"Tidak kok mas, aku memang tidak sengaja melakukan itu. Tadi aku hanya di dorong oleh Casandra dan akhirnya hal itu terjadi." Ucap Melati berusaha jujur.

Namun Agra masih menunjukkan sikap dinginnya kepada Melati. Sehingga Melati merasa bersalah atas apa yang baru saja terjadi diantara mereka.

"Ya sudah, aku mau tidur. Aku sudah mengantuk dan ingat satu hal. Kamu jangan tidur satu ranjang denganku." Ancam Agra.

"Baik mas. Tapi, aku harus tidur dimana?" Tanya Melati dengan polosnya.

"Terserah kamu mau tidur di mana. Yang pasti tidak satu ranjang denganku." Jawab Agra.

"Baiklah mas, aku akan tidur di sofa saja." Balas Melati dengan senyumnya.

Walaupun Agra bersikap dingin kepada Melati, tapi Melati berusaha untuk memberikan senyum kepada Agra yang kini telah menjadi suaminya. Karena Melati berusaha menghargai sikap Agra yang masih belum menerima pernikahan ini.

"Aku tak apa jika kamu katai gadis bertopeng mas, aku akan menerima nya dengan senang hati. Dan meskipun kamu belum menerima pernikahan ini, bahkan kamu menunjukkan sikap dingin mu kepadaku, aku tak apa. Aku akan tetap menghormati kamu. Dan akan selalu ku berikan senyum, pengertian dan perhatianku hanya untuk mu seorang." Ungkap Melati.

Ya, Melati mengungkapkan semua perasaannya yang tidak diketahui oleh Agra. Melati terus memandangi wajah Agra yang sudah tertidur dengan pulasnya. Dan kisah malam pertama Agra dengan Melati sangatlah tidak romantis. Tidak seperti malam pertama pengantin umumnya. Karena mereka yang tidak satu ranjang, bahkan melakukan cumbuan saja tidak.

Terpopuler

Comments

Perjuangan cinta Tuan Muda

Perjuangan cinta Tuan Muda

10 like dr aq kak. syukaa critamu kak. salam dr Asisten Pribadi Tuan Muda.

2021-04-08

1

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Hukuman
3 Masalah Baru
4 Awal Pertemuan
5 Dia Melati
6 Penyelesaian masalah
7 Pencarian
8 Kembalinya Melati
9 Pernikahan Terpaksa
10 Malam Pertama
11 Aroma Pagi Itu
12 Pertengkaran Hebat
13 Tempat Tinggal Baru
14 Begadang
15 Siapa Lelaki Itu?
16 Terciduk
17 Kecelakaan
18 Perjanjian
19 Sandiwara
20 Kegelisahan Melati
21 Kekhawatiran Agra
22 Perdebatan kecil
23 Kemarahan Tanpa Alasan
24 Selembar Kertas
25 Terpesona
26 Hari Penuh Sandiwara
27 Pesan Singkat Yang Menegangkan
28 Ketulusan Melati
29 Ketenangan Jiwa
30 Malam Penuh Kehangatan
31 Rumah Sakit
32 Terbongkarnya Rahasia
33 Perasaan Bimbang
34 Balas Dendam Bunga
35 Hujan Deras Dipagi Itu
36 Keputusan Briantara
37 Sikap Aneh Agra
38 Kehadiran Malik
39 Perasaan Itu?
40 Pengakuan Bunga
41 Di atas Ranjang
42 Tragedi Di pagi Hari
43 Keputusan Melati
44 Setajam Pisau
45 Pilihan Yang Sulit
46 Terbongkarnya Sebuah Kejahatan
47 Tak Mau Kehilangan
48 Ancaman Untuk Briantara
49 Perasaan Yang Sama
50 Ikatan Cinta
51 Kekuatan Cinta
52 Bak Bidadari
53 Keputusan Agra
54 Damai Bersama mu
55 Kejahilan Dipagi Itu
56 Pertemuan Yang Menyakitkan
57 Menyelesaikan Masalah
58 Kejutan Untuk Melati
59 Kepercayaan Briantara
60 Bertatap Muka
61 Kesedihan Malik
62 Orang Tak Dikenal
63 Terombang-ambing
64 Malam Ke Dua
65 Pertemuan Empat Mata
66 Tatapan Sepasang Mata Tajam
67 Kekhawatiran Melati
68 Penuh Teka-Teki
69 Kenyataan Yang Menyakitkan
70 Sepasang Mata Yang Bertemu
71 Salah Paham
72 Tuduhan Yang Keji
73 Senyuman Yang Hangat
74 Air Mata Kesedihan
75 Melepas Cinta Yang tak Seharusnya
76 Bertemu Kembali
77 Tentang Aku, Kamu Dan Dia
78 Sikap Aneh Melati
79 Cinta Agra yang Dalam
80 Selembar Kertas
81 Kebahagiaan di Pagi Itu.
82 Cinta yang Diuji
83 Sebuah Kompromi
84 Pernikahan Bersyarat
85 Meminta Sebuah Restu
86 Terungkapnya Sebuah Rahasia
87 Menerima dengan Segenap Jiwa
88 Gedung Tua
89 Sebuah Pengorbanan
90 Kehilangan
91 Tambatan Hati
92 Terimakasih
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Perkenalan
2
Hukuman
3
Masalah Baru
4
Awal Pertemuan
5
Dia Melati
6
Penyelesaian masalah
7
Pencarian
8
Kembalinya Melati
9
Pernikahan Terpaksa
10
Malam Pertama
11
Aroma Pagi Itu
12
Pertengkaran Hebat
13
Tempat Tinggal Baru
14
Begadang
15
Siapa Lelaki Itu?
16
Terciduk
17
Kecelakaan
18
Perjanjian
19
Sandiwara
20
Kegelisahan Melati
21
Kekhawatiran Agra
22
Perdebatan kecil
23
Kemarahan Tanpa Alasan
24
Selembar Kertas
25
Terpesona
26
Hari Penuh Sandiwara
27
Pesan Singkat Yang Menegangkan
28
Ketulusan Melati
29
Ketenangan Jiwa
30
Malam Penuh Kehangatan
31
Rumah Sakit
32
Terbongkarnya Rahasia
33
Perasaan Bimbang
34
Balas Dendam Bunga
35
Hujan Deras Dipagi Itu
36
Keputusan Briantara
37
Sikap Aneh Agra
38
Kehadiran Malik
39
Perasaan Itu?
40
Pengakuan Bunga
41
Di atas Ranjang
42
Tragedi Di pagi Hari
43
Keputusan Melati
44
Setajam Pisau
45
Pilihan Yang Sulit
46
Terbongkarnya Sebuah Kejahatan
47
Tak Mau Kehilangan
48
Ancaman Untuk Briantara
49
Perasaan Yang Sama
50
Ikatan Cinta
51
Kekuatan Cinta
52
Bak Bidadari
53
Keputusan Agra
54
Damai Bersama mu
55
Kejahilan Dipagi Itu
56
Pertemuan Yang Menyakitkan
57
Menyelesaikan Masalah
58
Kejutan Untuk Melati
59
Kepercayaan Briantara
60
Bertatap Muka
61
Kesedihan Malik
62
Orang Tak Dikenal
63
Terombang-ambing
64
Malam Ke Dua
65
Pertemuan Empat Mata
66
Tatapan Sepasang Mata Tajam
67
Kekhawatiran Melati
68
Penuh Teka-Teki
69
Kenyataan Yang Menyakitkan
70
Sepasang Mata Yang Bertemu
71
Salah Paham
72
Tuduhan Yang Keji
73
Senyuman Yang Hangat
74
Air Mata Kesedihan
75
Melepas Cinta Yang tak Seharusnya
76
Bertemu Kembali
77
Tentang Aku, Kamu Dan Dia
78
Sikap Aneh Melati
79
Cinta Agra yang Dalam
80
Selembar Kertas
81
Kebahagiaan di Pagi Itu.
82
Cinta yang Diuji
83
Sebuah Kompromi
84
Pernikahan Bersyarat
85
Meminta Sebuah Restu
86
Terungkapnya Sebuah Rahasia
87
Menerima dengan Segenap Jiwa
88
Gedung Tua
89
Sebuah Pengorbanan
90
Kehilangan
91
Tambatan Hati
92
Terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!