Perbincangan pun telah di mulai antara Briantara dengan Melati di dalam mobil yang membawa mereka menuju rumah mewah milik Briantara.
"Nama kamu Melati bukan? Dan kamu tinggal dimana awalnya?" Tanya Briantara sekedar berbasa-basi.
Kali ini Briantara tidak menunjukkan sikap nya yang angkuh dan dingin, melainkan sikap lemah lembut yang ia berikan kepada Melati. Sehingga Melati merasa heran saat berbicara kepada nya. Namun, Melati tetap m3nunjukkan rasa sopannya kepada Briantara.
"Iya Pak, nama saya memang benar Melati. Dan saya tinggal di kota Solo. Namun, saat ini saya tidak memiliki tempat tinggal Pak, karena kan saya sudah tidak melamar kerja lagi di rumah Bapak." Jawab Melati dengan kesopanannya.
"Oh iya, tapi kenapa anak muda seperti kamu ini mau-maunya mencari pekerjaan yang tidak seharusnya kamu kerjakan. Padahal kan anak muda seusia kamu masih banyak di luar sana yang ingin kuliah, jalan-jalan kesana-sini, kumpul bareng sama teman-temannya seperti hal nya, kedua anak saya." Ujar Briantara kepada Melati.
"Bagi saya pekerjaan ini penting Pak buat saya, karena saya kan sudah tidak punya siapa-siapa lagi setelah kedua orang tua saya meninggal dunia. Kalau masalah kuliah, alhamdulillah saat ini saya masih kuliah. Dan insyaallah, di tahun ini saya akan wisuda." Balas Melati dengan senyum.
Melati seakan diinterogasi oleh Briantara. Bahkan Melati juga berpikir bahwa ada keanehan dalam diri Briantara. Karena baru beberapa jam lalu ia bertemu Briantara dalam sikap keangkuhan nya. Dan sekarang, sikap itu menghilang begitu saja. Hanya sikap lemah lembut dan rasa keingin tahuan tentang dirinya yang ditunjukkan oleh Briantara.
"Wah, kamu hebat juga ternyata. Kamu kuliah di mana? Dan biaya kuliah kamu siapa yang menanggunya?" Tanya Briantara.
Entah kenapa Briantara begitu ingin tahu tentang asal usul Melati. Bahkan ia juga menanyakan tentang pendidikan yang di tempuh oleh Melati saat ini. Kira-kira ada apa gerangan ya!
"Alhamdulillah, saya bisa kuliah karena bea siswa yang saya dapatkan Pak. Jadi, saya tidak terlalu sulit dalam memikirkan tentang biaya kuliah saya. Namun, berhubung tahun ini saya akan di wisuda, saya kan pastinya perlu biaya yang lebih untuk beberapa hal keperluan nanti. Sehingga saya pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Tapi saya belum mendapatkannya sampai saat ini Pak setelah keluar dari rumah Bapak." Jelas Melati.
Briantara hanya tersenyum. Seakan senyum itu adalah senyum kemenangan untuknya. Entahlah, apa yang saat ini sedang berada di dalam pikiran Briantara.
"Sebelumnya, saya minta ma'af terhadap kamu atas pertemuan kita yang menurut kamu sangat lah buruk bahkan tidak pantas untuk di pandang." Ucap Briantara meminta ma'af.
Melati terdiam sejenak, seakan tidak percaya bahwa Briantara orang yang sangat kaya raya dan terpandang mau meminta ma'af kepadanya dan saat ini sedang satu mobil dengannya. Itu adalah hal aneh menurut Melati. Yang membuat Melati tidak pernah lepas dari pikiran keheranan.
"Akh, sudah lah Pak. Saya yang seharusnya meminta ma'af kepada Bapak. Karena saya sudah lancang dan ikut campur dengan urusan keluarga Bapak." Balas Melati dengan meminta ma'af.
Sejenak keheningan menyelimuti suasana di dalam mobil mewah itu. Karena tidak ada hal yang perlu lagi untuk dibicarakan. Melati terus memandangi pemandangan di pinggir jalan raya. Sedangkan Briantara, ia tetap fokus dengan menyetirnya.
