Briantara masih mencoba untuk meredam amarahnya. Sedangkan Agra, Agra mencoba untuk ikut angkat bicara dalam permasalahan Casandra.
"Pa, lebih baik kita mencari solusi yang tepat untuk masalah Casandra." Ujar Agra dengan rasa ragu.
Briantara tetap bertahan dengan kebisuannya. Sehingga Agra seakan menjadi serba salah atas pendapat yang telah ia lontarkan. Dan sedangkan Alya, ia mencoba mendekati suaminya itu untuk menenangkan amarah suaminya.
"Pa, apa yang telah dikatakan gadis yang bernama Melati tadi mungkin ada benarnya juga. Kita bicarakan masalah ini dengan hati yang dingin. Agar kita dapat menemukan solusi yang tepat untuk Casandra." Ujar Alya dengan lembut.
Alya menghampiri Briantara sambil memegang bahu Briantara dari belakang. Namun, balasan yang Alya dapat adalah sentakan dari suaminya yang benar-benar angkuh.
"Kita bicarakan masalah ini sekarang juga di ruang keluarga. Kalian semua harus segera berkumpul di ruang keluarga." Ujar Briantara dengan nada yang begitu dingin.
Setelah mengucapkan akan hal itu, Briantara pergi keluar dari kamar Casandra begitu saja. Dan ternyata sosok Briantara belum bisa meredam amarahnya. Sehingga Alya dan Casandra yang melihat sikap Briantara berubah menjadi takut kembali. Sedangkan Agra, dia ikut keluar dari kamar adik nya itu untuk menerima sebuah telfon.
"Halo sayang, ada apa kamu menelfon?" Tanya Agra.
"Sayang, aku kangen banget sama kamu. Bisa tidak kita ketemuan sekarang, mumpung aku ada waktu istirahat. Ya, walaupun itu cuma sebentar sih! Tapi, aku kepengen ketemuan sama kamu." Jawab Aleisa.
"Ma'afkan aku ya sayang, karena aku tidak bisa menemui kamu saat ini. Ada masalah dalam keluargaku. Dan itu mengharuskan aku untuk membantu masalah keluargaku. Sekali lagi ma'afkan aku ya sayang." Ungkap Agra.
Agra menolak untuk bertemu dengan kekasih pujaannya itu, karena Agra harus tetap berada di rumah untuk membantu masalah Casandra. Selain itu, Agra masih berada dalam masa hukuman Briantara. Sehingga ia harus bisa menahan rasa rindu yang terbendung dalam hatinya untuk kekasih yang ia cintai.
"Ya sudah ya sayang, aku tutup dulu telfonnya. Karena masih ada urusan yang harus aku selesaikan." Sahut Agra lagi, lalu menutup telfonnya.
Agra melepaskan nafas berat setelah menutup telfon dari Alesia. Dan kini ia harus kembali bergabung menemui papa nya di ruang keluarga, seperti yang sudah dikatakan oleh papa nya tadi.
"Kapan amarah papa akan mereda? Dan bagaimana solusi yang tepat untuk masalah Casandra." Agra bertanya-tanya dalam batinnya.
Agra merasa seakan sudah lelah melihat sifat yang begitu angkuh dari papa nya. Padahal, ia sendiri juga bersifat yang hampir sama dengan papa nya. Karena merasa bingung, dan kesal, Agra pun melampiaskan semua itu dengan mengacak-ngacak rambutnya secara kasar.
"Ma, Casandra takut terjadi sesuatu dwngan Casandra. Casandra takut papa akan marah lagi dengan Casandra. Casandra harus bagaimana lagi Ma?" Ucap Casandra yang diselemuti oleh rasa takut.
"Kamu tenang saja ya sayang, papa tidak akan marah lagi kok. Kamu jangan lah merasa takut. Ada Mama dan kakak kamu yang selalu menjaga kamu." Tutur Alya kepada putrinya.
Alya mencoba menenangkan diri Casandra yang masih syok dan takut dengan amarah dari papanya tadi. Dekapan seorang ibu akhirnya mampu menenangkan hati Casandra. Sehingga Casandra berhenti untuk tidak menangis lagi.
Terlihat di sana kedua mata yang bengkak karena menangis terus menerus. Casandra, gadis yang kini memiliki masa depan yang bisa dibilang suram. Karena akan ada ejekan dari teman-teman sekolahnya bahkan tetangga terdekat pun pasti akan menghujat nya nanti.
