CH-11 Serasa Bukan Suami

Maureen menghentikan taxinya didepan sebuah rumah. Bersamaan dengan keluarnya seorang gadis seumuran dengannya.

“Hai pengantin baru!” seru gadis itu, saat Maureen keluar dari taxinya.

“Diana, kau akan berangkat kerja?” tanya Maureen, setelah membayar ongkos taxi lalu taxi itu meninggalkan halaman rumah itu.

“Tentu saja aku akan bekerja, memangnya kau, sudah jadi pengantin bebas bekerja, kau tinggal minta uang pada suamimu yang kaya itu,” jawab Diana.

“Kau ini bicara apa? Uang darimana? Aku masih memakai uangku! Kau fikir dengan pernikahan yang tiba-tiba ini aku akan bahagia, begitu?” keluh Maureen, dengan tampang cemberut. Diapun bersandar di sebuah mobil warna merah yang terparkir disana.

“Kenapa bisa begitu?” tanya Diana keheranan, menatap Maureen.

“Hidupku sangat menyedihkan menikah dengannya,” jawab Maureen.

“Menyedihkan bagaimana? Apa kau tidak tahu semua gadis di negeri ini cemburu padamu!” seru Diana, tidak habis fikri dengan pengakuan saudaranya.

“Ah apa yang harus di cemburui?” keluh Maureen.

“Kau ini tidak sadar juga ya, dia itu salah satu pangeran di negeri ini, dia juga sangat tampan, kau beruntung bisa melihat wajahnya setiap hari,” seru Diana lagi.

Maureen hanya terdiam lesu, semua yang dikatakan Diana tidak ada artinya buatnya, meskipun pangeran tampan itu suaminya, tapi dia merasa bukan suaminya.

“Dia memang tampan,  tapi dia sama sekali tidak melirikku,” keluh Maureen.

“Apa? Dia sejaim itu? Apa dia tidak lihat, kalau kau ini sangat cantik, banyak pria yang menyukaimu!” tanya Diana, mendekati Maureen dan memeluk bahunya.

“Banyak yang suka tapi aku dihianati oleh pacarku sendiri,” keluh Maureen.

“Itu karena pacarmu itu yang sok ganteng, sok laku, tiap gadis cantik di embat- embat saja. Sudah lupakan saja pria yang seperti itu! Dia pasti sekarang juga sedang menyesal karena kau mendapatkan pria yang lebih baik dari dia,” kata Diana.

“Lebih baik apanya? Dia sangat ketus padaku,” keluh Maureen lagi.

“Ya mungkin karena kalian belum kenal,” jawab Diana.

“Ya makanya, sebenarnya buat apa pernikahan ini? Semua sangat dipaksakan, dia tidak menyukaiku, aku juga tidak. Kejadian di semak-semak itu kan kita tidak melakukan apa-apa,” kata Maureen.

“Kenapa kau tidak coba untuk mengambil hatinya?” tanya Diana.

“Maksudmu apa?” tanya Maureen, menatap Diana.

“Tentu saja kau buat dia jatuh cinta padamu, daripada dia diambil orang diambil gadis lain? Kau kan istrinya, kau berhak memilikinya,” kata Diana.

“Dia itu sangat kasar Diana, dia sangat membenciku,” ucap Maureen.

“Tidak, kalau dia jatuh cinta padamu,” kata Diana. Tangannya memutar kedua bahu Maureen supaya mengahadapnya. Merekapun bertatapan.

“Kau rayu dia, kau buat dia jatuh cinta padamu, maka dia tidak akan lagi kasar padamu. Sayang kalau kau sudah menikah dengannya dan membiarkannya bersama gadis lain, kau juga masa mau jadi janda?” kata Diana.

“Entahlah, dia sangat kasar, dia sangat tidak menginginkanku, bagaimana aku bisa membuatnya jatuh cinta? Dia sangat keras orangnya,” ucap Maureen.

