CH-13 Terpaksa satu kamar

Mac menatap menu dimeja makan itu. Dia tidak mau makan masakannya Maureen. Dia masih diam tidak mengambil makanan apapun. Edward yang malam ini makan dirumah sudah menyantap makanannya dengan lahap.

Elsa tampak sibuk dengan sikembarnya yang rewel setiap makan, pengasuhnya sampai kewalahan. Maureen diam saja sambil makan dengan tidak semangat. Diliriknya suaminya itu masih belum juga makan. Sebenarnya hatinya sedih melihat sikap suaminya yang begitu membencinya. Meskipun dia belum mencintai Mac tapi setidaknya seharusnya Mac bisa bersikap lebih lembut padanya.

Edward menoleh pada Mac yang masih belum juga makan.

“Sayang, kenapa kau belum makan juga?” tanya Edward.

Mac diam tidak bicara. Elsa tahu pasti gara-gara Mac mengira Maureen yang memasak jadi tidak mau makan.

“Agatha, Amanda, kalian jangan berisik, kepala Mommy jadi pusing, tadi sudah memasak banyak, sangat lelah,” kata Elsa, memancing padahal maksudnya memberitahu Mac kalau yang memasak dirinya bukan Maureen, meski sebenarnya Maureen yang memasaknya.

Mendengar perkataan ibunya, barulah Mac mengambil makanan dimeja itu dan mulai memakannya.

Maureen semakin sedih saja, melihat Mac yang mau makan karena mengira ibunya yang memasak.

“Makin lama masakan Mommy makin enak kan?” tanya Elsa.

“Ya masakan Mommy is the best, tidak ada yang mengalahkan,” jawab Mac sambil terus makan.

“Memang agak beda sedikit, tapi tambah enak,” kata Edward, dia tidak tahu kalau Maureen yang memasak.

Elsa menatap suaminya, ternyata suaminya hafal kalau ada yang beda. Dilihatnya Mac tidak bicara apa-apa lagi, dia makan dengan lahap.

Tidak ada yang dibicarakan saat makan, apalagi Maureen, dia sama sekali tidak bicara.

Elsa menatap piringnya Mac yang kosong saat putranya itu keluar dari ruang makan dengan suaminya. Diapun menoleh pada Maureen.

“Kau lihat kan? Mac suka masakanmu,” kata Elsa, tersenyum pada menantunya.

“Dia mau makan karena mengira bukan aku yang memasak,” jawab Maureen dengan lesu.

“Tidak apa-apa, biarkan saja Mac terbiasa dengan masakanmu, nanti juga lama-lama dia akan menyukaimu. Kau juga bersabar ya, Mac tidak sekasar yang kau kira, dia sangat penyayang,” kata Elsa.

Maureen diam saja, dia masih tidak percaya kalau Mac tipe yang penyayang.

Tiba-tiba terdengar begitu ramai suara mobil terparkir didepan rumah, belum teriak-teriakan anak kecil yang dicereweti ibunya.

“Ada apa Mommy?” tanya Maureen.

“Saudara-saudaranya Mac datang,” jawab Elsa.

Siang tadi dia sengaja menelpon Carrie dan Richard supaya menginap sekeluarga dirumahnya, bahkan Natalie juga  datang bersama suami dan dua anaknya yang kecil-kecil.

Mac dan Edward tampak terkejut saat mereka datang. Edward langsung memasang wajah cemberut kerena anak-anak kecil itu terus berlarian kesana kemari.

Apalagi Natalie, dia memiliki dua orang anak yang masih kecil, mereka semua datang dengan pengasuh pengasuhnya, jadi tambah ramailah rumahnya Edward itu.

“Kenapa kalian semua kesini? Tumben sekali?” tanya Edward, menatap pada putra, putri juga menantu dan cucu-cucunya.

“Kenapa? Daddy merasa berisik?” tanya Carrie.

“Tentu saja kalian sangat berisik, apalagi kau Griss, kau suka menjahili Agatha dan Amanda,” kata Edward, menatap Griss.

“Kita semua akan menemani Mac bulan madu, Daddy,” kata Richard.

“Bulan madu?” Edward dan Mac terkejut.

“Aku tidak mau bulan madu, apalagi beramai-ramai begini!” keluh Mac.

“Kenapa? Kau ingin berdua saja begitu? Daddy James menyiapkan ticket liburan ke Swiss  untuk kita semua,” kata Carrie.

“Aku tidak mau bulan madu, kalian saja!” ujar Mac.

“Mac!” panggil Elsa, membuat Mac diam.

“Kita akan berangkat sama-sama besok pagi!” seru Carrie bersemanagat.

Mac cemberut saja, dia sama sekali tidak berminat dengan bulan madu, apalagi beramai-ramai begini, bisa-bisa dia diejek-ejek terus.

Tiba-tiba tedengar ada yang menangis.

“Tuh kau apakan Amanda?” tanya Edward dengan kesal melotot pada Griss.

“Daddy, jangan  marah-marah pada putraku!” teriak Carrie.

“Putramu itu sangat nakal, itu karena terlalu dimanjakan oleh kakek neneknya disana,” kata Edward, maksudnya pada James dan Pamela.

“Tentu saja Griss lebih suka pada grandfa dan grandmanya disana, daripada pada Daddy yang marah-marah melulu,” keluh Carrie.

Elsa tersenyum melihat keramaian diruangan itu.

“Mr.Crist!” panggil Elsa pada Mr. Crist, kepala pelayan mereka.

“Ya Mrs,” jawab Mr.Crist.

“Tolong siapkan kamar- kamar ya, semua putra putriku akan menginap disini,” kata Elsa.

Mendengar perkataan ibunya, sontak saja membuat Mac terkejut, dengan jumlah orang sebanyak ini belum para pengasuh yang pada ikut juga, semua kamar pasti habis terisi, dia harus tidur dimana? Kalau dia tidur di sofa kan jadi bahan guncingan kenapa pengantin baru tidak tidur dikamar? Kepalanya langsung pusing saja. Jangan-jangan ini kerjaannya Mommy dan saudaranya, sangat aneh mereka tiba-tiba menginap disini, dan akan menemaninya bulan madu, fikir Mac.

“Baik, Mrs,” jawab Mr. Crist.

Elsa menoleh pada Rose, dia juga sedang hamil anak yang kedua tapi perutnya lebih besar dari Carrie.

“Bagaimana kandunganmu,” tanya Elsa.

“Baik Mommy, kehamilanku yang sekarang terasa lebih ringan, aku tidak terlalu mabuk,” kata Rose.

“Bagus kalau begitu,” ucap Elsa, menyentuh perutnya Rose.

“Ada kabar orang tuamu di Hongkong?” tanya Elsa kemudian, menatap Rose.

“Daddy Jeremy dan Mommy Olivia baik-baik saja, mereka senang aku hamil lagi,” jawab Rose.

“Apa mereka tidak ada rencana untuk menikah?” tanya Elsa.

“Sepertinya tidak,” jawab Rose menggeleng.

“Ya sudah, yang penting mereka baik-baik saja disana,” kata Elsa. Rose mengangguk.

“Hai pengantin, kau juga cepat-cepat punya bayi, Cuma kau saja yang belum punya bayi!” teriak Carrie, dia duduk disofa bersama suaminya, Julian.

“Daripada kalian kesini cuma mau mengolok-olokku, lebih baik kalian pulang saja!” usir Mac.

“Kau memang mirip Daddy Edward, tidak suka kebersamaan! Payah!” gerutu Carrie, diikuti tawa yang lain.

“Kalian berisik,” keluh Mac.

“Mana istrimu?” tanya Richard pada Mac, tapi Mac tidak menjawab.

“Iya ajak istrimu gabung kesini,” kata Natalie, sambil menggendong bayinya.

“Aku tidak tahu,” jawab Mac.

“Masa istri sendiri tidak tahu?” gerutu Carrie.

Tidak berapa lama Maureen muncul di pintu ruang keluarga itu.

“Maureen, mudah mudahan kau juga cepat hamil ya,” seru Carrie.

Maureen hanya tersenyum. Bagaimana dia bisa punya bayi kalau Mac selalu bersikap seperti itu, pernikahannya juga belum tentu bertahan lama.