Perlahan Casandra bersama Alya berjalan menuju ruang keluarga mereka. Dan disusul oleh Agra. Sehingga mereka bersamaan untuk menuju ke ruang keluarga itu. Namun, saat mereka bertiga hendak duduk di sofa, kata-kata yang tak terduga dari Briantara kini terlontar dengan sangat jelas dan lantang. Yang membuat Alya harus menampar Braintara. Dan membuat Casandra menjadi menangis kembali.
"Gugurkan saja kandungan itu untuk menghapus jejak." Ujar Briantara tiba-tiba.
"Papa!" Ucap Alya, Agra dan Casandra secara bersamaan.
Hati Alya dan Casandra hancur dengan apa yang mereka dengar saat itu. Sedangkan Agra, dia hanya terdiam kaku dan seakan tidak percaya dengan apa yang sudah papa nya ucapkan.
"Papa keterlaluan. Plaaakkk!" Suara tamparan.
Akhirnya tamparan itu melayang ke pipi Briantara. Sehingga pipi Briantara seketika memerah karena mendapatkan tamparan dari Alya, istrinya. Namun itu tidak membuat Briantara menyesali perkataannya. Malah semakin menjadi-jadi dalam setiap kata-katanya dan perilakunya.
"Kenapa Mama menampar Papa? Bukankah itu solusi yang tepat untuk masalah ini. Karena, jika perut Casandra semakin membesar itu akan membuat keluarga kita semakin malu. Mama tahu sendiri bukan, bahwa keluarga kita ini adalah keluarga yang terpandang. Bayangkan jika merwka tahu bahwa putri Briantara telah hamil diluar nikah bagaimana tanggapan mereka Ma? Apa Mama bisa mendengar cemoohan mereka semua?" Ucap Briantara dengan nada yang meninggi.
Yah, amarah Briantara kembali memuncak. Malah lebih kasar dan begitu menyakiti hati Alya serta Casandra. Namun Alya tidak diam begitu saja. Alya tetap membela putri nya itu. Meskipun ia tahu betul bahwa apa yang telah dilakukan Casandra adalah kesalahan besar. Namun pembelaan tetap ia berikan kepada putrinya itu.
"Tapi bukan seperti itu solusi yang tepat dari permasalahan ini Pa. Pasti ada cara lain untuk mengatasi masalah ini." Bela Alya.
"Ok, kalau begitu minta Casandra keluar dari rumah ini." Ujar Briantara dingin.
Begitu entengnya kata-kata itu terlontar dari mulut Briantara. Begitu tega nya ia mengusir putri kandungnya sendiri hanya karena satu kesalahan yang menurutnya sudah fatal. Dan seakan tidak bisa dibenahi lagi.
Yah, memang kenyataan bahwa perbuataan Casandra sangatlah memalukan bagi keluarga Briantara. Kesalahan yang tidak bisa dibenahi dari awal. Karena semua sudah terjadi begitu saja. Dan seiring waktu, perbuatan senonoh itu diketahui hasilnya dengan kehamilan Casandra.
"Plaaakkk!" Tamparan yang begitu keras telah melayang ke pipi Briantara lagi.
Ya, Alya lagi-lagi menampar suaminya dengan sangat keras. Karena Alya sudah tidak tahan dengan ucapan yang tidak seharusnya dilontarkan oleh suaminya itu.
"Papa memang sudah keterlaluan. Tidak seharusnya Papa berkata akan hal itu." Ujar Agra dengan tegas.
Agra kini benar-benar merasa tak habis oikir dengan perilaku papa nya. Sehingga amarah yang ia tahan kini telah ia keluarkan. Namun, sepertinya Briantara tidak tersentuh sama sekali atau bahkan ia tidak akan mengubah keputusannya.
"Ternyata saya baru menyadari bahwa anda adalah orang yang memiliki hati nurani sama sekali. Dan anda adalah ayah yang begitu kejam. Yang tega mengusir anaknya sendiri dan melantarkan nya bersama cucu yang putri anda kandung saat ini. Padahal saya berpikir bahwa anda, Briantara yabg ternama memiliki hati nurani dan menjadi orang yang begitu bijak sehingga banyak orang yang menyegani anda. Tapi ternyata saya salah besar. Bapak Briantara yang ternama, saya akan mengingatkan anda tentang satu hal yang mungkin anda tidak akan pernah lupakan begitu saja. Mohon dengarkan dengan sebaik-baik mungkin. Bapak Briantara yang terhormat, anda hanyalah manusia biasa yang saat ini dikaruniai harta yang melimpah. Tapi Bapak harus ingat, jika suatu hari nanti semua harta yang anda miliki dihilangkan dari muka bumi ini, apakah Bapak masih bisa menyombongkan semua nya? Mungkin saat ini Bapak merasa malu karena putri Bapak sudah mengandung diluar nikah. Tapi lebih malu mana jika Bapak digunjing semua orang yang menyegani Bapak karena telah mengusir putri nya sendiri karena kesalahan yang menurut Bapak kesalahan yang sangat fatal." Sahut Melati dengan tegas dan lantang.
