Pagi-pagi sekali Mac sudah meninggalkan perkebunan, dengan terpaksa dia membawa Maureen, tidak ada jalan lain, hanya satu alasannya ternyata dia tidak tega mengecewakan Mommynya tercinta.
Selama perjalanan tidak ada yang bicara satu sama lain. Keduanya malas untuk berkomunikasi. Mac juga sedang lelah bertengkar dengan wanita ini.
Sesampainya di rumah, Elsa menyambutnya dengan senang. Dia tersenyum lebar melihat putranya datang dengan istrinya.
Elsa memeluk putranya dan mencium keningnya. Mac harus menundukkan kepalanya saat ibunya akan mencium keningnya karena tubuhnya yang lebih tinggi dari ibunya. Kemudian Mac balas memeluk dan mencium pipi ibunya.
Maureen tertegun melihat sikap sayang Mac pada ibunya, tidak seperti pria yang kasar, tapi kepadanya kenapa seperti begitu membencinya padahal mereka baru bertemu?
Maureen menghampiri Elsa, menatap ibu mertuanya sambil tersenyum.
“Mommy,” panggil Maureen.
Mendengar Maureen memanggil ibunya dengan sebutan Mommy, Mac langsung menoleh pada Maureen.
“Jangan ikut-ikutan memanggil Mommy, dia bukan Mommymu,” bentak Mac, dengan sorot mata tajam pada Maureen.
Elsa terkejut mendengarnya. Kenapa putranya sekasar itu pada istrinya?
Tangan Elsa menyentuh tangan Mac, menenangkannya.
“Sayang jangan seperti itu, tidak apa-apa Maureen memanggil Mommy juga,” kata Elsa. Mac langsung berubah masam.
Elsa tersenyum pada Maureen yang mendekatinya dan akan memeluk Elsa, tapi sebelum Maureen memeluk Elsa, tangannya ditepiskan oleh Mac.
“Jangan ikut-ikutan meluk juga!” larangnya, membuat Elsa terbengong melihat sikap putranya itu.
“Kau tidak boleh begitu sayang, dia kan istrimu,” kata Elsa, menatap Mac.
“Iya Mommy, dia memang suka begitu, agak agak gimana gitu,” keluh Maureen.
“Apa kau ngadu-ngadu?” maki Mac, menoleh pada Maureen, gadis itu langsung bersembunyi dibelakang tubuh Elsa. Dia tahu kalau Mac tidak akan berani pada ibunya.
Elsa menatap Mac dan tersenyum.
“Sudah, ayo masuk, sebentar lagi Daddymu pulang. Kalau kalian mau istirahat, istirahat saja, kamarmu sudah dibesihkan,” kata Elsa, tangan kanannya menggandeng tangannya Mac, sedangkan tangan kirinya dipeluk Maureen.
Mac tampak mendelik pada Maureen, dia tidak suka wanita itu dekat-dekat dengan ibunya. Tangannya menepiskan tangan Maureen dari tangan ibunya.
"Lepaskan! Jangan peluk-peluk tangan Mommyku!" larang Mac.
"Tidak mau!" tolak Maureen, semakin mempererat pelukannya.
“Mac!” panggil Elsa. Mac menghentikan gerakannya.
“Jangan dekat-dekat ibuku, tidak usah soak akrab,” keluhnya pada Maureen, tangannya akan menjitak gadis itu.
“Mac!” panggil ibunya lagi menatapnya tajam. Akhirnya Mac pun diam, Maureen mencibir.
“Nanti saja istirahatnya, aku ingin mengobrol dengan Mommy,” kata Mac.
“Ya duduklah. Kau telpon Daddy James, kalau kau sudah ada dirumah Mommy, bilang juga sementara kau tinggal saja disini dengan istrimu,” kata Elsa, mereka memasuki ruang keluarga.
“Tidak, tidak Mommy, dia tidak boleh tinggal disini, suruh pulang saja,” ucap Mac sambil duduk disofa.
Elsa menatap putranya itu.
“Masa disuruh pulang?” tanya Elsa. Mac tidak menjawab, dia cemberut saja.
“Ya sudah aku pulang saja,” kata Maureen.
“Jangan, jangan, kau tetap tinggal disini,” larang Elsa, menoleh pada Maureen, lalu pada Mac.
“Mac jaga sikapmu, jangan seperti itu pada istrimu,” kata Elsa. Mac tidak menjawab.
“Kalau kau lelah, kau bisa tidur di kamarnya Mac, nanti Mr.Crist akan menujukkan kamarnya,” kata Elsa.
“Tidak Mommy, jangan dikamarku, di kamar tamu saja, aku tidak mau dia ada dikamarku,” potong Mac.
Elsa menarik nafas panjang, kembali menatap Mac. Dia berfikir sepertinya ada yang salah dalam pemikrian Mac tentang pernikahan.
“Dia kan istrimu, masa tidur di kamar tamu,” ucap Elsa. Mac tidak menjawab. Elsa kembali menoleh pada Maureen.
“Kau bisa istirahat di kamarnya Mac, kalau kau butuh baju ganti nanti kau bisa pakai punyaku. Atau kau tinggal bilang pada kepala pelayan untuk menyiapkan pakaian dari toko yang mengurus pakaian keluarga kami,” kata Elsa.
“Iya Mommy, terimakasih,” jawab Maureen. Dia melirik pada Mac yang sama sekali tidak menoleh kearahnya. Pria itu hanya meraih handphonenya menelpon ayahnya.
“Mr. Crist !” panggil Elsa. Kepala pelayan yag setia itu segera menghampiri. Sudah beberapa generasi kepala pelayan itu bekerja di rumah ini, dari saat Elsa pertama kali masuk ke rumah ini, menjadi menatunya Mr.Smith.
“Tolong antar Miss. Maureen ke kamarnya Mac, dan pesankan juga pakaian-pakaian untuknya,” perintah Elsa pada Mr.Crist
“Baik,Mrs,” ucap Mr. Crist sambil menoleh pada Maureen.
“Mari Miss,” ajak Mr. Crist.
Maureen mengangguk, merekapun meninggalkan ruangan itu. Kini tinggal Elsa berdua dengan Mac.
Mac menelpon ayahnya.
"Halo!" sapa Mac pada James yang mengangkat telponnya.
"Mac! Kau ada dimana? Kenapa telponmu tidak bisa dihubungi?" tanya James, disebrang.
"Aku sudah ada dirumah Mommy, Daddy. Sementara aku akan tinggal disini bersama Mommy," jawab Mac.
"Baguslah kalau begitu. Mau tinggal disini bersama Daddy juga tidak apa-apa, atau ingin cepat-cepat beli rumah baru, akan Daddy belikan," kata james.
"Tidak Daddy, Mommy memintaku tinggal disini dulu sementara, nanti aku bicara dengan Daddy kalau aku butuh rumah," jawab Mac.
"Ya baiklah kalau begitu. Kau bersama istrimu kan?" tanya James.
"Iya," jawab Mac dengan malas.
"Ya sudah, kalau kau mau pulang kesini, pulang saja," kata James.
"Iya Daddy," jawab Mac lagi,
“Kemana di kembar?” tanya Mac pada ibunya, sambil menutup telponnya, dia baru saja menelpon ayahnya kalau
dia ada dirumah ibunya.
“Sedang bermain di kamarnya, sebentar lagi mereka akan tidur,” jawab Elsa.
Diapun duduk menyamping disamping Mac. Tangannya menyentuh rambut putranya.
“Apa kau senang di perkebunan?” tanya Elsa.
“Sebenarnya sih senang Mommy, tapi karena gara-gara wanita itu menguntitku, membuat jadi tidak betah,” jawab Mac.
“Menguntit?” tanya Elsa, mengerutkan keningnya.
“Iya menguntit, dia bersembunyi didalam mobilku, dia tahu aku akan pergi,” jawabMac.
“Jadi kau memang sengaja ingin kabur begitu?” tanya Elsa, menatap Mac.
Mac tidak menjawab, dia bersandar ke kursi itu.
“Sayang, kau sudah menikah dengannya, wajar saja kalau dia ikut denganmu, dia istrimu sudah seharusnya dia mendampingimu,” kata Elsa, masih menatap putranya.
“Berulangkali aku katakan, aku tidak mau menikah, Mommy,” ucap Mac agak kesal.
“Masalahnya kau sudah menikah dengannya. Coba belajarnya membangun pernikahanmu, membangun rumah tanggamu,” kata Elsa.
“Aku tidak berminat dengan pernikahan, Mommy. Aku tidak mau ada wanita dalam hidupku, aku tidak mau hidupku terganggu dengan urusan wanita, aku tidak mau,” ucap Mac, masih bersikeras.
“Kenapa?” tanya Elsa. Mac tidak menjawab.
“Katakan pada Mommy, kenapa?” tanya Elsa lagi.
Sekarang Mac menatap ibunya.
“Aku tidak mau tersakiti seperti Daddy James, aku tidak mau pernikahanku hancur dan ada anak yang akan menjadi korban, itu sangat menyakitkan, aku tidak mau,” jawab Mac.
Mendengar pengakuan Mac membuat Elsa sedih, ternyata Mac masih berfikir seperti itu, dia masih trauma dengan pernikahan orang tuanya.
Tangan Elsa mengulur menarik kepala Mac supaya tidur dipangkuannya. Pria tampan itu langsung saja berbaring meringkuk dipangkuan ibunya.
“Dengar sayang, kalau kau melihat Mommy dan Daddymu tidak bisa bersama, maka buatlah pernikahanmu bahagia supaya tidak ada yang tersakiti, itu yang harus kau lakukan,” kata Elsa, sambil mengusap-usap rambut putranya.
Maureen melihat kesekeliling kamarnya Mac. Kamar itu sangat luas dan tertata rapih.
“Ternyata ini kamar pria kasar itu?” gumamnya.