"Bagus, aku pasti tidak salah pilih mengenai gadis ini." Ujar Briantara dalam batinnya.
Entah apa yang dimaksud Briantara mengenai perkataannya itu. Mungkin dia sedang merencanakan sesuatu hak kepada Melati.
****
"Agra pulang Ma!" Ujar Agra masuk ke dalam rumah.
Agra kini sudah sampai terlebih dahulu di rumahnya. Dan sesegara mungkin ia menghampiri mama nya dan adik nya yang berada di dalam rumah.
"Agra... Akhirnya kamu pulang juga. Mama khawatir dengan kamu yang keluar rumah dengan keadaan emosi seperti itu." Ujar Alya sambil memeluk Agra.
"Kak Agra, tapi dimana papa sekarang kak?" Tanya Casandra.
"Papa ada kok dibelakang. Mungkin bentar lagi juga sampai." Jawab Agra santai.
Selang beberapa menit kemudian terdengar suara mobil yang dikendarai Briantara tadi dan kini sedang masuk di halaman rumah Briantara. Lelaki dengan poster tubuh yang begitu gagah, kini turun dari mobil mewah itu. Begitupun dengan gadis yang selalu menggunakan cadar turun dengan eloknya.
"Masuk lah ke dalam. Karena ada hal penting yang akan saya bicarakan kepada kamu." Ujar Briantara.
Briantara mengajak Melati untuk masuk ke kediamannya itu. Entah hal penting apa yang akan mereka bahas. Dan Melati pun juga tidak tahu tentang apa itu. Melati hanya mengikuti ajakan Briantara.
"Assalamu'alaikum!" Ucap salam Melati dengan lirih.
Namun tidak ada seseorang yang menjawab salam nya. Rumah megah nan mewah itu terlihat sepi. Entah ada di mana mereka semua.
"Duduklah! Aku akan memanggil istri dan kedua anakku. Setelah itu, aku akan berbicara kepada kamu." Pinta Briantara.
Melati hanya menganggukkan pelan kepalanya. Dengan senyuman yang merekah dibalik cadarnya. Melati adalah sosok gadis yang patuh akan menutup seluruh auratnya. Karena sejak kecil kedua irang tuanya selalu mengajarkan akan hal itu. Sehingga Melati sudah terbiasa menggunakan cadar yang menutup wajahnya, hanya kedua mata nya lah yang dapat dilihat oleh semua orang.
Briantara mencari istri dan kedua anaknya berada saat ini. Satu persatu kamar telah ia kunjungi untuk memastikan keberadaan mereka semua. Tapi, tidak ada satu pun dari mereka yang berada di kamar mereka masing-masing. Sehingga Briantara harus bertanya kepada pembantu di rumah nya itu.
"Bik Inah, bibik tahu di mana nyonya, tuan Agra dan nona Casandra berada saat ini?" Tanya Briantara.
"Oh iya Tuan, bibik tahu kok keberadaan nyinya, tuan muda dan nona Casandra. Kalau tidak salah mereka ada di dapur tadi Tuan." Jawab bik Inah dengan sopan.
"Baik lah kalau begitu bik, terimakasih!" Ujar Briantara kepada bik Inah.
Briantara memutuskan untuk segera pergi ke dapur dan memastikan keberadaan istri dan kedua anaknya itu. Dan setelah sampai di dapur, ternyata memang benar dengan apa yang dikatakan olwh bik Inah tadi.
"Kalian bertiga ngapain ada di dapur?" Tanya Briantara merasa heran dan penasaran.
"Tidak apa-apa kok sayang, Mama hanya ingin menyiapkan makanan kesukaan Papa saja. Dan merwka ikut membantu Mama." Jawab Alya menjelaskan.
"Apa benar seperti itu? Jika benar, hari ini Papa akan mendapatkan hadiah spesial dari kalian dong! Tapi, Agra kenapa kamu bisa ada di dapur juga?" Lagi-lagi Briantara merasa heran.
