Cahaya matahari telah menyapa semua orang pagi ini. Dengan pancaran nya yang begitu menyilaukan sampai menembus ke sela-sela dinding Agra dan Casandra. Tapi, cahaya matahari yang menyilaukan itu seakan tidak mempengaruhi mereka. Malahan, mereka semakin merasa malas dan enggan untuk bangun dari tempat tidur mereka yang begitu besar itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi. Dan semua orang yang berpenghuni di rumah besar itu sudah bangun untuk melakukan aktifitas pagi mereka, termasuk Briantara dan istrinya, Alya. Namun tidak termasuk Agra dan Casandra, karena mereka masih belum bangun juga dan beranjak dari kamarnya. Sehingga perbuatan kedua outra-putrinya telah memicu amarah Briantara.
"Dimana Agra dan Casandra Ma, apakah mereka belum bangun juga?" Tanya Briantara kepada istrinya dengan nada yang angkuh.
"Sepertinya mereka berdua belum bangun Pa." Jawab Alya dengan nada yang begitu lemah lembut.
"Ya sudah, sekarang lebih baik Mama bangun kan mereka. Mau jadi apa mereka, jam segini saja belum bangun dan masih bermalas-malasan seperti itu di kamar." Pinta Briantara dengan nada sedikit marah.
Alya pun segera melakukan apa yang sudah diperintahkan suaminya itu. Bukan berarti Alya selalu menuruti dan menjadi istri patuh terhadap suaminya yang begitu angkuh itu. Alya melakukan itu semua karena Alya tidak mau membuat keributan di pagi hari.
Alya perlahan melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamar kedua putra-putrinya yang berada di atas tangga, di mana itu berada di lantai dua. Nada lemah lembut telah keluar dari mulut Alya.
"Agra, bangun sayang ini mama." Panggil Alya sambil mengetuk pintu kamar Agra.
Panggilan itu tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. Apa mungkin Agra pura-pura tidak mendengar suara Alya. Atau Agra memang masih tidur dengan pulas.
Alya tidak berhenti untuk terus memanggil nama putra kesayangannya itu. Sehingga beberapa menit kemudian, Agra pun membukakan pintu untuk Alya.
"Ceklekk!" Suara pintu dibuka.
"Akhirnya kamu membuka pintu nya juga. Cepatlah kamu mandi sekarang juga. Karena papa sudah menunggu kamu. Sekarang, Mama akan membangunkan adik kamu dulu." Ujar Alya.
"Ma, Agra males kalau harus melihat papa marah-marah terus. Mama harusnya bicara sama papa dan bilang sama papa untuk tidak marah-marah." Ungkap Agra kepada Alya dengan memelas.
"Agra, Mama tidak bisa kalau bicara sama papa dan bilang untuk tidak marah-marah. Jika Mama bilang seperti itu, kamu pasti tahu sendiri bagaimana akhirnya. Pasti Mama dan papa akan bertengkar." Tutur Alya.
"Lebih baik, kamu bersabar dan lakukan apa kemauan papa kamu sekali saja. Pasti papa juga tidak akan marah jika kamu menuruti kemauan papa." Sahut Alya memberi saran.
Agra terlihat tidak begitu semangat di pagi ini. Namun, Alya tetap memberikan senyum untuk menyemangati putra kesayangannya itu. Dan kini Alya melajukan langkah nya kembali menuju ke kamar putrinya, Casandra.
****
"Bagaimana bisa aku menuruti kemauan papa? Bagiku itu sangatlah sulit. Tapi, jika aku tidak mengikuti saran mama, pasti aku selalu akan kena amarahnya papa." Ujar Agra penuh kebimbangan.
Agra bersiap untuk menuju ke kamar mandi dan melakukan rutinitas nya di kamar mandi yang berukuran lumayan besar.
Agra menyalakan sower dan rambutnya yang kebetulan masih acak-acakan karena habis bangun tidur. Tak lupa juga seluruh tubuhnya juga terbasahi oleh air sower.
"Alesya, aku merindukan kamu. Kapan kita bisa bertemu lagi." Ungkap Agra yang membayangkan wajah kekasihnya.
Ya, Agra saat ini memang memiliki seorang kekasih yang bernama Alesya. Dan saat ini Alesya sedang tugas praktek di sebuah rumah sakit. Karena jurusan kuliah yang diambil Alesya adalah kedokteran. Berbeda dengan jurusan yang dipilih Agra.
*****
"Casandra, bangun sayang ini mama." Ujar Alya sambil mengetuk pintu kamar putrinya itu.
"Iya Ma, sebentar," balas Casandra.
Berbeda dengan Agra tadi, karena Alya tidak harus menunggu Casandra membukakan pintu kamarnya dalam waktu yang lama.
"Casandra, kamu kenapa? Wajah kamu terlihat pucat seperti itu. Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Alya memastikan.
"Casandra tidak apa-apa kok Ma, Casandra baik-baik saja." Jawab Casandra lirih.
Ternyata Casandra berbohong akan keadaannya saat ini. Karena tak lama kemudian Casandra pingsan dan jatuh ke lentai.
"Casandra...!" Panggil Alya sambil mendekati tubuh Casandra yang sudah tergeletak dilantai.
"Papa... Agra...!" Teriak Alya memanggil nama suaminya dan putranya untuk meminta bantuan.
****
"Kenapa mama lama sekali membangunkan mereka?" Tanya Briantara dalam batinnya.
Briantara terus menunggu kehadiran kedua putra-putrinya dan istri kesayangannya untuk bergabung di meja makan sambil meneyeduh secangkir kopi hangat dan dilengkapi dengan membaca berita koran pagi ini.
