Menjelang pagi, yang pertama bangun adalah Maureen. Setelah mandi dan berganti pakaian, dia menyelinap keluar dari kamar itu. Sesampainya diparkiran, dia bingung, harus pergi kemana? Diapun duduk disebuah tembokan pinggir bangunan hotel yang diberi tanaman-taman hias. Maureen memikirkan dia harus pergi kemana, tidak mungkin pergi kerumah orangtuanya, pasti akan dipaksa kembali pada pria yang jadi suaminya itu.
Mac bangun dari tidurnya, diapun melihat jam dan sesuai dengan rencana nya dia akan pergi keperkebunan sekarang juga. Diapun buru-buru mandi, diliriknya kepala wanita itu masih tidak bergerak, diapun tidak menghiraukannya, dia tidak peduli apakah wanita itu masih hidup atau mati dibalik selimutnya.
Mac keluar dari kamarnya, saat melewati meja receptionis dia mampir kesana sebentar.
“Saya mau chek out tapi di dalam kamar masih ada yang menempati. Berapa hari kamar itu dibooking panitia WO?” tanya Mac.
“Sebentar saya cek dulu, atas nama siapa?” kata receptionis.
“McLaren,” jawab Mac.
Sambil menunggu receptions mengecek datanya, Mac bersandar sambil menyimpan handphone dan kunci mobilnya diatas meja receptionis.
“Dua hari Pak,” jawab receptionis.
“Dua hari? Baiklah kalau begitu,”ucap Mac sambil tangannya meraih kunci mobil di meja receptions itu.
Mac tidak peduli dengan wanita yang jadi istrinya itu. Mau tinggal di hotel dua hari atau dia juga mau chek out terserah saja, dia tidak mau diikuti kemana-mana oleh wanita yang jadi istrinya itu.
Mac berjalan menuju mobilnya yang diparkir diparkiran utama hotel itu, jadi tidak terlalu jauh kearah pintu masuk hotel. Di dalam mobil dia tidak langsung menyalakannya, hanya memasang kuncinya dan bersandar sebentar ke kursi, dia masih memikirkan niatnya untuk pergi ke perkebunan ibunya itu.
Setelah merasa tekadnya sudah bulat untuk pergi ke perkebunan yang jauh dari London, dicarinya handphone disakunya dia akan melihat route jalur kesana, tapi ternyata handphonenya tidak ada. Dia baru teringat kalau handphonenya ketinggalan di receptionis tadi.
Mac mengeluh atas keteledorannya, mudah-mudahan handphonenya masih ada di meja receptionis bisa gawat kalau sampai hilang. Akhirnya dia buru-buru keluar dari mobilnya, berlari menuju receptionis, tanpa mengunci mobilnya.
Maureen bangun dari duduknya, dia sudah menemukan solusi untuk kepergiannya, dia akan pergi menemui temannya diluar kota. Diapun berjalan menunduk melewati parkiran utama sambil tangannya mengotak atik handphonenya mencoba beberapa kali memesan taxi penuh semua.
Maureen menghentikan langkahnya diparkiran itu, tiba-tiba matanya melihat sosok Mac yang juga menuju kearah pakiran. Maureen pun buru-buru jongkok bersembunyi di samping mobil itu, diintipnya Mac menuju arah mana, ternyata pria itu menuju kearahnya, diapun segera menunduk bersembunyi.
Maureen kembali melongokkan kelapanya sedikit ternyata Mac semakin dekat dan malah berhenti melangkah saat seeorang memanggilnya. Diintipnya pria itu yang sedang berbicara dengan seorang pria mungkin temannya.
Maureenpun bingung, kalau ketahuan bisa-bisa Mac memaksanya pulang bersamanya, dia tidak mau bersama pria itu. Dia tetap harus ke rencana semula untuk kabur dari pernikahan ini.
“Ya, aku mau keluar sebentar, istriku masih ada dikamarnya,” terdengar suara Mac bicara dengan temannya itu.
Hemm rupanya pria itu mengira dia masih ada di kamarnya, fikir Maureen.
Maureeen melihat Mac bergerak, dia buru-buru bersembunyi lagi.
“Ya, jangan lupa menelponku,” kata temannya Mac itu.
Maureen kebingungan, pasti Mac akan tahu kalau dia bersembunyi disitu. Dia harus pindah persembunyiannya, tapi kearah mana? Dilihatnya sepertinya Mac akan selesai bicara dengan temannya.
Maureenpun iseng menarik pintu mobil tempatnya bersembunyi, ternyata mobilnya tidak dikunci. Ha! sebaiknya dia bersembunyi di dalam mobil ini sebentar, karena Mac melangkah semakin dekat kearah mobil itu. Diapun buru-masuk dan bersembunyi dibawah Jok, meringkukkan badannya disana.
Terdengar lagi suara Mac bicara dengan temannya. Maureen mengerutkan kaningnya, bukannya tadi pria itu sudah mau selesai bicara dengan temannya, tapi ternyata masih lanjut mengobrol.
Maureen menunggu yang mengobrol itu yang malah semakin lama mengobrolnya. Dia mau keluar dari mobil ini nanti malah ketahuan. Diapun bersandar menunggu sampai Mac selesai mengobrol dan pergi dari tempat itu.
Sambil menunggu yang mengobrol, Maureen melamun, dia memikirkan hidupnya yang tiba-tiba harus menikah dengan Mac. Dia benar-benar tidak menyukai pria kasar seperti itu.
Tapi kalau memikirkan pacarnya yang selingkuh itu, hatinya kembali sakit dan diapun bersedih. Meskipun dia bersedih, tidak seharusnya dia menikah dengan Mac, pria yang tidak dicintainya.
Karena menunggu lama juga karena dia semalam kurang tidur, matanya mulai diserang kantuk, diapun mulai menguap beberapa kali. Kepalanya bersandar ke ujung pintu, lambat laun diapun tertidur. Tidak disadarinya pemilik mobil itu menjalankan mobilnya meninggalkan hotel itu.
Beberapa jam telah berlalu, Mac terus menjalankan mobilnya dengan cepat, tekadnya sudah bulat kalau dia akan pergi ke perkebunan, dia akan pergi dari pernikahannya dan kembali ke London lagi untuk mengurus perceraiannya dengan wanita itu.
Sudah menempuh beberapa jam mobil itu melaju kencang tanpa henti.
Maurean merasakan mobil yang ditumpanginya mengerem mendadak sampai membuat kepalanya terbentur. Diapun terbangun, sambil memegang kepalanya yang sakit. Dirasakannya mobil itu kembali melaju.
Maureen terkejut karena ternyata tempat persembunyiannya itu melaju, diapun bangun dari persembunyiannya, melihat keluar jendela, ternyata semua yang dilihatnya begerak, itu artinya mobil itu benar-benar melaju.
Mata Maureen beralih melihat kearah supir, bersamaan dengan si supir melihat spion diatasnya ada sosok yang tiba-tiba muncul dibelakang mobilnya, dia pun sangat terkejut dan langsung mengerem mobilnya mendadak, sampai Maureen terjatuh duduk di jok belakang.
Mata merekapun bertemu dan keduanya berteriak.
“Kau!” teriak Mac dan Maureen bersamaan.
“Apa yang kau lakukan dimobilku?” teriak Mac dengan kesal, sambil memutar tubuhnya kearah belakang menatap wanita yang jadi istrinya itu.
Maureen tampak bingung, jadi mobil tempat dia bersembunyi itu adalah mobilnya Mac? Dia pergi diam-diam untuk kabur dari pria itu dan malah ikut mobilnya? Yang benar saja!
Mac memarkir mobilnya dipinggir jalan.
“Turun! Keluar dari mobilku!” bentak Mac. Yang dibentak tampak masih bingung dengan semua ini.
Melihat Maureen malah diam saja, Mac jadi kesal, diapun turun dari mobilnya, pergi memutar menuju pintu belakang dan membuka pintu mobilnya.