"Akh Agra... Agra tadi dipaksa tuh sama Casandra Pa." Ujar Agra memberi alasan.
"Ye..., siapa juga yang maksa kak Agra. Lha kak Agra sendiri tadi yang ikut-ikut." Elak Casandra.
Perdebatan kecil pun telah membuat dapur mewah itu menjadi ramai. Sehingga Melati yang masih duduk di sofa ruang tamu pun mendengarnya. Dan karena rasa takut dalam diri Melati tentang pertengkaran lagi, akhirnya Melati memutuskan untuk melihatnya.
"Ma'af, apakah ada masalah lagi? Soalnya saya dengar dari ruang tamu tadi ada perdebatan gitu." Ujar Melati ragu-ragu.
"Melati...!" Panggil Alya dan Casandra bersamaan.
Melati memberikan senyum dibalik cadarnya. Namun, itu tidak bisa terlihat oleh mereka semua. Yang terlihat hanyalah kedua mata Melati yang berubah menyipit mungkin karena ia sedang tersenyum.
"Tidak kok sayang, ini lagi masak buat makan siang. Mungkin tadi kamu sedang mendengar perdebatan kecil antara Agra dan Casandra. Sudah, jangan dipikirkan." Ucap Alya menjelaskan.
Semua jadi tersenyum setelah Alya menjelaskan semua nya. Berhubung masakan siang itu sudah siap untuk disajikan, semua isi rumah itu segera bersiap untuk mengambil tempat duduk mereka masing-masing. Kecuali dengan orang-orang yang bekerja di kediaman Briantara, mereka tidak makan satu ruangan dengan Briantara, bos besar nya itu. Karena Briantara sudah menyiapkan ruang makan untuk semua pekerja nya itu. Yang tak kalah mewah dengan ruang makan milik nya.
"Ayo Melati, silahkan di makan. Saya yakin kamu pasti belum makan siang kan!" Ajak Alya dengan lembut.
"Tidak usah bu Alya, saya bisa makan di luar nanti." Tolak Melati.
"Ayolah, nakanan di luar sana itu belum tentu juga baik buat kamu konsumsi. Sekarang, kamu ambil duduk kamu di sebelah Agra. Dan saya nanti akan membicarakan sesuatu hal penting kepada kalian semua." Ujar Briantara.
Akhirnya, dengan ajakan Briantara dan Akya yang tulus, Melati pun mengikuti ajakan mereka. Namun, Melati merasa malu dan gugup saat berada di dekat Agra.
Makan siang pun telah usai. Dan Briantara akhirnya akat bicara di ruangan itu. Dan percakapan satu sama lain ikut menghiasi.
"Baiklah, Papa akan mulai pembicaraan penting siang ini." Ujar Briantara dengan wajah yang serius.
Semua pun menatap Briantara, dan merasa penasaran tentang apa yang akan dibahas oleh Briantara saat itu.
"Memangnya Papa mau bicara tentang apa? Mama jadi penasaran dengan ekspresi wajah yang Papa berikan itu. Begitu serius sekali. Apakah ada masalah?" Tanya Alya.
"Tidak ada masalah kok Ma. Malahan Papa akan memberikan kabar bahagia kepada kalian semua. Di mana Papa akan menikahkan Agra dengan Melati." Jawab Briantara dengan perlahan.
Seketika semua orang yang berada di ruangan itu terkejut, terutama Agra dan Melati. Secara bersama-sama mereka tersedak minuman saat meminum segelas air putih yang berada di hadapan mereka. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah Agra akan menerima pernikahan itu? Atau akan menolaknya. Begitupun dengan Melati, bagaimana pendapat Melati nanti. Serta bagaimana pendapat Alya dan Casandra? Karena apa yang dikatakan Briantara belum oernah dirundingkan dengan keluarga nya itu. Dan Briantara juga mengambil keputusannya sendiri. Sedangkan Agra sudah memiliki seorang kekasih yang di cintainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments