Setelah mengantar dokter keluarga ke depan, Briantara segera masuk rumah kembali dan memanggil nama putra nya untuk segera turun ke bawah menemuinya.
"Agra...!" Teriak Briantara.
Begitupun Agra, setelah mendengar panggilan papa nya ia langsung bergegas menemui papa nya. Karena ia tahu bahwa papa nya sedang merasakan amarah yang besar. Dan Agra tidak mau membuat papa nya semakin marah. Oleh karena itu, Agra segera menemui papa nya.
"Iya Pa, sebentar!" Sahut Agra membalas panggilan papa nya.
Melati, ya gadis itu melihat tuan rumah yang sedang berdiri di hadapannya dengan wajah yang memedam amarah. Dan itu membuat Melati penasaran dengan yang terjadi. Namun, pandangannya ia tundukan dengan segera setelah Agra hadir diantara Briantara dan dirinya.
"Iya Pa, ada apa?" Tanya Agra memastikan.
"Sekarang kamu lakukan satu hal untuk adik kamu yang memalukan itu. Tebus semua resep yang sudah dituliskan oleh dokter ke apotek terdekat. Oh iya, kamu pergi bersama... Oh iya, siapa bama kamu tadi?" Ujar Briantara.
Briantara mengarahkan jari telunjuknya ke arah Melati. Berhubung masih hari pertama, jadi Briantara sebagai pemilik rumah mewah itu lupa akan nama nya. Sehingga Briantara kembali bertanya tentang nama gadis yang berdiri dihadapannya.
"E... S-saya Melati Pak!" Jawab Melati dengan tergagap.
"Ah iya, kamu pergi dan temani Agra untuk menebus beberapa resep obat ke apotek terdekat." Pinta Briantara.
"Baik pak!" Balas Melati dengan sopan.
Melati mengiyakan apa yang sudah diperintahkan oleh bos besarnya. Namun ia tidak berani menatap bahkan memandang Agra. Melati terus menundukkan kepalanya. Dan hal itu membuat Agra merasa penasaran dengan sosok gadis aneh yang berada dihadapannya saat ini.
"Tunggu Pa, memangnya siapa dia?" Tanya Agra yang mengarahkan pandangannya ke Melati.
"Sudah lah, kamu pergi saja bersama dia. Jangan membantah perintah Papa." Jawab Briantara dengan nada yang begitu angkuh.
"Baiklah Pa, kalau begitu Agra berangkat dulu. Oh iya, tapi bagaimana cara Agra sampai ke apotek Pa, sedangkan mobil saja masih Papa sita." Ujar Agra.
Briantara hanya tersenyum sinis lalu pergieninggal Agra tanpa memberi tahu caranya atau memberikan kembali kunci mobil milik Agra. Dan itu membuat Agra merasa kesal dengan perilaku papa nya yang menurutnya begitu keterlaluan.
"Terus, harus naik apa? Dan bagaimana caranya untuk menebus obatnya, sedangkan uang saja aku tidak punya. Akh, kenapa jadi seperti ini sih?" Ujar Agra merasa kesal.
Agra benar-benar dilanda kebingungan, karena ia tidak memiliki kendaraan dan juga uang sepeserpun untuk menebus obat Casandra.
"Ma'af tuan, bolehkah saya yang membantu dalam keuangannya? Daripada tuan uring-uringan masalah uang. Dan sebelumnya minta ma'af, lebih baik kita naik angkot saja. Karena itu tarif yang lebih murah." Saran Melati.
Agra tak habis pikir dengan gadis yang saat ini berdiri dihadapannya. Berpakaian tertutup dan benar-benar tertutup.
"Siapa kamu sebenarnya dan ada tujuan apa kamu datang ke sini?" Tanya Agra memastikan.
Belum sempat Melati menjawab pertanyaan dari Agra, kini teriakan dari Briantara kembali didengar oleh Agra dan juga Melati. Sehingga Agra harus segera menebus obat untuk Casandra, adiknya.
"Ya sudah, kamu ikut aku sekarang." Ajak Agra.
Agra tanpa sengaja telah memegang tangan Melati. Tapi, dengan cepat Melati melepaskan tangannya dari tangan Agra.
"Ma'af, tidak sepantasnya kita berjalan dengan bergandengan tangan." Ujar Melati.
Agra dibungungkan oleh kata-kata Melati. Dan Agra masih belum menangkap dengan apa yang Melati katakan. Karena setahu Agra, semua wanita paling suka berjalan sambil bergandengan tangan dengan lelaki sepertinya. Yang tampan, maco, jago bela diri, cerdas dan jenius terutama, dari keluarga orang kaya.
"Lebih baik Tuan berjalan didepan saya. Dan saya akan mengikuti Tuan dari belakang Tuan." Sahut Melati kembali.
