CH-10 Menyiapkan sarapan

Maureen keluar dari kamarnya menggunakan bajunya Elsa, ternyata pakaiannya Elsa itu cukup dibadannya. Saat menuruni tangga, diruang keluarga itu sudah ada mertua laki-laki juga, Edward sudah pulang, dan sedang duduk-duduk bersantai dengan Mommynya Mac juga pria yang menjadi suaminya itu.

Edward menoleh pada Maureen yang menghampiri mereka.

“Daddy,” sapa Maureen sambil tersenyum. Tapi kemudian wajahnya berubah saat Mac kembali memotong perkataannya.

“Ini lagi, jangan panggil Daddy!” kata Mac dengan ketus.

Edward menoleh pada Maureen lalu pada Mac.

“Kenapa? Maureen kan menantu Daddy, jadi tidak apa-apa memanggil Daddy,” kata Edward, membuat Mac tambah cemberut saja.

“Duduklah, nak.” Kata Edward.

Maureen mengangguk duduk disofa yang terpisah.

Elsa menoleh pada Maureen.

“Kau belum makan kan, ayo aku temani,” kata Elsa, sambil menoleh pada Mac.

“Sayang, kau juga belum makan kan? Ayo makan,” ajak Elsa.

“Tidak, aku tidak lapar,” jawab Mac dengan ketus.

“Benar tidak mau makan? Mommy memasak makanan kesukaannmu, “ ucap Elsa.

Mac tampak bereaksi tapi saat melihat Maureen, moodnya langsung hilang.

“Tidak Mommy, aku tidak lapar,” jawab Mac.

Elsa tidak bicara apa-apa lagi diapun bersama Maureen ke ruang makan.

“Duduklah,” kata Elsa pada Maureen saat mereka sudah sampai di meja makan.

“Terimakasih, Mommy,” jawab Maureen.

“Tidak perlu canggung, kau kan istrinya Mac,” kata Elsa.

“Tapi dia tidak menganggapku begitu,” jawab Maureen.

“Ya perlahan-lahan juga dia pasti membuka hatinya untukmu,” kata Elsa.

Maureen terdiam.

“Memangnya kau tidak menyukai Mac?” tanya Elsa menatap Maureen.

“Tidak Mommy, aku belum mengenalnya. Lagipula aku baru patah hati,” jawab Maureen.

“Patah hati?” Tanya Elsa.

“Iya, pacarku berselingkuh berkali-kali,” jawab Maureen. Elsa terdiam mendengarkan.

“Tapi Mac meskipun dia sedikit kasar, tapi dia bukan tipe pria yang seperti itu, kau juga harus mulai membuka hatimu untuknya, lambat laun Mac juga melakukan hal yang sama, dan kalian akan merasa cocok,” kata Elsa panjang lebar.

Maureen tidak menjawab.

“Ayo makanlah,” ucap Elsa. Maureen mengangguk dan dia mulai makan makann dimeja itu.

“Ini semua adalah makan kesukaannya Mac. Kalau kau mau kau bisa belajar memasak, besok. Apa kau bisa memasak?” tanya Elsa.

“Bisa Mommy, Mommyku punya restaturan, jadi aku belajar memasak sedikit sedikit,” jawab Maureen.

“Wah itu bagus. Berarti Mac cocok menikah denganmu, dia sangat suka makan,” seru Elsa.

“Benarkah? Tapi badannya sangat bagus,” ucap Maureen, dia ingat saat Mac tidak berpakaian di kamarnya saat diperkebunan itu.

“Kau melihatnya?” tanya Elsa.

“Tidak sengaja Mommy,”jawab Maureen sambil tertawa, dengan wajahnya yang memerah.

“Dia suka makan tapi juga suka berolah raga, jadi badannya bagus,” jawab Elsa, sambil tersenyum.

“Begitu ya,” ucap Maureen.

“Iya,” jawab Elsa mengangguk.

“Bagaimana kalau besok pagi kau membantu Mommy memasak kesukaannnya Mac, buat sarapan,” usul Elsa.

Maureen terdiam.

“Kau mau kan?” tanya Elsa, menatap menantunya yang seperti ragu-ragu.

“Iya Mommy, aku mau,” jawab Maureen. Sebenarya dalam hatinya dia tidak mau memasak untuk pria kasar itu tapi dia menghargai mertuanya jadi  dia mau melakukannya.

“Maaf Mommy, apakah Mommy dan Daddynya Mac itu berpisah?” tanya Maureen.

“Iya, kenapa kau bertanya begitu?” tanya Elsa, menatap Maureen.

“Karena Mac bersikap kasar padaku, dia seperti dari keluarga broken home padahal aku melihat keluarga kalian sangat harmonis,” jawab Maureen.

“Dia hanya kecewa karena Mommy dan Daddynya tidak bersama. Jadi kau mau ya memulai sesuatu yang baik untuk pernikahan kalian? Kau harus tahu, kalau Mac hatinya sangat lembut, dia sebenarnya bukan tipe yang suka menyakiti wanita, hanya saja  ada sesuatu yang membuatnya kecewa jadi bersikap begitu,” kata Elsa kembali menatap Maureen yang sedang makan.

“Iya Mommy, aku mau,” jawab Maureen. Dia berfikir apa benar kata Mommynya Mac kalau Mac itu berhati lembut? Dia ko merasa tidak percaya ya. Orang sekasar itu berhati lembut? Lembut darimananya?

Maureen kembali melanjutkan makan malamnya sedirian. Elsa memperhatikannya. Sebenarnya Maureen gadis yang sangat cantik, tapi kenapa Mac sepertinya tidak tertarik sedikitpun? Hati putranya itu seperti tanaman yang kering dan membutuhkan air untuk menyiramnya supaya tumbuh kembali.

Dia jadi curiga jangan-jangan kenapa Mac tidak berjodoh dengan Sharon juga karena hati Mac yang menolak untuk dekat dengan seorang gadis dan hanya menjadikannya teman saja.

Hari semakin larut, Maureen sudah masuk kamarnya. Dia merasa bebas, pria itu tidak masuk masuk kamarnya. Diapun tidur di tempat tidur itu sampai pagi.

Keesokan harinya Mauree merasa aneh karena dia tidur tanpa ada yang membangunkannya untuk pindah ke sofa, kemana Mac? Karena janji pada mertuanya kalau dia akan membuatkan sarapan buat Mac, jadi Maureen buru-buru bangun dan bergegas mandi.

Saat menuruni tangga dia melihat suaminya itu tidur di sofa ruang keluarga dengan tangan satunya yang terkulai memegang remote.

Rupanya suaminya itu tidak mau sekamar dengannya, pantas saja tidak ada yang mengganggunya tidur. Tapi ah biar saja.

Maureen menatap pria yang sedang tidur itu. Dia baru tersadar ternyata Mac itu memiliki wajah yang sangat tampan, kenapa dia selama ini tidak memperhatikannya? Mungkin karena dia masih teringat pada pacarnya yang menghianatinya itu.

Ya pria muda itu sangat tampan, tapi sayang dia sangat kasar dan menyebalkan, jauh dari yang kata Mommynya berhati lembut, mungkin Cuma pendapat Mommynya saja karena Mac putranya jadi memujinya begitu, fikir Maureen.

Meskipun dia tidak suka dengan pernikahannya, tapi tidak ada yang bisa dilakukannya selain mencoba mengenalnya. Kalaupun dia pulang ke rumah orangtuanya, pasti mereka akan melarangnya berpisah dengan Mac.

Akhirnya Maureen segera pergi ke dapur. Ternyata disana ada Elsa yang sedang menyiapkan sarapan dengan koki.

Malihat Maureen yang bangun pagi-pagi, Elsa merasa senang, ternyata menantunya tipe yang rajin.

“Kau mau membantuku memasak?” tanya Elsa.

Maureen mengangguk.

“Aku akan memberitahumu makanan kesukaannya Mac. Nanti kalau kalian sudah punya rumah sendiri, kau bisa sering memasak untuknya,” kata Elsa.

“Iya Mommy, bahannya pa saja?” tanya Maureen.

Elsa mulai menjelaskan ini dan itu makan kesukaannya Mac. Dia terus memperhatikan menantunya itu, dia melihat memang Maureen tipe yang tidak banyak mengeluh, dia mengikuti apa yang diajarkananya, dia beruntung menantu- menantu perempuannya sangat pandai memasak. Mungkin langkah yang harus dilakukannya sekarang adalah membuat Mac dan Maureen saling jatuh cinta, dia tidak mau pernikahan mereka berakhir dengan  perceraian.

Mac membuka matanya saat Edward turun dari tangga sudah berdandan rapih akan berangkat bekerja.

“Kenapa kau tidur disini?" tanya Edward.

“Aku ketiduran, menonton tv,” jawab Mac beralasan, padahal karena tidak mau sekamar dengan Maureen.

“Apa kau mau ikut Daddy ke kantor?” tanya Edward.

“Itu lebih baik Daddy, aku juga sebenarnya ingin ke kantor Daddy James juga,” jawab Mac.

“Ya kau memang lebih dibutuhkan disana,” jawab Edward.

Mac bangun dari tidurnya, menggeliatkan badannya yang terasa pegal.

“Atau kau akan jalan-jalan dengan istrimu?” tanya Edward.

“Tidak, tidak, aku tidak mau jalan-jalan dengannya,” jawab Mac.

“Tapi tidak ada salahnya kan? Kalian kan pengantin baru, biar kalian bisa saling mengenal,” kata Edward.

“Ah tidak tidak tidak, aku lebih baik ikut Daddy ke kantor saja,” jawab Mac.