“Jadi sekarang kau tinggal dimana? Bukankah kalian harusnya bulan madu?” tanya Diana.

“Tidak, tidak, bulan madu dengan dia? Ah aku malas,” keluh Maureen.

“Aku akan ke acara asosiasi pengusaha mewakili Daddyku, kau temani aku ya, dari pada kau tidak ada kerjaan, kau juga pasti belum boleh bekerja kan?” kata Diana.

“Ya sudah, aku ikut saja,” jawab Maureen.

Diana berjalan memutar memasuki mobilnya diikuti oleh Maureen.

“Acaranya tidak sampai sore kan? Aku harus membantu mertuaku memasak buat suamiku,” kata Maureen saat dia sudah didalam mobil.

“Kau memasak buat saumimu?” tanya Diana.

“Iya, sekarang aku tinggal dirumah mertuaku, dan kata mertuaku, suamiku itu sangat suka makan, jadi memberitahukan makanan kesukaannya,” jawab Maureen.

“Bukankah itu awal yang bagus? Sepertinya mertuamu sangat baik, kau bisa memanfaatkan situasi ini untuk membuat suamimu jatuh cinta padamu,” kata Diana, mengemudikan mobilnya di jalan raya.

“Dia itu suamiku tapi serasa bukan suamiku, dia sangat acuh padaku. Aku tidak tahu harus berbuat apa sebagai istri, suamiku juga tidak memandangku sedikitpun,” keluh Maureen lagi.

“Kau harus bersabar, kau harus berusaha, daripada suamimu diambil gadis lain, terus kalian bercerai, semua akan tambah kacau, kau jalani saja pernikahanmu,” kata Diana.

Mobilnya meluncur menuju gedung asosiasi pengusaha.

Sekitar satu jam lebih mobilnya Diana berhenti di gedung itu. Di halaman parkir tampak sudah banyak juga yang berdatangan. Acara Asosiasi Pengusaha ini sudah diadakan berpuluh puluh tahun yang lalu, ajang pertemuan dan rekonsiliasi perkembangun usaha yang terjadi di negeri ini.

“Kau sering pergi kesini?” tanya Maureen.

“Hanya beberapa kali saja menemani ayahku,” jawab Diana.

Merekapun memasuki gedung yang luas itu. Di teras tampak orang-orang yang berkumpul disana-sini mengobrol.

“Kau lihat, mereka tampan-tampan, kau beruntung sudah mendapatkan suami yang tampan, aku masih harus berjuang mendapatkannya,” seru Diana.

Maureen diam saja, kalau dari luar siapa yang tidak mengatakan dia beruntung? Tapi dari dalam, dia sama sekali tidak mendapatkan kebahagiaan menikah dengan Mac.

“Uncle kesini juga kan?” tanya Diana, sambil memberikan kartu undangan pada panitia yang ada di pintu masuk.

“Kau benar, mungkin ayahku kesini juga,” jawab Maureen, dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, dan matanya melihat siapa yang dicarinya.

Ternyata ayahnya sedang bicara dengan mertuanya, Mr.James. Hatinya langsung lesu saja, apa mungkin Mac juga kesini? Dia malas bertemu dengan suaminya, pasti akan berbuat menjengkelkan lagi.

Kebetulan dengan ayahnya itu menoleh kearahnya. Dia tampak terkejut putrinya ada disana.

“Sayang, kau ada disini? Kemarilah!” seru Mr.Arnold.

“Ya Daddy,” jawab Maureen, dia menoleh pada Diana yang ternyata sudah menghilang.  Matanya mencari-cari Diana ternyata dia sedang mengobrol dengan seorang pria muda yang tampan, sepupunya itu benar-benar bersemangat .

“Sayang!” panggil ayahnya lagi.

Maureen akhirnya menghampiri ayahnya sendirian, tanpa mengajak Diana.

“Daddy James!” sapa Maureen pada ayah mertuanya. James hanya tersenyum.

“Kau kesini dengan suamimu?” tanya James, sambil matanya mengedar ke sekeliling ternyata dia tidak melihat Mac.

“Tidak, aku dengan Diana, sepupuku. Mac, maksudku suamiku tadi pagi bersama Daddy Edward,” jawab Maureen.

“Sekarang kau tinggal dirumah mertuamu?” tanya Mr.Arnold.

Mendengarnya James merasa tidak enak, nanti dikiranya dia tidak memperlakukan menatunya dengan baik, membiarkan mereka tinggal di rumah mertuanya.

“Sebenarnya aku sudah menyiapkan sebuah rumah sebagai hadiah pernikahan mereka,” kata James, membuat Maureen terkejut. Dia sama sekali tidak senang serumah dengan Mac, tiap hari harus bereemu dengan pria itu. Tinggal di rumah mertuanya setidaknya ada ibu mertuanya yang disegani Mac.

“Itu bagus, tidak baik tinggal terus dengan mertua, tetap harus punya rumah sendiri, tadinya aku akan menghadiahi mereka rumah, Maureen kan putriku satu-satunya,” kata Mr.Arnold.

“Sepertinya tidak perlu, aku sudah menyiapkan hadiah rumah buat mereka,” kata James. Tiba-tiba pria itu berseru memanggil nama seseorang.

“Mac! Mr. Edward, kalian baru tiba?” serunya, menoleh kearah pintu masuk. Mendengar nama suaminya disebut langsung saja Maureren merasa semakin malas dan ingin meninggalkan ruangan ini secepatnya.

Mac terkejut saat menoleh kearah yang memanggilnya, ada istrinya disitu juga mertuanya, dia tidak ingin bercakap-cakap dengan mereka.

“Mr.James! Mr.Arnold!” seru Edward, dia langsung menghampiri mereka, tentu saja Mac juga terpaksa harus kesana. Matanya langsung bertemu dengan mata Maureen. Gadis itu membuang muka, Mac juga.

“Sayang, bawakan minum untuk suamimu,” kata Mr.Arnold.

Baru juga Maureen akan beranjak,  meskipun malas, Mac sudah menjawab.

“Tidak usah, aku tidak haus,” jawabnya dengan ketus. Semua orang terdiam. Mr. Arnold tampak terkejut dengan nada ketusnya Mac.

“Mr, Arnold, apa kau ada rencana membuka proyek baru?” tanya James, mengalihkan perhatiannya Mr.Arnold. Matanya saling pandang dengan Edward.

“Iya ku dengar kau punya proyek baru,” kata Edward, dia juga mengerti maksud James, jangan sampai Mr. Arnold melihat sikap ketusnya Mac pada Maureen, mereka sebagai besannya akan merasa tidak nyaman.

Maureen menatap Mac lalu menarik tangannya keluar dari ruangan itu.

“Kau mau apa menarik-narik tanganku?” tanya Mac dengan kesal sambil menepiskan tangannya Maureen.

Maureen menatap wajahnya Mac, menatapnya tajam. Pria itu memang tampan, tapi perilakunya sangat menjengkelkan, hilang sudah ketampanannya itu.

“Dengar, kau boleh tidak menyukaiku, tapi bisakah kau bersikap lebih halus jika sedang ada orangtuaku?” kata Maureen dengan ketus.

“Buat apa? maksudmu aku harus berpura-pura baik padamu?” tanya Mac, membuat jengkel Maureen.

“Aku tidak mau orangtuaku kecewa kau memperlakukanku dengan buruk. Oke lah di depan keluargamu aku bisa menerima kau berlaku buruk padaku, tapi jangan di depan orangtuaku!” kata Maureen dengan tegas. Matanya masih menatap Mac dengan tajam.

Mac diam tidak bicara, dia benar-benar tidak suka dengan pernikahan ini, dia tidak suka kemana-mana harus berkaitan dengan wanita ini. Dia tidak suka! Pernikahan ini benar-benar sangat ribet, batinnya.

Maureen meninggalkan Mac sendirian. Dia menuju meja yang menyediakan minuman. Dia sebenarnya sedih, kenapa dia harus tiba-tiba menikah dengan pria yang tidak mencintainya? Pria itu bahkan sama sekali tidak menghargainya. Seolah-olah dirinya yang bersalah atas pernikahan ini, padahal dia sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini.

Mac kembali menghampri orangtuanya dan mertuanya. Tidak berapa lama Maureen datang membawa dua gelas minuman, diberikannya pada Mac, diapun melirik pada Edward yang ternyata sudah memegang sebuah gelas.

“Terimakasih,” ucap Mac. Maureen tidak menjawab.

James menoleh pada Mac.

“Sayang, Daddy sudah menyiapkan hadiah rumah untukmu dan Maureen, kau bisa segera menempatinya bersama Maureen,” kata James, membuat Mac terkejut sedangkan Maureen sudah tahu dari tadi soal itu.

“Rumah?” tanya Mac, menatap James.

“Iya, kau kan tidak mungkin tinggal terus dengan Mommymu, kalian harus punya rumah sendiri,” kata James.

Mac tidak menjawab, dia semakin malas saja pindah rumah, setiap hari harus bertemu dengan wanita ini. Semakin membuatnya malas pulang, tapi bukankah itu bagus? Biarkan saja wanita ini dirumah, diakan bisa bebas tidur dimana saja, mau ke rumah Daddy James bisa, ke rumah Mommy Elsa juga bisa, sebodo dengan wanita ini, fikirnya.

“Iya Daddy, terimakasih,” jawab Mac.

Terdengar suara pengumuman di mircopon kalau acara akan segera dimulai.

James tampak berjalan menuju ke depan forum, menduduki meja yang bertuliskan tim penasihat. Sedangkan Edward bersama dengan Mr Arnold, berjalan menuju kursi- kursi sambil bercakap cakap bisnis.

Kini tinggal Maureen dan Mac. Pria itu berjalan duluan, terpaksa Maureen mengikutinya. Apa kata ayahnya dan mertuanya kalau mereka duduk terpisah, apalagi semua orang tahu mereka baru saja menikah, seharusnya mereka terlihat mesra berpegangan tangan atau berpelukan, ini malah duduk terpisah akan jadi guncingan semua orang.

Mac duduk dikursi sebelahnya Maureen. Pria itu sama sekali tidak meliriknya, boro-boro mau mengobrol apa, sepertinya pria itu benar-benar tidak menyukainya.

Diana sih malah mengajaknya kesini, tidak terfikirkan olehnya akan bertemu Mac disini, fikir Maureen.

“Apa acaranya sampai sore?” tanya Maureen, menoleh pada Mac. Mac diam saja.

“Aku sudah janji pada Mommy Elsa untuk membantunya memasak,” kata Maureen.

“Tidak usah repot repot, kau akan membuat perutku sakit saja,” ucap Mac.

Maureen merasa sakit hati mendengarnya, diapun kembali mengalihkan pandangannya ke depan forum.

“Aku tidak peduli kau sakit perut, yang penting aku akan tetap mamasak tiap hari,  biar kau sakit perut setiap hari,” kata Maureen dengan kesal, tanpa melihat Mac.

“Jangan harap aku makan masakanmu, aku akan makan diluar,” ucap Mac masih dengan nada ketusnya.

“Terserah,” jawab Maureen.

Merekapun tidak ada yang bicara lagi, wajah keduanya terlihat kusut.

***************

Terpopuler

Comments

Patrish

Patrish

nunggu bucinnya Mark.... 🤣🤣

2021-11-01

0

Bzaa

Bzaa

hhhaaaa.... 😁😁

2021-08-09

0

Ririn Satkwantono

Ririn Satkwantono

tom and jerry

2021-05-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!