"Diam kamu gadis tidak tahu berterimakasih. Lwbih baik kamu sekarang pergi dari rumah saya. Dan jangan pernah kamu ikut campur dengan urusan keluaragaku." Ujar Briantara dengan kasar.
"Baik, saya akan pergi dari rumah anda. Tapi, dengan satu syarat. Bagaimana?" Ujar Melati.
"Syarat?" Tanya Briantara dengan senyuman sinis.
Melati adalah gadis yang begitu pemberani. Dia diajarkan untuk bisa melawan sebuah penindasan. Namun tetap mengingat akan agama dan rasa kesopanan yang harus dilakukan terhadap orang yang lebih tua darinya. Sehingga kini ia tidak merasa takut sama sekali dengan Briantara. Karena ia berpikir bahwa ia hanya akan takut kepada Tuhan-Nya, Allah SWT.
"Masalah apalagi yang akan muncul? Kenapa lagi-lagi gadis ini muncul dan berani melawan amarah Papa. Siapa sebenarnya gadis itu?" Tanya Agra dalam batinnya.
Agra semakin merasa penasaran dengan Melati. Dan di dalam hatinya pun dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang seakan siap ia ajukan. Namun itu tidak mungkin ia katakan saat ini, karena keadaan yang tidak memungkinkan.
"Sudahlah Melati, janganlah kamu membela aku yang menurut Papa ku itu adalah kesalahan besar. Kesalahan yang membuat keluarga ini menjadi malu. Biarkan aku bertahan dengan anak yang berada di dalam kandunganku ini. Dan biarkan aku yang oergi saja dari rumah ini." Sahut Casandra.
Casandra memutuskan untuk melangkahkan kakindan meninggalkan rumah yang sudah menjadi tempat tinggalnya sejak kecil. Namun, lagi-lagi Melati membelanya.
"Tidak mbak, mbak memang bersalah tapi tidak sepantasnya diperlakukan seperti ini." Ucap Melati menahan kepergian Casandra.
"Bapak Briantara, saya hanya akan mengatakan satu kali. Jadi tolong dengarkan baik-baik. Lihatlah wajah mereka, keluarga Bapak yang selalu menemani Bapak dalam keadaan suka mauoun duka Bapak. Bukan kah mereka lah yang menjadi tempat Bapak bernaung saat merasa resah, sedih bahkan hal yang lainnya. Namun, dalam kesalahan yang satu ini sekejap amarah Bapak telah memupuskan hati mereka yang berdiri dan percaya bahwa imam yang menjadi pemimpin dalam keluarganya bisa mengayomi dan melindungi mereka tapi, ternyata itu tidak. Malah Bapak sendirilah yang menyakiti hati mereka. Dan asal Bapak tahu, ada cara lain dalam mengatasi hal ini." Ujar Melati dwnga panjang dan lebar.
"Apa cara itu?" Sahut Agra dengan pertanyaannya.
Kini Agra ikut menyahuti ucapan Melati. Sedangkan Briantara, ia hanya terdiam tidak bisa berkutik. Seakan ia sudah menyesali perbuatannya.
"Ada. Sudah kah kalian menanyakan siapa yang menghamili mbak Casandra? Sudah kah kalian mecari orang itu? Dan sudah kah kalian meminta pertanggung jawaban dari lelaki itu?" Jawab Melati dengan santai.
Melati menjawab pertanyaan Agra dengan begitu tenang. Namun, ia tetap menjaga pandangannya. Sehingga ia mengalihkan pandangannya ke arah Casandra saat menjawab pertanyaan dari Agra.
"Menurut saya itu lah solusi yang tepat untuk masalah ini. Tapi, jika itu tidak benar untuk anda Bapak Briantara, ma'afkan saya. Hanya itu lah syarat saya. Cari lah lelaki itu. Dan sekarang, saya akan pergi dari rumah ini sesuai dengan ucapan saya. Permisi, assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh." Ujar Melati.
Melati selalu menjadi orang yang menepati akan janjinya terhadap seseorang. Begitupun dengan ucapan yang menurutnya sebuah janji terhadap Briantara, kini ia tepati. Di mana ia akan angkat kaki dari rumah mewah milik Briantara sebelum ia menginap bahkan bekerja di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
LA GURUDJA
tegas si tegas tapi klau mengusir dan menyuruh aborsi ,,SM skali TDK memiliki hati nurani, terlalu sombong dan angkuh
2021-04-23
1