CH-7 Tiba di Perkebunan Teh

Mobil Mac sudah memasuki perkebunan teh dia bisa melihat nama  perusahanan Mommynya itu yang dibentuk dari pohon daun-daun teh yang dipangkas sesuai dengan huruf-hurufnya.

Diapun tersenyum, tempat ini tidak beda jauh dengan perkebunan Holland milik keluarga ibunya.

Diparkirnya mobilnya disebuah rumah besar yang dia yakini pasti itulah tempat rumah tinggal sementara Mommynya saat dia masih bayi.

Mac keluar dari mobilnya saat seseorang keluar dari rumah itu. Seorang wanita berkulit hitam bertubuh gemuk yang usianya mungkin lebih tua sedikit dari Mommynya. Wanita itu menatapnya dengan selidik.

Mac tersenyum pada wanita itu. Diapun segera menghampirinya.

“Kau siapa?” tanya wanita itu.

“Aku McLaren. Apa benar ini rumahnya Mrs. Veldman?” tanya Mac. Yang dia tahu cerita dari Mommynya kalau perkebunan ini dibeli atas nama Mommynya meskipun uang yang digunakan adalah pemberian dari Daddynya.

Wanita itu menatapnya, melihat pria tampan itu dari atas sampai bawah, melihat pria itu mengingatkannya pada suami majikannya dulu, Mr.James.

“Kau Baby McLaren?” tanyanya, meskpin Elsa tidak tinggal lama diperkebunan itu, tapi dia ingat kalau Elsa membawa ketiga anaknya dan salah satunya masih bayi waktu itu.

“Iya, aku senang kau mengingatnya,” ucap Mac tersenyum senang.

“Mari masuk!” ucap wanita itu membuka pintu lebar-lebar. Dia tidak menyangka akan melihat bayi itu sudah menjadi pria dewasa sekararng.

Mac mengikuti langkah wanita itu masuk kedalam rumah  sambil melihat kesekeliling.

“Aku Nancy, aku istrinya Teo yang mengurus perkebunan ini. Setiap hari aku ke rumah ini untuk membersihkannya, itu sudah bertahun tahun lamanya. Mommymu sudah tidak pernah kemari lagi,” kata Nancy, sambil terus masuk kedalam rumah, akan menyiapkan makanan, tapi beberapa menit kemudian dia sudah kembali.

“Maaf Sir, di dalam tidak apa-apa, aku akan mengambilkan makanan dirumahku untuk kau makan, dan sekalian aku akan memasak untuk makan malam, sebentar lagi jam makam malam,” kata Nancy.

Mac baru tersadar kalau hari sudah sore, perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan.

Mac berkeliling melihat isi ruangan itu. Rumah itu meskipun tidak ditinggali tapi ternyata terawat dengan baik, tidak terlihat kalau usia rumah itu sudah sangat lama.

Mac membuka salah satu kamar itu. Dia tertegun saat melihat ada ranjang bayi didalam kamar itu. Di dekatinya ranjang bayi itu dan disentuhnya. Apakah ini ranjang bayinya dulu?

“Itu ranjangmu saat bayi. Karena ukurannya cukup besar, Mrs. Veldman tidak membawanya saat suaminya menjemputnya,” kata Nancy, yang tiba-tiba ada dipintu.

“Kau merawat rumah ini dengan baik, Mommyku pasti senang kalau melihatnya,” kata Mac sambil menoleh pada Nancy.

Wanita berkulit hitam itu hanya tersenyum.

“Mr, temanmu sudah datang,taxinya ada didepan,” kata Nancy. Mendengarnya Mac sangat terkejut. Teman? Teman siapa?

“Apa maksudmu teman?” tanya Mac, menatap Nancy.

“Ada taxi yang baru datang,” jawab Mrs.Nancy.

Mac buru-buru keluar dari kamar itu dan menuju depan rumah. Benar saja ada taxi berhenti didepan rumah itu. Taxi yang menyusulnya dan wanita itu, wanita itu berdiri didekat taxi, melongokkan kepalanya bicara dengan supir taxi.

Maureen menatap Mac dan segera menghampirinya.

“Kau mau apa? Kenapa kau mengikutiku? Kau tidak ada kerjaan!” teriak Mac, masih berdiri di teras juga menatap Maureen dengan tatapan tidak suka.

“Kau fikir aku mau mengikutimu?” balas Maureen dengan kesal. Dia heran memangnya apa salah dirinya sampai sampai pria itu bersikap sangat membencinya.

“Terus kau mau datang kemari?” tanya Mac, sama sekali tidak bergeming masih berdiri di teras, mereka bicara sambil berteriak teriak.

Mrs.Nancy  yang ada di depan pintu tampak bingung melihat dua orang yang sepertinya bermusuhan itu.

Maureen berjalan mendekat. Tangannya mengulur kearah Mac.

“Mana kunci mobilnya?” tanyanya.

“Mau apa kau minta kunci mobilku?” Mac balik bertanya.

“Jangan banyak tanya, mana kunci mobilnya?” tanya Maureen.

“Enak saja, kau mau mencuri mobilku?” tanya Mac. Membuat Maureen kesal.

“Kau fikir aku ada tampang pencuri mobil? Mana kuncinya, ayo berikan! Ada tasku disana, aku mau bayar taxi,” kata Maureen.

Barulah Mac mengerti rupanya tasnya Maureen tertinggal di dalam mobilnya, pantas  saja dia tidak meu menyerah mengikutinya sejauh ini.

Mac merogoh sakunya, mengambil kunci mobilnya dan menekan tombol pembuka pintu mobilnya. Maureen segera menghampiri mobilnya Mac, diambilnya tasnya di jok belakang . Diapun kembali ke supir taxi, menanyakan ongkos taxi dan langsung membayarnya.

Mac menekan lagi remote pengunci mobilnya. Tidak berapa lama taxi itu meninggalkan halaman rumah itu. Melihatnya Mac sangat terkejut.

Diapun segera turun dan mengahampiri Maureen.

“Kenapa kau tidak naik taxinya?” tanya Mac, menatap wanita itu.

“Aku lelah, aku mau istirahat,” jawab Maureen.

“Apa?” Mac terkejut.

“Ini rumahmu kan?” tanya Maureen sambil berjalan memasuki teras. Mac segera menyusulnya.

“Hei kau tidak boleh kesini! Pulang sana!” usir Mac.

Maureen masuk kedalam rumah, dia menoleh kearah Mrs.Nancy yang tadi berdiri saja dekat pintu.

“Hai aku Maureen,” kata Maureen pada Nancy yang tersenyum meskipun kebingungan, memperlihatkan giginya yang putih kontras.

“Kamar Pria ini dimana ya? Aku mau istirahat, aku lelah,” tanya Maureen.

Mrs. Nancy bertanya-tanya apakah wanita ini istrinya Mac? Diapun menoleh pada Mac, menuntut penjelasan. Tapi kemudian dia melangkah masuk menuju kamarnya Mac, yang segera diikuti Maureen.

“Hei mau apa kau menanyakan kamarku?” teriak Mac mengikuti Maureen.

“Tentu saja aku mau tidur, aku capek, perjalanan begitu jauh sama sekali tidak berhenti,” keluh Maureen, cuek saja mengikut Mrs.Nancy.

Tibalah mereka di depan kamar utama. Maureen langsung masuk saja sedangkan Mrs. Nancy kembali ke ruang belakang.

“Eh eh, kau mau apa ke kamarku? Keluar!” usir Mac, saat melihat Maureen malah naik ke tempat tidur menjatuhkan tubuhnya sambil mengambil bantal yang langsung dia tidur.

“Tentu saja aku mau tidur, aku lelah, kakiku pegal,” kata Maureen.

“Ini kamarku, kau tidak boleh tidur disini,” ucap Mac.Dia tidak habis fikir kenapa wanita ini seenaknya saja tidur di kamarnya.

Maureen tidak mendengar, dia malah memejamkan matanya, merasakan tubuhnya yang lelah. Tapi baru juga beberapa detik, Mac menarik kakinya.

“Turun! Turun! Jangan tidur dikamarku!” larang Mac.

Maureen menarik kakinya dengan keras sampai terlepas dari pegangannya Mac.

“Aku tidak mau! Masa aku harus tidur lagi di sofa?” keluh Maureen.

“Tapi ini bukan kamarmu!” teriak Mac dengan keras, dia benar-benar kesal dengan kelakuan wanita ini yang terus mengganggunya.

Maureen tidak bicara lagi, dia kembali memejamkan matanya. Tapi tiba-tiba matanya terbelalak kaget, saat dua buah tangan tiba-tiba meraih tubuhnya dan mengangkatnya.

“Hei kau mau apa? Lepaskan!” teriak Maureen.

Mac memanggul tubuh Maureen ke bahunya. Maureen menjerit jerit minta dilepaskan, tapi Mac tidak mendengarkannya. Dia terus berjalan keluar dari kamar itu sambil memanggul Maureen dibahunya menuju ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu dia menjatuhkan Maureen ke sofa.

Brugh! Maureen terduduk di sofa, dengan baju dan rambutnya yang acak-acakan.

“Sebaiknya kau keluar dari rumahku!” teriak Mac.

“Kau tega megusirku? Apa kau tidak lihat diluar sudah gelap?” tanya Maureen dengan kesal.

Mac menoleh keluar ternyata bener, hari sudah gelap.

“Kau kan bisa cari penginapan. Salah sendiri kau mengikutiku!” ucap Mac masih dengan nada ketusnya.

“Kalau tasku tidak tertinggal dimobilmu, aku tidak akan mengikutimu! Kurang kerjaan!” kata Maureen.

“Pokoknya aku tidak mau kau tinggal dirumahku,” ucap Mac.

“Besok aku pulang!” kata Maureen, akhirnya mengalah.

Mac masih menatapnya.

“Dengar, kau tidur disini, jangan coba-coba ke kamarku, kau mengerti? Atau kau aku pindahkan tidurnya diluar,” ancam Mac, lalu meninggalkan ruangan itu.

Maureen duduk di sofa itu dengan lesu, karena lelah dan mengantuk, diapun terpaksa berbaring disana.

Dia kesal, memangnya dia mau mengikuti pria itu? Kalau tasnya tidak ketinggalan di mobil dia juga sudah pulang ke rumah sekarang. Eh tidak, tidak, dia tidak akan pulang kerumah, dia mau kerumah temannya.

Mac akan masuk kekamarnya tapi berpapasan dengan Mrs.Nancy.

“Sir, istrinya…” ucap Mrs.Nancy, tapi terhenti saat Mac memotong perkataannya.

“Dia bukan istriku!” kata Mac, membuat Mrs. Nancy kebingungan.

Mac tidak meperdulikan Mrs.Nancy yang kebingungan karena berfikir wanita itu istrinya makanya memintanya menunjukkan kamar Mac.

Mac terus saja menuju kamarnya, dia juga lelah ingin tidur, dan perutnya juga terasa lapar.

Sesampainya dipintu dia membalikkan badannya memanggil Mrs.Nancy.

“Mrs. Nancy, aku sangat lapar,” kata Mac.

“Iya Sir, saya sedang menyiapkan makan malam, sebentar lagi Teo akan tiba dengan membawa makanan,” jawab Nancy.

“Terimakasih,” ucap Mac, lalu menutup pintu kamarnya.

Mrs.Nancy pergi keruang tamu, dia melihat wanita itu sedang berbaring di sofa, sepertinya sudah tidur. Dia tidak tega membangunkannya. Dia bingung kenapa putra majikannya itu malah bertengkar dengan wanita ini? Sebenarnya wanita ini istrinya atau bukan?

Terdengar sebuah mobil berhenti di depan rumah itu. Mrs.Nancy buru-buru keluar melihatnya, ternyata suaminya yang datang.

“Kau membawa semua pesananku?” tanya Mrs.Nancy sambil menghampiri suaminya yang membuka bagasi mobil, mengeluarkan barang-barang di dalamnya.

“Jadi baby McLaren kemari?” tanya Mr.Teo.

“Iya, dia juga dengan seorang gadis,” jawab Nancy.

“Seorang gadis?” tanya Mr.Teo, dia mengerutkan keningnya.

“Iya aku fikir istrinya tapi Mr. McLaren bilang bukan, aku bingung,” kata Mrs.Nancy.

Mr. Teo terdiam beberapa saat, dia teringat sesuatu.

“Kemarin aku melihat televisi, bukankah Mr. McLaren itu baru menikah?” kata Mr. Teo.

“Apa? Kau melihat beritanya di televisi?” tanya Mrs.Nancy.

“Iya, putranya Mrs. Veldman menikah kemarin,” jawab Mr. Teo.

“Berarti benar itu istrinya,” kata Mrs.Nancy.

“Bisa jadi,” ucap Mr. Teo mengangguk.

“Tapi kenapa mereka seperti sedang bertengkar? Bahkan gadis itu tidur di sofa sekarang,” kata Mrs.Nancy.

Mr. Teo tampak bingung.

“Tapi sudahlah, yang penting aku akan menyiapkan makan malam buat mereka,” kata Mrs. Nancy diangguki Mr.Teo. Mereka pun berjalan memutar kepintu belakang rumah menuju dapur.

Beberapa jam tidur membuat tubuh Mac lumayan lebih segar, dia merentangkan tubuhnya menggeliat meluruskan otot-ototnya yang terasa pegal. Diapun segera masuk ke kamar mandi kemudian mandi membuat tubuhnya jadi segar.

Keluar dari kamar mandi, Mac hanya berbalut handuk saja, dia baru sadar kalau di dalam mobilnya tidak ada pakaian untuk ganti lagi. Diapun membuka lemari pakaian yang ada di kamar itu, ternyata masih ada beberapa pakaian ayahnya disana yang sudah bertahun-tahun tergantung.

Mac melihat-lihat isi lemari itu, sepertinya Mrs.Nancy memang sangat rajin, lemari pakaian itu tidak tercium bau, bahkan baju baju didalamya masih harum. Dipilihnya pakaian-pakaian santai ayahnya yang menggantung. Karena memang tubuhnya sama dengan ayahnya jadi baju-baju itu pas dibadannya.

Maureen membuka matanya dan melihat sekeliling, dia tidur beberapa jam terasa begitu nyenyak saking lelahnya. Diapun bangun sambil memegang lehernya yang terasa pegal karena tidur di sofa.

Tiba-tiba dia merasa inging buang air kecil, diapun segera bangun dan bingung mencari toilet sedangkan rasanya dia sudah tidak tahan lagi. Diapan berlari menuju kamar utama, dia yakin disana ada kamar mandi.

Tanpa mengetuk pintunya, Maureen masuk kekamar itu tanpa mengetuk pintu, saat masuk dia langsung menjerit melihat Mac tidak berpakaian dan hanya menggunakan handuk kecil dipinggangnya. Begitu juga dengan Mac, dia tidak menyangka Maureen akan masuk ke kamarnya, cepat-cepat dia bersembunyi dipintu lemari yang dibukakan.

“Apa yang kau lakuakn? Kenapa kau masuk kamarku tidak mengetuk dulu?” teriak Mac dengan kesal.

Maureen menundukkan wajahnya sambil kedua telapak tanganya ditempelkan ke keningnya menghalangi wajahnya.

“Aku mau ke toilet! Aku tidak tahan!” jawab Maureen.

Mac semakin kesal saja, tapi dia juga tidak mungkin membiarkan Maureen mengompol dikamarnya.

“Cepat lewat!” ucapnya dengan ketus, masih berlindung dibalik pintu lemari.

Maureen berjalan perlahan melewati Mac, sambil menunduk dan kedua tangannya menghalangi wajahnya. Setelah merasa melewati Mac, diapun langsung masuk ke kamar mandi.

“Enak saja main nyerobot-nyerobot masuk kamar orang,” keluh Mac. Diapun mendorong pintu lemari.

Karena mendengar ucapannya Mac, Maureen membuka pintu kamar mandi lagi, membuat Mac terkejut dan berlindung lagi dibalik pintu lemari.

“Kau sengaja mau melihat tubuhku?” makinya.

Mendengarnya membuat Maureen kesal.

“Buat apa aku melihat tubuhmu? Aku cuma mau bilang kalau ada baju yang tidak terpakai, aku pinjam, aku tidak membawa pakaian,” kata Maureen, menatap Mac yang ada dibalik pintu lemari.

“Hih!” cibirnya lalu masuk kekamar mandi.

Mac tidak bicara lagi, Dia mendengar suara kran dinyalakan, berarti Mauren tidak mungkin keluar dari kamar mandi. Cepat cepat dia berpakaian.

Meskipun dia kesal pada Maureen, tapi saat dilihatnya ada baju Mommynya yang menggantung, di ambilnya baju itu dan disimpan di tempat tidur. Setelah itu Mac menuju ruangan belakang, dia sudah sangat lapar.

******

Terpopuler

Comments

Siti Harum Munthe

Siti Harum Munthe

dasar suka tuh mauren. kan ada kamar lain. dasar pengen sekamar mac

2022-01-05

1

Endang Pipit

Endang Pipit

hihihiii lucuuu

2021-08-11

0

Bzaa

Bzaa

kocakkkkk😁😄🤣

2021-08-09

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!