Hari ini Mac adalah hari pernikahan Mac dan Maureen. Mac benar-benar kesal kenapa dia harus menikah dengan gadis yang benar-benar orang asing baginya. Dari awal dia tidak terlalu berniat dengan yang namanya pernikahan. Dia merasa trauma dengan pernikahan orangtuanya. Dalam benaknya pernikahan itu akan membawa banyak masalah dalam hidupnya. Dan ternyata sekarang dia mengalaminya.
Mac merasa wanita akan benar-benar membuat hidupnya hancur, lihat saja gadis disampingnya itu. Tidak hujan tidak angin tiba-tiba begitu saja jadi istrinya. Ingin rasanya dia menendang jauh wanita itu pergi dari kehidupannya. Sepanjang acara pernikahan wajahnya terus cemberut.
Begitu juga dengan Maureen. Dia baru saja patah hati dengan kelakuan pacarnya yang ternyata berselingkuh berkali-kali, dia tidak percaya lagi pada pria. Dia ingin jauh dari yang namanya pria tapi ternyata dia malah harus mengikat janji dengan seorang pria yang tidak dikenalnya. Diapun berfikir untuk pergi jauh dari pria ini.
Maureen merencanakan untuk pergi sejauh jauhnya dari pria yang ada disampingnya itu, meskipun di statusnya sudah menjadi istrinya, dia sama sekali tidak berminat untuk menjadi istrinya.
Elsa menatap putranya yang sepanjang acara cemberut saja. Dia tidak tahu apakah ini yang terbaik atau tidak, tapi dia tetap berharap pernikahan putranya akan bahagia.
“Akhirnya aku bisa melihat putra kita menikah meskipun dengan cara yang kurang baik,” terdengar suara pria mengagetkan lamunannya Elsa.
Diapun menoleh kearah suara, James sudah berdiri disampingnya, menatap kedepan memperhatikan pengantin itu.
“Kau benar, meskipun sebenarnaya aku masih mengkhawatirkan kebahagiaannya, kau lihat? Mac cemberut terus sepanjang hari,” ucap Elsa, dengan raut muka sedih.
“Kau tidak perlu khawatir semua akan baik-baik saja, kita sudah melakukan yang terbaik untuk putra kita,” kata James. Elsa hanya mengangguk.
Malam resepsipun sudah usai, tamu-tamu sudah pulang, sanak keluarga juga sudah pulang. Sepasang pengantin ini sudah berada dikamar hotelnya, masih berbalut baju pengantin.
Maureen duduk disofa terdiam, banyak rencan keluar dari kepalanya, dia akan kabur dari kehidpan pria ini, dia tidak mau terikat dalam pernikahan ini, ya dia harus kabur. Dia tidak akan membiarkan pria ini menyentuhnya, dia tidak mau manghabiskan hidupnya dengan pria ini, tidak mau.
Mac duduk dipinggir tempat tidur dengan tampang kusut, dia merasa berat menjalani pernikahan ini, dia tidak mau seumur hidupnya diikuti wanita itu, dia tidak mau. Dalam benaknya dia akan melarikan diri meninggalkan wanita ini, dia akan kembali ke Washingnton atau kemanapun yang penting pergi jauh dari wanita ini, dan menunggu waktu yang agak tenang dia akan membuat surat peceraian supaya urusannya dengan wanita ini tuntas.
Mac masuk ke kamar mandi dia berganti pakaian dengan pakaian tidur. Sekarang dia duduk diatas tempat tidur sambil berbselonjor, dia mengotak atik handphonenya membaca pesan yang langsung masuk begitu banyak.
Mac terus berfikir kira-kira dia akan pergi kemana untuk menghindari wanita ini, dia tidak mau ada wanita yang mengikutinya.
Diliriknya gadis itu juga pergi ke kamar mandi, mereka sama sekali tidak bicara, wajah keduanya memasang wajah cemberut seharian ini.
Tidak berapa lama terdengar pintu kamar mandi terbuka, wanita itu sepertinya sudah berganti pakaian dengan baju tidurnya stelan celana panjang.
Mac mencibir, apa maksudnya menggunakan baju tidur stelan celana panjang? Dia fikir dia akan tertarik? Salah, lihat saja, besok pagi kau akan langsung menjadi janda, batinnya, sedangkan tangannya masih sibuk dengan handphonenya.
Maureen mendekati tempat tidur, mengambil bantal dan selimut, lalu berdiiri menatap Mac.
“Aku mau tidur, pindah!” usirnya dengan ketus.
Mac yang mendengar perkataan Maureen menoleh kearah gadis itu, matanya menatap Maureen dengan sorot mata tajam.
“Apa? Aku pindah? Huh yang benar saja!” kata Mac , kembali mengetik di handphonenya.
“Aku bilang pindah, pindah! Kau tidur di sofa!” kata Maureen.
“Apa maksudmu? Kau menyuruhku tidur di sofa? Enak saja!” kata Mac, kembali mengotak atik handphonenya.
“Aku serius, aku mau tidur!” ucap Maureen bersikeras.
“Tidak bisa, kau yang tidur di sofa!” kata Mac tidak mau mengalah.
“Masa perempuan yang tidur di sofa? Yang benar saja?” Maureen tidak mau terima.
“Memangnya kenapa? Aku tidak terbiasa tidur di sofa,” kata Mac.
“Kau fikir aku juga terbisa tidur di sofa? Dimana-mana laki-laki yang mengalah,” ucap Maureen, menatap Mac dengan tajam.
“Apa maksudmu laki-laki mengalah? Enak saja! Kau yang tidur disofa, dan janagn sekali kali menganggu tidurku, pergi jauh jauh dariku!” bentak Mac.
Maureen mencibir.