“Keluar!” bentak Mac.
“Apa?” tanya Maureen masih bingung.
“Kataku keluar, keluar!” teriak Mac. Mendapat teriakan dari Mac itu membuat Maureen kesal.
“Baik aku keluar!” teriak Maureen, sambil keluar dengan kesal.
“Enak saja ikut mobilku!” Mac menggerutu.
“Siapa yang mau ikut mobilmu? Kau fikir aku mau mengikutimu? Huh, kalau kau mau pergi, pergi saja!” kata Maureen.
“Aku memang mau pergi!” jawab Mac, dia kembali masuk kedalam mobilnya lalu menancap gas dengan kecang, mobilpun meluncur dengan cepat.
“Dasar pria menyebalkan, kau fikir aku mengikutimu? Aku juga kalau tahu itu mobilmu aku tidak akan bersembunyi disana, buat apa?” gerutu Maureen.
Maureen melihat kesekeliling, dia bingung, dia ada didaerah mana ini?
“Ini kota apa ya,” gumamnya.
Tapi kemudian dia sadar tasnya tertinggal di mobilnya Mac. Diapun menoleh kearah mobilnya Mac yang sudah jauh.
“Hei tunggu!” teriak Maureen, sambil berlari mengejar mobilnya Mac. Tangannya melamai lambai.
“Hei tunggu! Tunggu! Tas ku ketinggalan!” teriaknya lagi, terus berlari dan melambai-lambaikan tangannya.
Mac melihat dikejauhan wanita itu mengejarnya dan melambai-lambaikan tangannya. Diapun mencibir, huh dia tidak akan maa berhenti, buat apa membawa wanita itu? Dia pergi keperkebunan karena mau meghindari wanita itu eh malah wanita itu ada didalam mobilnya, benar-benar sial, gerutunya. Bukannya berhenti, Mac malah menancap gas lagi semakin jauh.
Melihat Mac yang semakin jauh, Maureen jadi bingung. Dia kecapean berlari, dan menghentikan langkahnya. Lewatlah sebuah taxi di depannya, diapun menyetopya dan langsung masuk ke taxi itu.
“Sir, kejar mobil itu!”pinta Maureen. Si supir taxi mengangguk. Diapun melajukan mobilnya mengejar mobilnya Mac.
Mac melihat Maureen menaiki sebuah taxi dan mengejarnya, diapun mempercepat laju mobilnya.
“Percepat, Sir. Aku harus menghentikan mobil itu! Tasku ketinggalan disana!” teriak Maureen. Pak supir segera menancap gas lagi menyusul mobilnya Mac.
Supir taxi berkali kali membunyikan klaksonnya tapi Mac tidak mau peduli, apalagi dia tahu ada wanita itu didala taxi itu. Dia semakin ingin pergi jauh saja dari wanita itu. Diapun kembali menancap gas, jangan sampai mobilnya terkejar oleh taxi itu.
Maureen bingung melihat Mac tidak mau menghentikan mobilnya. Kalau dia meminta balik supirnya, dia sama sekali tidak memilki uang. Untuk perjalanan keluar kota dia harus melakukan pembayaran diawal, pasti supir itu tidak mau mengatarnya pulang tanpa memberinya uang lebih dulu karena perjalanannya yang jauh, apalagi dia tidak tahu ada didaerah mana dia sekarang.
“Sir, terus ikuti mobil itu ya, tasku ada dimobil itu,” ulang Maureen. Si Supir kembali mengangguk dia akan terus mengejar mobil itu atau dia tidak dibayar oleh penumpangnya itu.
Akhirnya kedua mobil itu saling berkejaran. Mac tidak mau berhenti dan supir taxi itu juga mengejar tas penumpangnya yang ada di dalam mobil Mac.
********************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Patrish
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-10-31
1
Endang Pipit
😁😁😁
2021-08-11
1
Bzaa
wkwkwk... kebayang aksi kejar2an nya beneran kocak😄😘
2021-08-09
2