Saat Briantara masih menikmati waktu membaca korannya, tiba-tiba ia mendengar suara istrinya tengah berteriak memanggil namanya. Lalu, Briantara pun bergegas mencari di mana pusat suara istrinya tersebut.
****
"Sepertinya mama sedang berteriak memanggil nama ku. Tapi, ada apa ya?" Agra pun bertanya dalam batinnya.
Karena memiliki rasa penasaran, Agra pun bergegas untuk menemui mama nya itu yang terdengar dari kamar Casandra. Ya, kebetulan kamar Casandra dengan Agra tidak lah jauh.
"Mama... Casandra," teriak Briantara.
Briantara terkejut melihat putrinya tergeletak dilantai. Dan melihat istrinya begitu panik mihat putri nya yang tiba-tiba jatuh pingsan.
"Casandra... Apa yang sudah terjadi Ma-Pa? Kenapa dwngan Casandra?" Tanya Agra ikut panik.
"Agra, lebih baik kamu angkat adik kamu ini di kasur. Papa akan segera panggilkan dokter keluarga untuk segera datang ke sini." Tutur Briantara.
Dengan cepat Agra membopong adiknya itu dan dipindahkan di atas kasur empuk milik Casandra. Begitu penuh perhatiannya Agra terhadap adik semata wayangnya itu.
Suasana masih dibuat panik, karena Casandra masih belum sadarkan diri. Sedangkan dokter belum juga datang ke rumah keluarga Briantara. Alya tidak pernah berhenti mengecup kening putrinya itu. Alya selalu menemani putrinya di atas kasur. Sedangkan Agra, ia memilih duduk di sofa yang sudah disediakan di kamar Casandra.
Jauh berbeda dengan Briantara. Briantara terus saja mondar-mandir di depan pintu utama untuk menantikan dokter yang sudah ia telfon sedari tadi. Walaupun Briantara begitu angkuh dan sering marah-marah kepada kedua putra-putrinya itu, tapi masih ada rasa kasih sayang yang begitu dalam untuk putra-putrinya. Sehingga Briantara ikut merasakan khawatir ketika melihat putrinya, Casandra tergeletak dilantai.
"Assalamu'alaikum!" Ucap seorang gadis.
Briantara terkejut dengan kehadiran gadis itu, karena menurutnya gadis yang saat ini berada dihadapannya begitu aneh baginya. Sehingga ia memandangi dari ujung rambut sampai ujung kaki gadis itu. Sampai-sampai ia lupa untuk menjawab salam gadis itu.
"Assalamu'alaikum pak, permisi! Saya mau bertanya." Gadis itu kembali mengucap salam.
"Ah iya, wa'alaikumsalam. Ma'af, kamu siapa?" Tanya Briantara penasaran.
"Ma'af pak, saya Melati. Saya yang melamar kerja menjadi pembantu di rumah bapak." Jawab Melati dengan sopan.
Ya, gadis itu bernama Melati. Yang pernah melamar kerja menjadi seorang pembantu di rumah Briantara. Di mana gadis itu berasal dari kampung.
Belum sempat Briantara membalas ucapan Melati, Briantara kini sudah disibukkan dengan urusan yang lain. Karena dokter yang ia telfon tadi sudah datang.
"E... Kamu, masuk saja dulu. Saya masih ada urusan penting." Ujar Briantara.
Melati menuruti apa yang diperintahkan oleh Briantara. Namun ia tidak berani duduk di sofa yang mewah itu. Sehingga ia tetap berdiri untuk menunggu Briantara menemuinya kembali. Sedangkan Briantara kini masih memgantarkan dokter ke kamar Casandra.
"Dokter, itu putri saya. Tolong periksa dia dengan segera, karena tiba-tiba saja dia sudah tergeletak dilantai." Pinta Briantara.
Dokter itu mengiyakan penjelasan Briantara. Kini dokter itu memeriksa keadaan Casandra yang masih dalam kondisi pingsan.
Beberapa menit kemudian, dokter menjelaskan keadaan Casandra seusai memeriksanya. Dan penuturan dokter tentang keadaan Casandra begitu mengejutkan bagi keluarga Briantara.
"Selamat Tuan-Nyonya, putri anda sedang mengandung trimester pertama. Jadi, mohon dijaga dalam setiap kondisi putri bapak. Dan saya akan memberikan beberapa resep dan vitamin yang harus bapak tebus di apotek nanti." Tutur dokter dengan sangat jelas.
Tak ada satu kata patah pun yang dapat mereka ucapkan. Karena bagi mereka berita itu adalah sebuah petir yang sedang menyambar mereka di pagi ini.
Briantara hanya menganggukkan kepala nya dengan pelan untuk mengiyakan pinta dokter dan sedikit memberikan senyum untuk menutupi rasa amarah yang kini begitu memuncak dalam dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
LA GURUDJA
keselahan terletak pada ibunya yg selalu memanjakan anak2nya jadi salah pergaulan,Sy ingat watak ayah Sy persis yg ada di novel ini keras dan tegas, Sy jg kadang berontak Krn sifat ayah Sy yg terlalu keras, tetapi Sy disadarkan dgn kejadian yg ada disekeling Sy, dan Sy bersyukur mempunyai ayah seperti itu yg mendidik tegas dlm kebaikan jadi tercermin dgn kelakuan kami dimasyarakat,terhindar dari pergaulan bebas
2021-04-23
1
Neng Cusinovia
kapn terjadinya itu ko idah hamil aja sii
2021-03-19
2