“Kau fikir aku mau dekat-dekat denganmu? Kau salah, cepat menyingkir, aku mau tidur!” usir Maureen lagi. Dia menepuk-nepuk kasurnya dan menata bantalnya diujung besebrangan dengan Mac.
“Apa-apaan ini? Kau tidur di sofa!” teriak Mac. Dia benar-benar kesal dengan kelakuannya Maureen yang tidak mau mengalah.
“Tidak mau, kau yang pindah!” ucap Maureen bersikeras, tapi Mac tidak mau mengalah, dia sibuk dengan handphoennya, tidak menghiraukan perkataaan Maureen.
Melihat Mac tidak mau pergi, membuat Maureen jadi kesal. Dia mendekati Mac dan menarik tangannya dengan keras.
“Turun! Aku mau tidur!” teriaknya.
Karena Maureen menarik tangan Mac dengan sekuat tenaga, hampir saja Mac terjatuh kalau kakinya tidak dengan segera menapak kelantai dan buru-buru berdiri, menjaga keseimbangan jangan sampai terjatuh.
“Kau tidur di sofa!” kata Maureen, dia langsung saja naik ke tempat tidur.
Melihat Maureen naik ke tempat tidur, Mac jadi kesal, dia pun menarik kakinya Maureen dengan keras supaya Maureen mau turun dari tempat tidur.
“Apa ini? Lepaskan!” teriak Maureen, menarik kakinya dari pegangan Mac.
“Turun!” Bentak Mac.
“Tidak mau!” Maureen, menarik kakinya lagi sampai lepas dari pegangan Mac.
“Kataku turun, turun!” teriak Mac lagi, tapi Maureen tidak mau dengar dia malah akan berbaring lagi.
Melihat sikap Maureen itu membuat Mac hilang kesabaran, diapun menarik kedua kaki Maureen dengan keras sampai Maureen terjatuh ke lantai dan menjerit kesakitan.
“Aww!” teriaknya.
“Kau fikir kau siapa? Perempuan sok jago begitu? Aku bilang kau yang tidur di sofa, ya di sofa!” bentak Mac, diapun kembali naik ke tempat tidur dan duduk lagi bersandar.
“Haaa…” Maureen langsung menangis, merasakan pantatnya yang sakit.
“Kau benar-benar kasar,” keluhnya, masih terduduk di lantai.
“Salah sendiri, seenaknya menarik orang,” gerutu Mac.
Maureen berdiri dan menghapus airmatanya.
“Dimana-mana laki-laki yang mengalah,” kata Maureen, sambil menghapus airmatanya, pantatnya terasa sakit karena terjatuh akibat ditarik Mac itu.
“Tidak denganku, aku bukan laki-laki yang kalah oleh perempuan!” kata Mac. Maureen menatapnya dengan sebal.
Tangan Mac meraih bantal yang tadi sudah Maureen siapkan untuk tidur di tempat tidur itu, diapun melempar bantal itu ke sofa.
Pluk! Banta itu jatuh ke sofa.
Setelah bantal di lempar, Mac juga mengambil selimut yang juga dilemparnya jke sofa.
Bruk! Selimut itu jatuh diatas bantal tadi.
“Tuh! Tidur disana!” kata Mac, menunjuk dengan kepalanya.
“Jangan sekali-kali kau mencoba ke tempat tidur, jangan menggangguku!” warning Mac.
Maureen menatap pria yang tidak berperasaan itu. Kenapa ada pria yang sekasar itu pada seorang gadis. Dia masih berdiri mematung menatap Mac.
“Kenapa kau masih berdiri disitu? Pergi sana! Jangan coba-coba naik ke tempat tidur lagi atau aku akan menyeretmu keluar,” ancam Mac.
Maureen semakin sebal saja pada pria ini, dia benar-benar dapat mimpi buruk menikah dengan pria kasar seperti ini. Akhirnya dengan berat hati, Maureen melangkah menuju sofa, menata bantalnya dan berbaring dengan berselimut sampai keujung kepala. Dari tempat tidur Mac hanya bisa melihat ujung kepalanya Maureen saja yang tertutup selimut.
Mac masih mengotak-atik handphonenya, tapi fikirannya melayang kemana-mana. Pagi nanti sepertinya dia akan pergi dari hotel ini meninggalkan wanita ini, dia tidak mau diikuti oleh wanita ini, meskipun statusnya menjadi istrinya dia tetap tidak mau.
Mac kembali berfikir, kira-kira dia akan pergi kemana untuk menghindari Maureen? Kalau ke Washington orangtuanya pasti akan tau dan akan mencarinya ke sana.
Mac terus berfikir lebih baik dia pergi ke…, tiba-tiba dia teringat perkabunan milik ibunya dulu. Perkebunan itu kan sangat jauh, dan keluarganya tidak pernah lagi mengunjungi perkebunan itu meskipun perkebunan itu masih milik ibunya. Biasanya ibunya hanya mendapatkan laporan hasil dari perkebnan itu saja.
JIka tinggal diperkebunan sementara waktu, Pasti keluarganya tidak akan menyangka kalau dia pergi keperkebunan itu. Dan keberadaannya tidak akan ditemukan.
Setelah mendapatkan jawaban dari rencana esok hari, Macpun berbaring di tempat tidurnya dan mencoba tidur.
Dia melihat sekilas kepala wanita itu yang tertutup selimut tidak bergerak mungkin wanita itu sudah
tidur. Lagipula mau tidur ke mau mati ke, masabodoh, dia tidak peduli, fikir Mac.
********************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Endang Pipit
lnjuttt thorr....
2021-08-11
2
Bzaa
lanjuttttt....
lucuuuu😄😁
2021-08-09
1