CH-17 Menjadi seleb

Rombongan keluarga Edward akan melakukan perjalanan. Guide terus saja berbicara menjelaskan ini dan itu. Saat keluar dari hotel ternyta seusana diluar dugaan. Kilatan kamera menyambut mereka juga serbuan wartawan, tidak terkecuali dengan teriakan histeris memanggil McLaren.

“Apa ini Edward?” tanya Elsa terkejut, dia memeluk tangannya Edward, kemudian menoleh kebelakang mencari James.

“James! Sepertinya suasananya kurang baik!” teriak Elsa pada James yang berjalan jauh dibelakang sambil menuntun Griss.

James menatap mantan istrinya itu yang kembali mengarah ke depan dan menghentikan langkahnya bersama Edward.

“Sepertinya ada keramaian di luar,” kata Pamela.

James tidak menjawab, dalam hitungan detik dia sudah tahu apa yang terjadi.

“Wartawan mengetahui keberadaan kita,” kata James, dia menoleh mencari-cari Mac. Pria itu berjalan dibelakangnya diikuti Maureen, mereka sama sekali tidak ada yang bicara.

James menghentikan langkahnya, menatap Mac.

“Sepertinya kita ada sedikit masalah, semoga kau tidak terganggu,” kata James.

“Memangnya ada apa Daddy?” tanya Mac, tidak mengerti, dia segera menghampiri ayahnya.

James tidak menjawab, tangannya hanya menyentuh kepala putranya.

“Mommy, Daddy, kenapa liburan kita jadi begini?” tanya Carrie pada ibunya yang berjalan di depan. Kilatan kamera tidak henti-hentinya memotret mereka. Wartawan semakin berkerumun. Satpam hotel tampak kewalahan berjaga di depan.

Elsa yang sama sekali tidak terfikirkan akan adanya media, merasa bingung, bahkan saking banyaknya wartawan yang menyerbu mereka, sampai dia tidak bisa berjalan.

“Maaf, maaf, kita mau lewat,” kata Edward, berusaha sopan pada wartawan itu.

“Mrs, bagaimana tanggapan anda setelah putra anda viral hanya dalam beberapa menit menjadi hot news di berbagai Negara?” tanya wartawan.

“Hot News?Putraku?” tanya Elsa kebingungan.

“Ciuman McLareen, menjadi trending topic saat ini,” jawab wartawan.

Elsa tertegun mendengarnya. Bukankah kejadiannya satu jam yang lalu dan beritanya sudah sebesar ini?

“Itukan ciuman biasa sepasang pengantin baru,” kata Elsa.

“McLaren! McLaren!” terdengar teriakan dari gadis gadis yang menunggu dihalaman parkir itu, mereka ingin melihat sosok pangeran yang baru saja membuat heboh di semua media.

Barulah Elsa tersadar kalau putranya menjadi sorotan media, banyak gadis-gadis yang tertarik padanya. Kepalanya langsung saja berdenyut-denyut.

“Edward bagaimana ini? Perjalanan kita jadi terganggu,” bisik Elsa.

“Ciuman putraku benar-benar menghipnotis gadis gadis,” ucap Edward, sambil tersenyum.

“Kenapa kau tersenyum?” tanya Elsa dengan kesal, bukannya memikirkna cara keluar dari hotel malah bicara yang lain.

“Sudah aku katakan, ciuman putraku itu sangat sempurna,” jawab Edward.

“Iih,” gerutu Elsa.

“Kenapa? Kalian menyukai ciuman putraku?” tanya Edward pada wartawan-wartawan itu.

“Ya, McLaren jadi idola para gadis saat ini,” jawab wartawan.

“Ciuman putraku memang top, dia memang sangat mengagumkan kan?” kata Edward.

Elsa mencubitnya.

“Istriku kenapa kau sering mencubitku?” keluh Edward.

James berjalan mendekati mereka.

“James, kita butuh pengawal,” kata Elsa, menoleh kebelakang.

“Benar Daddy,” kata Julian.

“Aku tidak menyangka akan seperti ini,” kata James, dia mengeluarkan handphonenya tapi  terhenti saat pria-pria berbaju hitam mulai memasang badan menyingkirkan wartawan dan orang-orang yang menghalangi jalan.

“Kalian buang-buang waktu saja,” terdengar keluhan seseorang. Ternyata Jeremy berjalan lebih dulu, bodyguard-bodyguardnya mulai memasang pagar betis disekitar area yang akan dilewati.

Elsa menoleh pada pria itu, mafia itu terkadang tiba-tiba sangat membantunya.

“Ayo, ayo sayang,” ajaknya pada Carrie lalu pada Richard.

“Mana Mac?”tanya Elsa, celigukan mencari putranya yang berjalan paling belakang.

“Ya Mommy,” jawab Mac.

“Ayo sayang,” ajak Elsa.

Merekapun berjalan beringingan dengan dijaga oleh Bodyguard-bodyguarnya Jeremy. Kilatan kamera tidak henti-hentinya memfoto mereka, wartawan juga terus saja bertanya, tapi saat melihat badan besar yang berjaga dan menatapnya tajam, merekapun menahan diri.

Semua mearasa resah dengan kehadiaran waratwan-wartawan itu, tapi tidak dengan Olivia, dia merasa senang banyak kamera yang memfoto dirinya, meskipun bukan dia tokoh utama yang disorot, setidaknya dia jadi ikut berada di media masa dan populer.

Mac tertegun saat keluar dari pintu hotel itu, teriakan-teriakan histeris terus menyerukan namanya memekakkan telinga. Gadis gadis yang tadi duduk duduk berkumpul langsung saja menyerbu.

“McLaren! McLaren!” seru mereka. Mac semakin kebingungan dengan situsai seperti ini. Dulu ramai media masa karena kisah pernikahan orangtuanya, kenapa sekarang malah dirinya yang dihebohkan? Tapi dia terus saja berjalan, tidak senyum tidak melambaikan tangan, dia berjalan saja, tidak menanggapi gadis-gadis itu. Melihat sikap acuhnya itu malah semakin membuat gadis-gadis penasaran dan terus berteriak-teriak histeris.

Maureen berjalan mengikuti langkah suaminya, begitu banyaknya gadis-gadis mengidolakan suaminya apakah dia harus merasa beruntung atau sebaliknya? Mengingat Mac sama sekali tidak meliriknya. Ciuman mesra itu hanyalah sebuah ciuman belaka yang tidak ada artinya buat hubungan mereka berdua.

Akhirnya semua orang berhasil masuk ke dalam bis tour itu yang bertingkat.

Terdengar suara guide memulai perjalanan.

Mac melihat dikaca jendela para gadis-gadis mengejarnya dan meneriakkan namanya.

Mac menoleh pada James yang duduk dibelakangnya.

“Daddy, apa ini?” tanya Mac, dengan duduk miring keluar dari kursi supaya dia bisa melihat wajah ayahnya.

“Kau jadi trending topic sayang,” jawab James.

“Semua ini sangat menggangguku!” keluh Mac.

“Bukankah itu bagus, kau digilai gadis-gadis!” seru Edward, istrinya kembali mencubitnya.

“Mommymu terus saja mencubitku, dia iri, ada yang mengalahkan ciuman suaminya!” teriak Edward. Elsa memukul bahu suaminya yang malah tertawa, diikuti tawa yang lainnya.

Mac langsung memasang wajah cemberut, dia tidak suka dengan semua ini. Dia kembali duduk menghadap kedepan, dibiarkannya saudara-suadaranya muai meledeknya.

Yang mendapat ciuman hanya diam saja duduk disampingnya. Wanita yang digadang-gadang menjadi wanita yang beruntung mendapatkan ciuman itu.

Mac tidak bicara apa-apa pada istrinya. Mereka hanya diam saja.

Carrie melongokkan kepalanya dari kursinya yang ada di depan Mac, menatap adiknya.

“Seharusnya kau melakukannya dari dulu,” kata Carrie.

“Ini semua gara-gara ulahmu, aku tidak suka jadi sorotan media,” keluh Mac.

“Bukankah itu bagus? Kau jadi idola sekarang,” seru Carrie, dia merasa lucu melihat majah cemberut adiknya.

Mac tidak menjawab, dia kesal pada kakaknya itu, dia mengira pasti kakaknya yang bikin ulah.

“Tapi memang ciumanmu sangat romantic,” canda Carrie. Mac masih cemberut.

Kemudian Carrie menoleh pada Maureen.

“Bagaimana rasaya mendapatkan ciuman semesra itu?” tanya Carrie sambil tersenyum.

Mac langsung melotot ke arahnya, Carrie malah tertawa dan kembali duduk.

Maureen hanya tertunduk saja, wajahnya sangat merah. Semua orang membicarakn soal ciuman itu, hanya sebuah ciuman bisa membuat tranding topic di media masa, apakah dia harus merasa jadi gadis yang beruntung? Sedangkan ciuman mesra itu dilakukan tanpa cinta, suaminya tidak mencintainya.

Sampailah mereka dilokasi tour di sebuah kota tua. Lagi-lagi perjalanan mereka terganggu dengan wartawan dan gadis gadis yang mengikuti Mac semakin membuat semua keluarga tidak nyaman.

“Sayang, apa kita kembali ke hotel saja? Suasananya sangat tidak nyaman,” kata Elsa menoleh pada Edward. Mereka bisa berjalan karena bodyguardnya Jeremy terus mengawal mereka.

“Biarkan saja mereka, jangan pedulikan, lagi pula mereka bukan mencari berita jelek, mereka mengidolakan putra kita,” kata Edward.

“Tetap saja aku merasa risih, acara keluarga kita jadi terganggu,” jawab Elsa sambil memeluk tangannya Edward.

Seharian ini melakukan perjalanan sama sekali tidak tenang karena terus dibuntuti wartawan dan fans fansnya Mac. Akhirnya semua memutuskan untuk pulang ke hotel secepatnya.

Sesampainya di hotel, begitu banyak pengiriman paket-paket sudah berdatangan di pintu hotel.

“Ada apa lagi?” tanya Edward, mencoba mendekati satpam-satpam yang berkumpul di depan pintu.

“Ada apa ya?” tanya Edward pada satpam satpam itu.

“Mr, banyak sekali paket untuk Mr. McLaren,” jawab Satpam.

Edward melongokkan kepalanya ke loby benar saja banyak sekali tumpukan paket disana, bunga-buang juga begitu banyak. Mac yang berada disamping Edwardpun melihatnya, dia merasa semakin pusing saja.

Edward menoleh pada Mac.

“Sayang, sepertinya kau akan masuk tabloid, 10 pria tertampan didunia, kau benar-benar menurun dariku,” kata Edward sambil memeluk bahu putranya, menepuk-nepuk bahunya, dan bahunya ditepuk oleh istrinya.

“Menurun darimu darimana?” gerutu Elsa.

“Honey, kau juga tahu kan aku waktu muda sangat tampan,” jawab Edward.

Istrinya tidak menghiraukannya. Mac hanya tersenyum dan balas memeluk bahu Edward. Meskipun Edward bukan ayah kandungnya, tapi pria ini yang selama ini dianggap ayahnya dan yang membesarkannya.

“Aku memang menurun darimu,” kata Mac, sambil tersenyum pada Edward, kemudian matanya melirik pada James yang hanya tersenyum mendengarnya. Edward selalu mengatakan semua putra dan purtinya mirip dirinya, bahkan Mac yang bukan darah dagingnyapun disebut mirip dirinya.

Karena saking banyaknya paket itu, akhirnya Elsa menyewa ruangan khusus untuk  menyimpannya.

“Sayang, kau kemari sebentar!” panggil Elsa pada Mac, dia berdiri di dekat paket- paket yang sedang dipindahkan petugas hotel itu.

“Aku duluan ke kamar,” kata Maureen, tanpa menunggu jawaban dari Mac, dia segera menuju lift bersama anggota keluarga yang lain yang akan kembali ke kamarnya masing-masing.

Mac menghampiri ibunya.

“Ya Mommy,” kata Mac.

Elsa memperlihatkan paket-paket itu datangnya darimana saja, kebanyakan dari gadis-gadis.

“Pernikahanmu tidak akan mudah sayang, kau selebritis sekarang, akan banyak badai yang akan kau lalui, kau harus lebih berhati-hati, apapun yang kau lakukan akan mudah dijual media,” ucap Elsa. Mac tidak menjawab.

Setelah melihat paket-paket dan kiriman bunga, Elsa dan Mac kembali ke kamar masing-masing.

Saat membuka pintu kamar, Mac mendengar suara yang menangis di dalam kamar. Diapun kembali menutup pintu kamar dan melihat Maureen sedang duduk di atas tempat tidur sambil menelungkup dengan dua sikunya yang ditekuk, gadis itu terus saja menangis.

Sebenarnya Mac malas harus perhatian padanya, tapi karena tangis Maureen yang tidak henti-hentinya membuatnya gerah dan ingin bertanya.

“Apa kau tidak bisa berhenti menangis? Kau membuat kepalaku pusing,” keluh Mac.

Ditanya begitu malah membuat Maureen semakin keras menangisnya. Mac akhirnya malas untuk bertanya lagi. Dia naik ke tempat tidur dan duduk menyandar sambil kedua kakinya berselonjor kedepan, matanyapun mengarah ke televisi dan seketika dia terkejut melihat pemberitaan ditivi, yang mungkin sedang Maureen tonton tadi. Gadis beruntung yang mendapatkan ciuman dari seorang pangeran yang dijebaknya.

“Apa ini?” Tanya Mac.

Dicarinya remote yang ternyata berada di dekat kakinya Maureen. Di perbesarnya suaranya lalu dilihat chanel chanel yang lain. Pernikahannya dengan Maureen kembali di expose, asal mula pernikahan mereka karena ada di samak-semak.

Kalau dulu diberitakan ketidak senonohan mereka, tapi sakarang bukan itu lagi, tapi gosipyang tertuju pada Maureen kalau dia telah menjebak Mac sampai akhirnya menikah dan mendapatkan ciuman romantis itu.