“Kau tenang saja, Maureen pasti akan punya bayi kembar, jadi langsung banyak bayinya,” canda Elsa sambil merangkul bahunya. Mata Elsa menoleh pada Carrie yang seperti mengerti pandangan ibunya.

“Besok kita menemani kalian bulan madu, banyak banyaklah membuat anak disana,” kata Carrie lagi, membuat wajah Maureen memerah, sedangkan Mac cemberut saja, dia merasa pusing dengan keluarganya.

“Maureen duduklah,” ajak Carrie, Rose dan Natalie juga berkumpul dekat Carrie.

Maureen menoleh pada Mac yang diam saja, dengan ragu-ragu dia ikut bergabung dengan mereka.

“Kita akan mengadakan arisan!” kata Rose.

“Ku dengar kalian sudah dapat hadiah rumah baru, jadi nanti kita mulai arisannya dari rumah Mac dulu, ya kan Mac?” tanya Carrie, menoleh pda Mac.

Mac yang duduk bersama Edward, Julian, Richard dan suaminya Natalie hanya diam saja.

Mac benar-benar malas, harus jadi tuan rumah diacara keluarganya nanti.  Berkumpul kumpul lagi seperti ini, sangat tidak menyenangkan.

Elsa meminta pelayannya untuk menyediakan makanan dan minuman diruang keluarga.

Tidak berapa lama Mr. Crist datang menghampiri Elsa.

“Mrs. Semua kamar sudah disiapkan,” lapornya.

“Ya terimakasih ya,” kata Elsa, lalu menoleh pada seluruh keluarganya.

“Kalian kalau mau istirahat bisa langsung istirahat ya kamar-kamar sudah disiapkan,” kata Elsa, lalu menoleh pada Maureen.

“Maureen, kau siapkan pakaian untuk besok,” ucap Elsa.

“Kita akan kemana?” tanya Maureen.

“Kalian akan bulan madu ke Swiss, kita akan menemani kalian, biar seru!” jawab Carrie, membuat semua anggota keluarga tersenyum. Maureen tidak menjawab, dia hanya tersenyum, matanya melirik kearah Mac tapi pria itu cuek tidak memperhatikannya.

“Mr.Crist, kamar mana yang kosong?” tanya Mac pada Mr.Crist.

“Maaf Sir. Semua kamar sudah penuh, apakah ada yang akan datang lagi?” tanya Mr. Crist.

“Ko penuh? Kan kamar tamu banyak,” kata Mac, keheranan.

Tiba-tiba Carrie nyeletuk.

“Aku sedang hamil, aku gampang sekali gerah, jadi Julian tidur dikamar lain, aku ingin sendiri tidurnya,” kata Carrie.

“Aku juga apalagi perutku lebih besar, suka merasa kepanasan, jadi Ricahrd beda kamar,” ucap Rose.

“Kenapa bisa begitu?” gumam Mac, tidak mengerti. Sepertinya saudara-saudaranya sengaja bersikap begitu Menuhin semua kamar kamar biar dia tidak punya tempat lain untuk tidur.

“Mac, buat apa kau mencari kamar kosong?” tanya Richard.

“Tidak, tidak apa-apa,” jawab Mac dia tidak mau sekamar dengan Maureen.

Tiba-tiba Carrie nyeletuk.

“Jangan bilang buat kamarmu ya, kalian sedang bertengkar? Masa pengantin baru bertengkar?” kata Carrie.

“Siapa yang bertengkar? Aku tidak bertengkar?” elak Mac.

“Ya baguslah!” kata Carrie. Saudara yang lain pada tersenyum.

Mac merasa yakin pasti saudara-saudaranya membuatnya terpaksa sekamar dengan Maureen, awas saja fikirnya.

Maureen hanya  mendengar obrolan mereka. Hatinya semakin sedih saja  suaminya sekamar dengannya saja tidak mau.

“Maureen kata Mommy kau pandai memasak?” tanya Rose.

“Sedikit,” jawab Maureen sambil tersenyum.

“Aku juga suka memasak, kalau ada waktu kita masak bersama,” ucap Rose.

“Mac makannya banyak! Pasti dia akan tambah gemuk nanti!” seru Natalie.