“Ya sudah, cepat mandi Daddy tunggu dimeja makan, kita sarapan dulu,” kata Edward.

Mac cepat cepat bangun dan pergi ke kamarnya. Dilihatnya kamarnya sudah kosong, Maureen tidak ada disana.

“Hem, kemana dia? Dia pasti senang tidur sendirian di kasurku,” gerutunya. Diapun langsung masuk ke kamar mandi, bersiap-siap ke kantor bersama Edward.

Di meja makan, sudah ada Edward, Elsa dan Maureen juga sikembar Agatha dan Amanda yang ditemani pengasuhnya, mereka benar-benar tidak bisa diam, makan sambil mengganggu saudaranya. Membuat ruang makan itu menjadi berisik.

“Kenapa kalian terus bertengkar? Membuatku pusing saja,” keluh Edward.

Amanda mulai mejerit-jerit karena rebutan sesuatu yang tidak jelas dengan Agatha.

Edward makan menu dipiringnya itu dengan lahap. Datanglah Mac ke dalam ruang makan itu, dia sudah mandi dan berpakain rapih dengan stelan jasnya, dia terlihat sangat berwibawa dengan stelan jasnya itu.

Maureen menoleh kearah pintu, seketika dia terkesima, melihat Mac dengan penampilan seperti itu terlihat sangat menawan dan berkharisma. Dia menatapnya tidak berkedip. Rasanya tidak percaya kalau pria setampan itu adalah suaminya. Apa benar suaminya? Tapi sayang pria setampan itu sangat kasar padanya.

Elsa menoleh pada Maureen akan ada yang ditanyakan , tapi melihat menantunya itu menatap putranya terkesima. Diapun jadi tersenyum, sepertinya Maureen mulai menyukai putranya.

“Makanannya sangat enak, aku makan banyak, perutku terasa kenyang,” kata Edward.

Mac segera duduk disamping ayahnya. Maureen sesekali meliriknya, rasanya tidak bosan bosannya melihat wajah tampan suaminya itu. Tapi kalau mengingat perilaku kasarnya, membuatnya ilfeel saja.

“Sayang kau akan ikut Daddy Edward ke kantor atau ke kantornya Daddy James?” tanya Elsa.

“Aku mau ke kantor Dadddy Edward, aku ingin bertemu kak Richard juga,” jawab Mac.

“Ayo makanlah sayang,” kata Elsa.

“Iya Mommy,” jawab Mac, Elsa mengisikan makanan kesukaannya Mac.

Maureen melihat Mac makan sangat lahap, dia merasa senang, ternyata Mac menyukai masakannya.

“Aduh perut Daddy sangat kenyang, kau juga makan yang banyak,” kata Edward.

“Iya, masakan Mommy memang selalu enak, aku suka,” jawab Mac, diapun menghabiskan makannya.

“Itu bukan masakan Mommy,” jawab Elsa.

“Bukan? Biasanya Mommy yang memasaknya,” kata Mac.

“Tidak pagi ini, itu masakannya Maureen, bagaimana? Enak bukan?” ucap Elsa.

Mendengar nama Maureen tiba-tiba Mac  terkejut dia tidak menyangka masakan yang dia puji itu ternyata masakannya Maureen.

“Sepertinya aku sakit perut, aku duluan,” kata Mac, sambil beranjak. Edward dan Elsa hanya menatap kepergiannya.

Maureen jadi cemberut. Dia kesal kenapa tadi saat makan bilang enak tapi saat tahu dia yang memasak jadi sakit perut?

Elsa mengusap punggungnya Maureen, dia tahu Maureen pasti kecewa.

“Jangan diambil hati ya, masakanmu sangat enak, Mac hanya tidak mau mengakuinya,” hibur Elsa.

Maureen hanya tersenyum kecut.

“Hari ini apa ada yang ingin kau kerjakan?” tanya Elsa.

“Aku akan menemui sepupuku, Mommy, tidak apa-apa kan?” jawab Maureen, lanjut bertanya  pada mertuanya.

“Ya, pergilah, kau bisa minta supir untuk mengantarmu,” kata Elsa.

“Tidak Mommy, aku pakai taxi saja,” jawab Maureen.

“Baiklah kalau begitu,” ucap Elsa, terseyum pada menantunya itu.

“Nanti malam kau mau membantu menyiapkan makan malam lagi buat Mac?” tanya Elsa.

Maureen menatapnya, tadi saja Mac tidak menyukaa masakannya. Tapi akhirnya dia mengangguk.

“Baiklah Mommy aku akan membantu memasak, meskipun Mac bilang sakit perut,” jawab Maureen sambil tersenyum kacut. Elsa pun tersenyum.

**********************

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

semangatttt moorent.... sabarrrr🤣

2021-08-09

0

Melati Putri

Melati Putri

terlalu kasar si mac

2021-03-09

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!