Dia teringat kemarin waktu keluarganya datang ke rumah Mac, bukan rumah ini, jadi Mommynya dan Daddynya Mac itu berpisah. Apa mungkin karena perpisahan orangtuanya membuat Mac jadi bersikap kasar seperti itu? Tapi pada Mommynya dia sangat sayang, fikir Maureen.
Didekatinya lemari pakaian yang ada dikamar itu, lalu dibukanya, isinya pakaian laki-laki semua. Dia merasa gerah, ingin mandi dan berganti pakaian. Tadi mertuanya menawari pakaian ganti sementara.
Akhirnya Maureen keluar dari kamarnya Mac, di atas tangga dia melihat Mac yang berbaring dipangkuan ibunya. Ternyata pria yang menjadi suaminya itu sangat manja pada ibunya.
“Apa ada yang kau butuhkan?” tanya Elsa, saat melihat Maureen malah berdiri diatas tangga melihat mereka.
“Iya Mommy, aku…” belum juga Maureen bicara, Mac sudah memotong.
“Jangan memanggil Mommyku Mommy!” teriaknya.
Maureen jadi cemberut. Elsa hanya tersenyum.
“Mommy,” panggil Maureen lagi.
“Kataku jangan, jangan!” teriak Mac sambil bangun dari berbaringnya,dia kesal pada wanita itu yang menurutnya ikut ikutan saja.
Elsa lagi-lagi menoleh pada Mac. Menatapnya tajam. Mac pun diam.
“Iya ada apa? Katakan,” tanya Elsa, kembali menoleh pada Maureen.
“Aku membutuhkan pakaian untuk ganti, aku sangat merasa gatal-gatal,” jawab Maureen.
“Kau tunggu sebentar, aku ambilkan,” ucap Elsa, tangannya mengusap punggungnya Mac. Diapun beranjak menuju lantai atas , masuk ke kamarnya.
Maureen turun dari tangga menemui Mac.
“Ada apa?” bentak Mac, saat Maureen berdiri menatapnya.
“Aku tidak menyangka kalau pria kasar sepertimu ternyata manja pada Mommymu,” kata Maureen.
“Kalau kau mau mengejekku, sebaiknya kau pergi dari hadapanku!” maki Mac. tanpa menoleh pada Maureen.
“Maureen!” panggil Elsa, yang baru keluar dari kamarnya dengan membawa baju ditangannya.
“Iya Mommy,” jawab Maureen, segera berlari menaiki tangga, menerima baju dari Elsa.
Mac tambah sebal, lagi-lagi Maureen memanggil ibunya dengan sebutan Mommy.
Dilihatnya Maureen akan melangkah ke kamarnya, tiba-tiba Mac teringat sesuatu, diapun berteriak sambil berlari menaiki tangga.
“Tunggu, tunggu! Jangan dulu ke kamarku!” teriaknya.
Elsa dan Maureen menatapnya. Mac berlari masuk ke kamarnya, tidak berapa lama diapun keluar dengan membawa pakaian ditangannya, lalu masuk kedalam kamar yang biasa digunakan Richard yang ada disamping kamarnya.
Elsa mengerutkan keningnya, putranya itu ada-ada saja, dia mandi dan berganti pakaian di kamar kakaknya.
Maureen menoleh pada Elsa yang juga menoleh ke arahnya.
“Kau sabar ya, Mac memang agak keras, tapi sebenarnya hatinya sangat lembut,” kata Elsa, tersenyum pada Maureen mencoba menghiburnya.
“Iya aku mengerti Mommy, pernikahan ini sangat berat bukan saja buat Mac tapi buatku juga,” ucap Maureen.
“Kau benar-benar belum mengenal Mac sebelumnya?” tanya Elsa.
“Tidak Mommy, aku tidak mengenalnya. Aku ke acara pertunangan itu karena sepupuku berteman dengan tunangannya Alex, dan semua itu terjadi begitu saja, aku juga tidak suka mabuk mabukan,” jawab Maureen.
Elsa terdiam mendengarnya. Dia mengerti pasti akan sangat sulit saat seorang pria dan wanita yang baru bertemu dan langsung menikah. Mereka benar-benar butuh waktu penyesuaian untuk saling menerima satu sama lain.
“Cepatlah mandi, supaya badanmu segar. Kalau kau mau makan, tinggal ke ruang makan, ini sudah lewat jam makan malam,” kata Elsa.
“Iya Mommy, terimakasih,” jawab Maureen sambil tersenyum. Diapun pergi menuju kamarnya Mac.
Elsa menatap gadis itu, menurut penilaiannya Maureen adalah gadis yang baik hanya saja mungkin karena Mac juga orang asing baginya apalagi Mac juga bersikap kasar padanya jadi mereka terus bertengkar.
Diapun memikirkan sesuatu, sesutu rencana bagaimana caranya supaya Mac bisa melembutkan hatinya dan menerima pernikahannya, juga bisa menjalani pernikahannya dengan normal bersama Maureen.
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Patrish
samasama keras kepala
2021-10-31
0