“Tidak tidak, aku tidak mau gemuk!” ujar Mac, diikuti tawa yang lain.

“Ya terpaksa mau tidak mau kau akan gemuk!” ucap Carrie yang lain masih tertawa.

Mac tidak bicara lagi, dia pusing dengan candaan saudaranya.

Malampun telah larut, saudara-saudara Mac itu mulai masuk kamarnya masing- masing. Anak-anak ada yang ikut bersama orang tuanya ada juga yang bersama pengasuhnya.

Kini tinggal Mac sendiri diruang keluarga.

“Kau tidak tidur?” tanya Elsa saat melihat Mac masih menonton TV.

“Aku sedang menonton TV,” jawab Mac.

“Di kamarmu juga kan ada televisi,” kata Elsa.

Mac diam saja.

“Tidurlah, tidak baik kau tidur disini, saudara-saudaramu semua sudah ada di kamarnya masing-masing,” kata Elsa lagi, menatap putranya.

Mendengarnya Mac terpaksa mematikan televisi lalu  berjalan meninggalkan ibunya. Dengan malas dia membuka pintu kamarnya.

Dilihatnya Maureen sedang berbaring ditempat tidur. Dia menatapnya, dia ingin mengusirnya dari tempat tidur itu, tapi bagaimana kalau Maureen berteriak? Bisa -bisa semua keluarga akan berdatanganan menanyakan kenapa? Akan sangat kacau jadinya.

Terpaksa diambilnya bantal dan selimut didalam lemari, ditatanya di sofa itu. Sebenarnya dia ingin tidur di tempat tidur, tapi terpaksa mengalah daripada harus ribut dan jadi tontonan keluarganya. Macpun mengalah tidur di sfoa.

Maureen membuka matanya, dia sebenarnya belum tidur, dia tidak menyangka kalau Mac mau masuk ke kamarnya. Mungkin karena kamar dirumah ini penuh, jadi terpaksa tidur dikamarnya, dia juga tidak menyuruhnya pindah.

Maureen bangun dari tidurnya, menatap Mac yang masih menonton televisi.

“Kau belum tidur?” tanya Maureen. Mac tidak menjawab. Tahu dia sedang menonton tekevisi ditanya belum tidur, ya belum tidurlah, batinnya.

“Aku akan menyiapkan pakaianmu untuk besok,” kata Maureen, sambil turun dari tempat tidurnya.

“Jangan-jangan!” Larang Mac.

Maureen menatap Mac.

“Kenapa jangan? Aku tidak mau dianggap istri yang tidak bisa mengurus suami,” kata Maureen dengan ketus. Dia tetap menuju lemari pakaian, dicarinya koper milik Mac, dan kopernya yang ternyata sudah dikirimkan dari hotel itu.

Mac tidak bicara lagi, dia menekan nekan tombol remote dengan keras.

Maureen memilih milih pakaiannya Mac lalu dimasukkan ke dalam kopernya.

“Ada lagi yang kau butuhkan yang harus dibawa?” tanya Maureen. Mac masih diam saja.

“Aku sudah memasukkan semua pakaian yang akan dibutukan disana,” ucap Maueen, meskipun perkataannya tidak dijawab oleh Mac.

Diapun menyimpan kopernya Mac disamping kopernya, lalu naik ke temat tidur. Setelah naik dia turun lagi.

Diambilnya bantal dan selimutnya.

Dilihatnya Mac masih berbaring di sofa itu. Maureen melihat karpet dilantai yang ada di sebelah tempat tidur, diapun menyimpan bantal disana lau berbaring dengan berselimut, memejamkan matanya sampai terlelap.

Mac masih kesal dengan acara bulan madu yang beramai-ramai ini, dengan kesal dia mematikan televisinya, lalu melirik kearah tempat tidur, ternyata kosong. Kemana Maureen? Ternyata gadis itu tidur diatas karpet yang ada di lantai di samping tempat tidur.

******************

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

kasiannnnn... Maureen semangattt💪💪

2021-08-09

0

Ririn Satkwantono

Ririn Satkwantono

klo aq... dah tk sunat smp habis si mac itu

2021-05-23

0

Supriyani

Supriyani

hebat Mauren bisa sabar👍

2021-03-22

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!