Melati merasa tidak pantas jika berjalan dengan lelaki yang bukan mukhrimnya. Apalagi, lelaki itu adalah putra dari pemilik rumah mewah itu. Di mana ia melamar kerja menjadi seorang pembantu.
"Aneh, memang benar-benar aneh kamu. Bahkan penampilan kamu pun juga aneh." Ejek Agra.
Tidak satupun kata dari Agra yang di masukkan ke dalam hati oleh Melati. Dan Melati tetap terdiam dan membisu tanpa ada satu kata patah pun.
Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya Agra mengiyakan saran Melati. Yaitu naik angkutan umum. Di mana itu adalah hal pertama kali yang dilakukan oleh Agra.
Mobil angkutan umum yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang menghampiri mereka. Dan tanpa ada kata-kata kagi, Agra dan Melati pun masuk ke dalam angkutan umum yang berhenti dihadapannya saat ini.
"Kenapa sumpek begini? Mana ada ayam begitu lagi. Eh kamu, pasti kamu sengaja kan membuat aku tersiksa seperti ini." Gerutu Agra tanpa henti-hentinya.
"Ma'af sebelumnya, aku sendiri tidak bermaksud untuk mengajak Tuan naik angkutan umum seperti ini. Tapi, uang saya tidak cukup jika harus naik taxi dan menebus obat. Jadi, lebih baik kan kita naik angkutan umum saja." Jelas Melati dengan sopan.
Meskipun kini mereka duduk berhimpitan dengan penumpang lain, tapi hal itu tidak membuat pandangan Melati jadi goyah. Dia tetap menundukkan kepalanya ke setiap lelaki terutama Agra, putra bos nya itu.
"Sepertinya itu adalah Apotek." Ujar Melati.
"Bang, kiri yah!" Teriakku kepada sopir angkutan umum itu.
Sopir itu pun menjawab dan mengiyakan permintaan Melati. Sehingga beberapa detik kemudian angkutan mobil umum pun beehenti tepat di depan apotek.
"Tuan, silahkan anda turun terlebih dahulu. Setelah itu biarkan saya yang mengikuti dari belakang dan membayar ongkos kendaraannya." Ucap Melati.
Agra pun turun dari angkot. Dan kini ia masih berdiri untuk menunggu Melati turun dari angkot. Setelah beberapa menit kemudian, turunlah Melati dari angkutan yang mengantarkannya tadi.
"Ma-af Tuan, kalau boleh saya lihat saya resep yang dituliskan oleh dokter tadi. Dan biarkan saya yang menebus obat nya." Ujar Melati.
"Ya sudah, terserah kamu saja. Dan aku akan menunggu kamu di sini." Ucap Agra dengan tidak perduli.
Sifat angkuh mungkin sudah menjadi keturunan keluarga Briantara. Terutama Briantara sendiri dan putra nya Agra. Namun, itu tidak lah membuat Melati merasa takut kepada Agra. Karena Melati hanya meniatkan hatinya dan dirinya untuk bekerja, bukan yang lainnya.
"Siapa sih sebenarnya gadis itu? Kenapa dia berpakaian seperti itu? Aneh sekali dia. Akh sudah lah, Kenapa aku menjadi memikirkannya dan penasaran dengan asalnya." Tanya Agra dalam batinnya.
Beberapa menit kemudian Melati kembali menghampiri Agra yang masih berdiri mematung menunggunya. Berhubung waktu yang sudah berganti dan cepat berlalu, Agra pun segera mencari angkutan umum untuk mengantarnya bersama Melati.
"Nah, yang ini sepi. Tapi, masih saja terasa panas dan sumpek di sini." Kesal Agra.
Melati hanya diam dan tidak merespon rasa kesal yang menyelimuti Agra. Karena baginya hal itu tidak lah penting yang harus ditanggapi oleh dirinya.
Tidak perlu waktu yang lama akhirnya angkutan umum pun turun di depan pintu gerbang milik Briantara. Setelah keluar dari angkutan umum, Agra bergegas menuju ke kamar Casandra begitu saja. Dan di susul pula oleh Melati yang ikut berlari menuju kamar Casandra.
"Prraaaccckkk Ccaahhh!" Suara barang yang jatuh karena dibating.
Saat berada di ruang depan, suara yang asing bagi mereka pun telah terdengar. Sehingga Agra dan Melati berhenti sejenak untuk sekedar memastikan.
Setelah menyadari bahwa suara yang terdengar itu berasal dari kamar Casandra, Agra berlari dengan secepat mungkin.
"Sebenarnya di dalam keluarga ini ada apa ya? Kenapa tadi waktu aku datang ada dokter yang masuk. Dan sekarang, malah terdengar suara pertengkaran yang begitu keras." Tanya Melati dalam batinnya.
Karena rasa penasaran dengan teriakan yang semakin keras, Melati akhirnya memeriksa keadaan di kamar besar milik Casandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments