Dilain tempat Alona sudah sampai di cabin nya, dengan riang dia memasukkan kunci pintu dan memutarnya lalu membuka pintu tersebut.
"Halo kubah kecilku." Salamnya pada studio lukisnya seraya membersihkan beberapa barang yang berserakan dan memilah botol-botol cat yang masih dalam keadaan baik dan yang sudah tak dapat lagi dipakai merapihkan kembali beberapa kanvas lukisnya juga meja kerjanya yang berserakan kertas kertas berisi sketsa gambar gambarnya.
Setelah selesai dengan berbenah-benahannya, Alona Kemudian mengambil sebuah kanvas ukuran sedang, tidak kecil dan tidak juga terlalu besar. Yang mana kanvas tersebut masih putih bersih menunggu untuk di sentuh dengan goresan-goresan pelan pensil lukis Alona. Alona pun meletakan Kanvas kosong tersebut pada Easel yang tidak di gunakan.
Cat-cat yang berada di atas meja, diletakkannya sedikit-sedikit dari masing-masing warna yang di pilihnya pada papan paletnya. Alona menyadari bahwa sebagian besar catnya sudah habis, dia harus meminta ayahnya atau Pops Sammnya untuk membeli cat-cat baru di kota batin alona. Ya 'Pops' dia memanggil Sam dengan sebutan 'Pops' semacam panggilan sayang Alona untuk Sam.
Setelah persiapan melukis nya selesai Alona kini duduk berhadapan dengan kanvas kosong nya mencoba menerka apa yang harus dia gambar hari ini, pikirannya berkelana ke banyak tempat hingga kemudian mata serigala berwarna emas itu terlintas di ingatannya bersanding dengan wajah pemuda yang dia lihat beberapa waktu lalu. Wajah tampan yang membuatnya terpesona dalam waktu sepersekian detik. Jantung Alona kembali berdebar wajahnya memanas mengingat wajah pria itu. Kini dia sudah mendapatkan apa yang ingin dia lukis. Alona pun melakukan sihirnya. Dalam keheningan Alona menghayati setiap inci goresan warna yang ia torehkan pada canvas kosong sebelumnya tersebut, membentuk pola dan kemudian membentuk sebuah gambaran jelas.
Senyumnya merekah seiring tangannya melukiskan kedua wajah yang ia jadikan satu, dimana mereka telah berhasil mencuri hati dan pikirannya Alona beberapa hari ini. Fokus Alona pecah saat kemudian kegiatannya pun terusik oleh suara langkah kaki Jared. Alona yang merasa terkaget kemudian melompat dari tempat duduknya, celemek nya penuh dengan cat juga tangan dan wajahnya.
"Paman Jared! Tung—berhenti!” Teriaknya sambil mengacungkan kuas lukis yang ada di tangannya ke arah Jared. Jared sontak membeku di tempatnya berdiri kini.
"Apa?! Apa aku menginjak lukisan mu!?" Teriak Jared bingung ia mengedarkan pandangannya ke sekitar kakinya cemas kalau kalua Jared tanpa sengaja merusak salah satu lukisan milik Alona tapi ia tidak menemukan lukisan Alona di bawah kakinya.
"Tidak... tapi itu-- Jangan mendekat! Jangan lihat lukisanku yang ini! jangan!" Dengan cepat Alona menaruh palet cat dan kuas catnya juga melepaskan celemek yang di pakainya. Kemudian mendekati Jared seraya memutar tubuh Jared dan mendorongnya kasar ia mengusir Jared dari cabin nya.
"Tunggu kenapa kau mengusirku!? Aku tidak menginjak apapun!” Jared merasa kesal dirinya diusir bak pencuri yang ketahuan bersembunyi di ruangannya.
"Tidak… pokoknya keluar!" setelah berhasil mendorong Jared keluar dari cabin nya Alona dengan cepat menutup pintu. Lalu berbalik menatap Jared.
"Sekarang apa lagi salah ku?" Tanya pamannya.
"Datang tak mengetuk pintu?" Jared melotot tajam pada Alona yang benar saja batinnya.
"Apa? Memangnya kenapa aku tak boleh lihat apa yang tengah kau lukis? Kau melukis sesuatu yang dewasa?” Canda Jared, Seraya menyipitkan matanya. Alona yang awalnya masih memproses maksud dari kata kata jared, sepersekian detik kemudian balik melotot pada pamannya, bagaimana bisa dia memikirkan Alona melukis hal hal yang seperti itu.
"Astaga paman! Pikiranmu!" Bantah Alona seraya menggeleng. Jared tertawa terbahak bahak karena berhasil menggoda Alona.
"Lalu? Apa itu project barumu? Kau mendapatkan tawaran baru?" Ya alona dikenal sebagai pelukis muda berbakat, tentu dengan menutup identitas aslinya sebagai bagian kaum immortal, dia bahkan tak pernah menunjukan wajah nya ke pameran yang dia gelar. Sammuel lah yang melakukan semua urusan itu di pusat kota untuk Alona. Perlu untuk diketahui Klan Walcott cukup memiliki nama di antara para manusia, dalam kata lain mereka manusia mengenal Walcott sebagai salah satu pemilik perusahaan besar yang membawahi beberapa hotel mewah berbintang di beberapa benua. Mereka mengenal Walcott sebagai keluarga konglomerat abad kini tanpa di ketahui identitas asli mereka adalah Vampire. Hal itu bukan hal yang mengherankan. Dunia sudah jauh berubah dibandingkan di masa lalu.
"tidak juga, sudahlah mana makananku?” Tanya Alona mencoba mengalihkan pembicaraan
"Ah ini sandwich dan makan siangmu, aku tahu kau akan mendekam seharian disini jika sudah kemari, makanlah dulu baru kembali bekerja." Alona mengangguk seraya mengambil bag paper dari tangan Jared.
"Aku akan berkeliling tak akan jauh dari cabin mu jika ada sesuatu teriak saja ok? Kembalilah sebelum gelap Alona, aku serius atau Melanie akan menghajar kau, aku, dan Lucy." Ujar Jared seraya mengacak rambut Alona gemas. Tanpa mereka sadari interaksi yang tengah mereka lakukan saat ini sebenarnya terus diawasi oleh sepasang mata tajam dengan tatapan posesifnya, penguntit itu mengepalkan tangan nya erat mencoba meredam gejolak rasa cemburu di dadanya. Ya seperti yang kalian tebak penguntit itu adalah Ethan dan dia tahu pria itu adalah keluarga Alona bukan sesuatu yang harus ia khawatirkan tapi entah kenapa dia tak suka melihat wanitanya di sentuh pria lain selain dirinya. Terlebih pria itu adalah Werewolf.
Jared telah lama pergi meninggalkan cabin Alona begitu pula gadis berdarah campuran itu yang sudah sibuk kembali melukis di dalam cabainya, tapi Ethan masih bersembunyi di balik pohon. Matahari sudah mulai turun ke sisi barat namun Ethan masih terpaku ditempat ia sedari tadi bersembunyi, Aroma bunga lily dan daun mint terus menggelitik penciumannya membuatnya betah berlama-lama memata-matai matenya tersebut dari balik pohon tepatnya sebuah pohon besar di seberang sungai yang mana tak jauh dari sungai itu terlihat jelas cabin Alona.
"Ayolah Ethan kau akan terus bersembunyi seperti pengecut seperti ini? Hampiri dia!” Teriak Aro frustasi dia benar benar tak tahan melihat keraguan Ethan sedari tadi.
"Aku harus apa Aro!? Mengingat kita menyusup dalam wilayah mereka saja membuatku cemas bagaimana jika mereka menolak kita!? Jangankan menandainya kita tak kan lagi bisa menemui gadis itu dasar bodoh!” Bentak Ethan dan Aro hanya membungkam mendengar apa yang dikatakan Ethan ada benarnya.
"Well kau benar, tapi... ayolah Ethan sampai kapan kau akan tetap seperti ini?"
"Aku tahu. Biarkan aku berfikir sejenak, dia bukan werewolf Aro… kita tak bisa gegabah. Kau tahu betul itu" percakapan Aro dan Ethan berhenti ketika Hidung mereka menangkap Aroma Lily dan Mint semakin pekat memenuhi indra penciumannya. Sontak Ethan mengedarkan pandangan ke arah cabin Alona dan terlihat Alona
dengan wajah penuh cat di sana sini dan rambut yang dikuncir satu tengah berjalan mendekati sungai. Gadis itu kemudian berjongkok di tepian sungai, menyeka tangannya dengan kain yang sudah di bubuhi cairan pembersih dan mulai menggosokkan kain itu ke arah tangan dan wajahnya yang terkena cat lukisnya bercermin dengan hanya mengandalkan pantulan wajahnya di air sungai. Alona lalu menangkupkan telapak tangannya mencoba menadah air itu lalu dengan cepat membasuhkannya ke wajahnya agar lebih bersih pikirnya.
Perasaan hangat memenuhi hati Ethan, ia sadar ia tak bisa menahan diri lebih dari ini. Ia ingin merengkuh tubuh gadis itu dalam pelukannya dan menandainya sebagai miliknya. Aro melolong di dalam sana seakan memerintahkan Ethan untuk bergerak sekarang atau mereka akan kehilangan kesempatan lagi. Pria itu pun memutuskannya, ia segera berdiri dan menghampiri Alona perlahan takut jika Gerakan nya yang tiba tiba akan mengagetkan gadis itu. Sungai yang memisahkan mereka tidak terlalu dalam kira kira hanya sebatas lutut pria dewasa, airnya juga sangat jernih dan segar.
Alona yang menyadari bahwa ada seseorang yang menghampirinya dengan hati hati itu pun mengangkat wajahnya mencoba mencari tahu siapa gerangan sosok asing itu karena ia tahu jelas itu bukan paman Jared nya. Dan betapa terkaget nya Alona saat melihat wajah tak asing itu. Segera ia berdiri… jantung Alona berdebar-debar kian cepat seiring langkah kaki Ethan mempersempit jarak diantara keduanya. Ethan menatap Alona lembut tak ada ekspresi keras dan dingin seperti terakhir kali Alona melihat nya, tatapan Ethan begitu intens membuat nafas Alona tercekat.
"Bernafas." Ujar pria itu, Alona yang tidak sadar telah menahan nafas cukup lama itu seakan lupa bagaimana caranya bernafas ia tersedak dan tergagap mencoba memasukan udara sebanyak mungkin ke paru-parunya. Ethan terkekeh. ‘sial… pria ini jauh lebih tampan jika dilihat dari dekat.’ Batin Alona.
...TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
H.Key
ya ampun sampe lupa nafas lho..
2021-12-01
0