Mac melirik pada Maureen pantas saja gadis itu menangis, dia jadi bulan-bulanan media.

“Kenapa kau menangis?” tanya Mac.

“Semua orang menuduhku menjebakmu,” jawab Maureen, disela isaknya.

Mac tidak menjawab, apa yang dituduhkan media bisa saja benar, bisa jadi Maureen menjebaknya. Semua kejadian itu tidak ada saksi yang melihatnya.

“Apa kau percaya berita-berita itu?” tanya Maureen, menatap Mac, matanya terlihat sembab, airmata masih menetes di pipinya.

Mac balas menatapnya.

“Aku tidak tahu, bisa iya bisa tidak,” jawab Mac. Jawabannya membuat Maureen marah.

“Kau fikir aku sengaja menjebakmu?” tanya Maureen.

Mac tidak menjawab, dia malah berbaring ditempat tidur. Dia juga tidak bisa begitu saja mempercayai Maureen, dia terpaksa menikahinya gara-gara kejadian itu.

“Kau sama saja dengan yang membuat berita-berita itu,” ucap Maureen. Kembali menangis.

Terdengar sebuah ketukan dipintu. Terdengar suara panggilan dari ibunya.

Mac bangun dari duduknya dan menuju pintu lalu membukanya. Disana berdiri ibunya, yang tampak terkejut saat mendengar Maureen sedang menangis.

“Ada apa? Kenapa?” tanya Elsa, menatap Mac, lalu kearah Maureen.

Mac tidak menjawab. Elsa buru-buru masuk kedalam.

“Sayang kau kenapa?” tanya Elsa mendekati Maureen, duduk disampingnya. Maureen tidak menjawab Elsa menoleh kearah televisi yang bersuara kencang.

“Kau melihat berita itu?” tanyanya pada Maureen yang masih menangis. Elsa menoleh pada Mac yang berdiri menatapnya juga kearah Maureen.

“Kalau kau memang tidak melakukannya kau tidak perlu bersedih, biarkan saja,” kata Elsa.

“Ya mungkin saja  benar,” ucap Mac. Elsa menoleh pada putranya yang pergi duduk di kursi.

“Tapi apapun alasannya, kalian kan sudah menikah,” ucap Elsa. Dia juga bingung kalau ternyata benar Maureen yang menjebak putranya, bagaiman nasib pernikahannya.

Maureen mengakat wajahnya, menatap ibu mertuanya lalu pada Mac.

“Aku mau bercerai, aku tidak sanggup melanjutkan pernikahan ini,” ucap Maureen. Mendengarnya membuat Elsa terkejut sedangkan Mac hanya diam saja.

“Tapi itu tidak baik, kalian baru saja menikah,” kata Elsa.

“Bukankah itu lebih baik Mommy, daripada dipaksakan, yang pentingkan aku sudah bertanggungjawab di depan media, aku sudah menikahinya,” kata Mac.

Mendengarnya membuat Maureen semakin merasa sedih saja, suaminya itu memang benar-benar tidak menginginkannya.

“Kalian yakin akan bercerai?” tanya Elsa.

Mauren dan Mac langsung mengangguk.

“Tapi Mommy tidak setuju, Mommy tidak mau kau kawin cerai,” kata Elsa menatap Mac.

“Aku benci disebut menjebaknya, buat apa kau menjebaknya? Aku sama sekali tidak mengenalnya apalagi berniat menjebaknya,” ucap Maureen.

Elsa dan Mac terdiam.

“Mungkin bagi yang lain kau sangat mempesona dan mengagumkan, tapi tidak bagiku! Kau sangat kasar!” ucap Maureen lagi lalu menangis lagi.

Elsa menoleh pada Mac.

“Sebaiknya kita pulang besok, kita tidak bisa melanjutkan liburan ini, karena situasinya sangat tidak baik, kita juga tidak nyaman berkeliaran diluar,” ucap Elsa.

“Ya Mommy, kita pulang saja, bulan madu ini hanya buang-buang waktu,” kata Mac, setuju.

Elsa menghela nafas sebentar, diapun berdiri lalu keluar dari kamarnya Mac, dia akan bicara dengan anggota keluarga yang lain supaya kembali ke London besok.

**********

Terpopuler

Comments

Patrish

Patrish

kalo aku... pasti berfikir seperti maureen... susah untuk diperjuangkan... 😩

2021-11-01

0

Bzaa

Bzaa

👍👍👍👍😘

2021-08-09

0

Anita Jenius

Anita Jenius

Hadir kak..
8 like buatmu.
Mari kita saling dukung.
Semangat up terus ya..

2021-03-22

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!